Malam ini Alika dan Bimo melangsungkan resepsi pernikahan mereka, Bimo memilih dekorasi yang mengusung konsep mewah karena ia tahu bahwa Alika menyukai semua hal yang berbau mewah, mahal, dan glamour. Resepsi pernikahan mereka dilangsungkan di sebuah hotel berbintang lima di kota Yogyakarta. Untuk pilihan warna dekorasi, Bimo mengandalkan sang ibu dalam memilih warna dan warna yang diusung adalah warna putih dan silver.
Dalam resepsi pernikahan mereka, Bimo mengenakan Ermenegildo Zegna Bespoke berwarna navy sedangkan Alika mengenakan Fiber Optic Wedding Dress berwarna putih dengan aksen bulu yang Bimo pesan langsung dari Amerika. Para tamu undangan begitu terpukau dengan wedding dress yang dikenakan oleh Alika malam ini karna wedding dress tersebut memancarkan cahaya berwarna navy cerah di balik bulu-bulu berwarna putih.
Sejak tadi wajah Alika terhias oleh senyum yang cerah ketika menyalami para tamu undangan sedangkan wajah Bimo seperti biasanya, selalu menampilkan wajah datar bahkan kepada temannya sendiri.
“Mbok mesem ngono lho, manten anyar kok ra eneng ekspresine. (Sekali-kali senyum gitu lho, pengantin baru kok nggak ada ekspresinya)” ucap pria bernama Dimas Cahyaning Gumoro yang notabene adalah sahabat Bimo.
“Mingkemo cangkem mu. (Diem)” ucap Bimo membuat Dimas tertawa sedangkan Alika mengerjapkan matanya kala mendengar umpatan dari mulut sang suami.
“Mas Bimo ngomongnya jangan kasar,” ucap Alika membuat tawa Dimas terhenti.
“Kui, rungokno omongane bojomu. (Tuh, dengerin omongannya istrimu)” ucap Dimas kembali kepada Bimo yang membuat Bimo kesal.
“Gek muduno kono, su! (Cepetan turun, njing!)” ucap Bimo seraya mendorong tubuh Dimas, Dimas bukannya marah mendapat perlakuan seperti itu, ia justru tertawa terbahak-bahak sedangkan Alika menatap kesal ke arah Bimo. Drama mereka tidak luput dari para keluarga dan juga tamu undangan yang membuat mereka semua tertawa.
“Mas Bimo udah dibilangin juga ngomongnya jangan ka-”
“Iya,” jawab Bimo memotong ucapan sang istri dan hal itu sukses membuat kekesalan Alika bertambah hingga wanita itu mendudukkan tubuhnya lalu melipat kedua tangan di depan d**a.
Bimo menghela nafas melihat kelakuan sang istri, ia sudah tidak heran dengan sifat Alika yang mudah ngambek seperti saat ini, ia segera ikut mendudukkan dirinya seraya menatap wajah sang istri.
“Alika,” panggil Bimo sedangkan Alika hanya bergeming di tempat nya, enggan menatap wajah sang suami.
“Dosa hukumnya kalau kamu mendiamkan suami,” ucap Bimo membuat Alika segera menatap wajah pria itu.
“Abisnya Mas Bimo ngeselin!” rajuk Alika lalu kembali memalingkan wajah yang membuat Bimo kembali menghela nafasnya dengan pelan.
Ketika Bimo sedang memikirkan bagaimana caranya agar sang istri tidak merajuk di acara pernikahan mereka, ia justru dikejutkan dengan sikap Alika yang memeluk lengannya dengan tiba-tiba. Alika mendongak menatap wajah Bimo yang membuat Bimo mengerutkan keningnya.
“Mas, itu si cowok b******k dateng,” adu Alika kepada sang suami yang membuat Bimo ingin menarik bibir mungil sang istri dengan gemas, wanita itu melarangnya untuk tidak berucap kata kasar namun justru wanita itu juga yang berkata kasar.
“Kamu tadi bi-”
“Sssstttt.” Alika memotong perkataan Bimo dengan menutup bibir sang suami menggunakan jari telunjuknya.
“Mas harus kelihatan cool ya di depan mantan ku, biar cowok sialan itu tau kalau aku bisa dapet yang lebih uwaow dari dia, eh nggak usah deng, Mas kan udah cool dari sono nya,” ucap Alika membuat Bimo menghela nafas nya dengan kasar.
Mereka berdua segera bangkit ketika pria yang bernama Arjuna Dwi Pamungkas menaiki panggung resepsi. Arjuna menatap ke arah Bimo untuk sesaat lalu menatap wajah mantan kekasihnya yang tengah tersenyum sinis ke arah nya saat ini.
“Selamat ya, semoga pernikahan kalian langgeng, kamu pasti bahagia saat ini,” ucap Arjuna memandang sendu ke arah Alika lalu menatap Bimo meskipun hanya satu detik sebelum kembali menatap wajah mantan kekasihnya.
“Pasti langgeng lah, suami aku kan SE-TI-A.” ucap Alika tanpa menatap wajah Arjuna namun lengannya masih memeluk lengan sang suami.
“Dan gimana juga aku nggak bahagia kalau baru aja dikasih mobil sama rumah yang harganya hampir tiga pulu EM, emangnya situ yang tiap hang out aja minta dibayarin terus?” tanya Alika membuat hati Arjuna benar-benar sakit, ada alasan tersendiri mengapa ia melakukan hal memalukan seperti itu selama mereka berpacaran.
“Alika,” peringat Bimo ketika ucapan sang istri sudah melampaui batas.
“Kenapa sih, Mas? Lagian yang aku bilang emang kenyataan kok,” ucap Alika menatap wajah Bimo.
“Sekali lagi selamat,” ucap Arjuna tanpa menyalami Bimo ataupun Alika, ia segera turun dari panggung resepsi tersebut. Mencoba merelakan sesuatu yang sejak awal bukanlah miliknya, Alika bukanlah jodohnya.
Di sisi lain Bimo menatap wajah sang istri begitu intens yang membuat Alika menunduk takut mekipun lengan wanita itu masih melingkari lengannya.
“Jangan pernah memamerkan sesuatu kepada orang lain bahkan sampai menghina seperti itu,” ucap Bimo yang membuat mata Alika berkaca-kaca, genggaman jemarinya pada lengan sang suami mengerat dan Bimo dapat merasakan itu.
Bimo menghela nafas pelan kala mengetahui bahwa Alika ketakutan dengannya, ia menatap Mahendra yang duduk di belakang Alika tengah menatap balik ke arah nya tanpa memberikan solusi, Bimo tahu betul bahwa Mahendra selalu memanjakan Alika selama ini bahkan pria paruh baya itu tidak pernah memarahi Alika, kini Bimo merasa mulai harus menjalankan peran nya sebagai seorang suami yaitu menasehati sang istri kala istrinya telah berbuat salah.
Bimo segera mendudukkan Alika namun wanita itu masih enggan menatap wajah Bimo, bahkan tubuhnya masih menempel pada lengan Bimo yang membuat Bimo kembali menghela nafas nya.
“Kalau kamu berada di posisi dia, dipermalukan seperti tadi, apakah kamu tidak sakit hati?” tanya Bimo membuat Alika mendongakkan wajahnya. Bimo dapat melihat kedua mata Alika yang berkaca-kaca dan itu mengganggu suasana hatinya.
“Tapi dia dulu juga pernah nyakitin aku, Mas. Dia selingkuhin aku, sering morotin uangku. Masa tiap jalan kemana-mana aku terus yang bayarin?” rajuk Alika.
“Ikhlaskan saja,” jawab Bimo sekenanya membuat Alika menekukkan wajahnya meskipun kepalanya mengangguk, menuruti perintah sang suami.
“Hm,” jawab Alika.