Bab 8. Hukuman

1195 Kata
Kata orang, ayah adalah pelindung dan cinta pertama bagi anak perempuannya. Dan itu benar, Kyara merasakan hal itu. Disaat dia sangat ketakutan dan butuh pertolongan, ayah datang dengan secerca harapan. Meski Kyara yakin tidak akan melepaskan ia dari siksaan samudra, setidaknya kedatangan ayah menunda siksaan itu. Buru-buru bersiap dan berdiri. "Mau kemana kamu?" sergah Samudra seraya menarik rambut Kyara yang hendak pergi. "Auw sakit, Tuan. Kumohon lepaskan. Saya hanya ingin menemui ayah saya, saya mohon," lirih Kyara sudah menangis. Samudra merasa sedikit kasihan mendengar permohonan gadis cupu di depannya. Mengingat Kyara selalu dia kurung selama menikah, tidak diijinkan keluar apalagi mengunjungi orang tuanya. "Baiklah, saya ijinkan." "Terim-." "Tapi ingat, sekali saja kamu berani buka suara, saya patahkan tulang-tulangmu," ancam Samudra langsung membuat Kyara menelan saliva kuat. "Ba-baik, Tuan." "Dan, ya! Satu lagi, kamu harus pura-pura bahagia di depan pria tua itu. APA KAU MENGERTI?" kata Samudra dengan sorot mata tajam. Sedang Kyara menatap pria yang sudah menjadi suaminya itu sendu. "Jadi selama ini kau sadar kalau aku tidak bahagia, Tuan? Haha, bodoh! Pertanyaan macam apa itu, Kya. Tentu saja dia sadar, bukankah itu memang tujuannya. Menikahimu hanya untuk balas dendam dan membuatmu tersiksa. Tapi tunggu, kenapa kau takut ayahku tahu? Tentu saja tidak, aku tidak akan membuat ayahku khawatir karena melihat kesedihanku." Batin Kyara Tidak mendapat jawaban dari Kyara, Samudra semakin kesal. "Heh, Bodoh! Apa kamu mengerti ucapanku?" Lagi dan lagi Samudra mengingatkan Kyara tentang ketidak berhargaan ia bagi pria itu, membuatnya sedikit terdiam kemudian menjawab lirih. "Mengerti, Tuan," Buru-buru berbalik dan pergi. Di lantai bawah. Setelah sedikit bersiap dan membukakan pintu, Kyara langsung lari memeluk ayahnya. Sungguh, ia sangat merindukan sosok itu. Tak lupa juga ia peluk adiknya yang ternyata ikut ke sini "Apa ayah sehat?" tanya Kyara setelah melepaskan pelukan. Dengan mata yang sudah memupuk Kyara menatap pahlawannya. "Hey, ada apa? Kenapa putri ayah menangis?" Mengelap air mata kyara. "Aya sehat, sangat sehat. Berkat suamimu, ayah bisa kembali jalan dan melanjutkan hidup. Ayah dan adikmu juga hidup tentram dan damai berkat uang bulanan yang selalu beliau kasih," ujar Anton dengan wajah bahagia. Ia sangat bersyukur ternyata Samudra tidaklah jahat seperti yang ia kira. Sementara Kyara sedikit tersentak. "Ada satu kehidupan yang dikorbankan untuk semua itu, Yah." katanya dalam hati. Tapi Kyara sama sekali tidak menyesalinya. Karena selain untuk menebus kesalahan pada Samudra, Kyara menganggap semua ini sebagai balas jasa pada orang tuanya. Tidak ingin salah bicara mengenai hal itu, buru-buru Kyara mengajak ayah dan adiknya masuk. "Dimana suamimu? Apa dia ada di sini?" tanya Anton saat mereka sudah duduk di ruang tamu. Anton menghentikan gerakan tangan Kyara yang sedang menyajikan makanan. Kyara terdiam sebentar. "Apakah Tuan Samudra mau menemui ayah dan mengobrol dengannya?" berfikir sejenak. Tapi itu tidak mungkin, mengingat Samudra sama sekali tidak peduli padanya, maupun keluarganya. "Di kantor, ayah," jawab Kyara seraya menutup mata bersalah. "Maafkaan aku, tapi aku tidak ingin membuat ayah kecewa karena suamiku tidak mungkin mau menemuimu." Batin Kyara bersedih. "Di kantor? Bukankah ini hari libur, Nak?" tanya Anton yang diangguki oleh Sasya, putri keduanya. "Benar, Kak." Mereka sengaja datang dihari libur karena ingin bertemu dengan pengantin baru ini. Tapi siapa sangka, Tuan Samudra yang terkenal gila kerja itu ternyata benar-benar gila kerja. Tetap bekerja meski dihari libur. "Ah, anu. Ada pekerjaan mendadak katanya, Yah," jawab kyara takut-takut. Sedang Anton dan Sasya mengangguk faham. "Lalu di mana anggota keluarga lainnya? Apa mereka ada di dalam?" Lagi, pria berbadan sedikit berisi dengan tinggi sedang itu kembali bertanya pada putrinya. Ia hanya ingin melihat bagaimana mereka berkomunikasi. "Mereka sedang berlibur, Yah," jawab Kyara jujur. Memang benar. Setelah kepulangan Samudra dari rumah sakit kemarin, Paman Arya mengajak semua orang untuk berlibur. Tapi karena Samudra tidak ingin, jadi dia tidak ikut. Lalu Kyara? Tentu saja dia diabaikan dan tidak di pedulikan. "Oh. Kalau begitu kenapa kakak tidak ikut dengan mereka saja? Kan bete nunggu suami yang kerja mulu, hehe," sahut Sasya yang mendapat tatapan tajam dari Anton. "Auw, sakit, ayah." Mengoles-ngoles kening dan melanjutkan bicara. "Jangan bilang mereka tidak mengajak kakak?" "SASYA!" Anton segera menghentikan. Bukan sebuah rahasia jika semua anggota keluarga Samudra membenci Kyara karena tragedi kecelakaan itu. Anton dan Sasya tahu, terbukti saat pernikahan mereka. Tidak ada satupun anggota keluarga Samudra yang datang. Tapi berkat kedermawanan dan kecerdasan Samudra, pria itu mampu memanipulasinya dari para tamu undangan. Ditengah ketegangan, suara berat muncul dari arah tangga. "Bukan tidak diajak. Tapi saya yang tidak ijinkan Kyara pergi karena saya tidak ingin jauh-jauh darinya," ucap Samudra membuat Kyara, Anton dan sasya terkejut. Mereka sampai berdiri saking terkejutnya. "Kan, Sayang?" lanjut Samudra seraya memeluk pinggul ramping Kyara. Kyara sedikit canggung, begitu juga dengan Anton. Tapi berbeda dengan Sasya yang menatapnya meneliti. "Ah, iya. Betul, Yah," jawab Kyara setelah sebuah cubitan menapak di pinggulnya. "Hm, Tuan Samudra. Maafkan Sasya. Maafkan putri saya. Dia tidak bermaksud apapun pada keluarga ini," tutur Anton tidak enak. "Tidak masalah," jawab Samudra enteng. Dengan tangan dan mata yang masih fokus pada Kyra. "Kenapa om ada di sini. Kata Kak Kya, om kerja tadi." Mampus! Kyara memejamkan kedua matanya. "Sasya syaqila anak sholihah! Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau tahu, pertanyaanmu itu bisa membunuhku!" rutuk Kyara kesal. "Oh iya?" Samudra terlihat menatap Kyara tajam. Sedang gadis itu sudah menunduk ketakutan. Dia ketahuan berbohong. "Apa itu benar, Sayang?" Samudra merapikan rambut Kyara. Membuat gadis itu salah tingkah sekaligus takut. "Maafkan, aku." Saking takutnya, hanya kata itulah yang mampu Kyara katakan. Namun, sangat di luar dugaan, Samudra malah semakin lembut dan bahkan menciumnya. "Kenapa kau minta maaf? Seharusnya aku yang minta maaf karena aku pulang tidak mengabarimu lebih dulu." "Apa kau memaafkan suamimu yang ceroboh ini, Sayang?" Beberapa kali Kyara mengedipkan mata dan menggerakan telinganya. Dia tidak salah dengar, kan? Sungguh Kyara tidak menyangka, bahkan ketika Samudra menggerakkan tangan Kyara agar menjewer telinganya. "Tu-." "Apa kau memaafkanku, hm?" "Tentu saja. Tanpa kau minta maafpun aku sudah memaafkanmu, Tuan," jawab Kyara. sungguh dari dalam hati. Dalam hati? Ya, karena seandainya Samudra benar-benar mengakui kehilafannya dan meminta maaf. Akan Kyara maafkan bahkan sebelum pria itu meminta maaf. Anton yang melihat keromantisan putrinya menjadi lebih bahagia. Kemudian kembali duduk dan menarik Sasya agar ikut duduk juga. Setelah cukup lama berbincang dan sedikit cerita. Anton dan Sasya akhirnya berpamitan pulang. Namun baru saja pintu utama tertutup, Samudra mendorong Kyara dan meneriaki gadis itu. "DASAR WANITA TIDAK TAHU DIRI! PEMBOHONG! Kenapa kau bilang saya sedang di kantor, hah?" "Maaf, Tuan. Maafkan, saya. Saya tidak bermaksud berbohong," jawab Kyara seraya menahan sakit di pipinya. "Lalu apa? Kau takut aku menyakiti ayah dan adikmu juga, hah?" Lebih mencengkram wajah Kyara. "Tidak, Tuan. Kumohon maafkan saya. Saya hanya mengira kalau anda tidak ingin bertemu dengan ayah saya. Jadi saya katakan padanya kau sedang bekerja agar ayah saya tidak sedih," ucap Kyafa mencoba menjelaskan. "Halah, alasan! Bilang saja kamu takut, kan? Wanita sepertimu memang harus diberi hukuman." Melepas cengkraman kemudian membuka kancing bajunya. "Kau telah melenyapkan seseorang yang paling berharga dalam hidupku. Jadi sekarang, kau juga harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupmu, gadis bodoh" ucap Samudra dengan senyum devil. "Apa maksudmu, Tuan?" Tanpa memperdulikan pertanyaan Kyara, Samudra lari dan merobek baju gadis itu. Mengukungnya di bawah badannya kemudian memasukkan sesuatu kedalam inti Kyara dengan kasar dan paksa. "Tidak!" Bersambung….
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN