Episode 9 : Masih Keperluan Foto Prewedding, Dan Ancaman Gress

1271 Kata
“Kalau kamu tetap cuek ke aku, aku bakalan jadi w*************a dalam hubungan Rina dan calonnya!”  Episode 9 : Masih Keperluan Foto Prewedding, Dan Ancaman Gress *** “Ya Alloh, sumarni!” Ipul langsung menjengit dan buru-buru menggandeng Rena. Dan Ipul lari terbirit-b***t hanya karena melihat ombak yang kebetulan sedang besar. “Beb … Beb! Itu ombak, bukan stunami! Pantaslah ada ombak, ini kan di pantai, bukan pegunungan!” omel Rena yang sampai tertatih-tatih, apalagi ia mengenakan gaun panjang yang sialnya sampai tersangkut sesuatu. “Ya ampun, Beb! Sobek gaunku!” rengek Rena kemudian. Rena bergegas membungkuk untuk memastikan gaunnya setelah sampai mengipratkan gandengan tangannya dan Ipul. Di mana, meski Ipul tetap menggandengnya dengan erat, tapi pria itu tetap mau berhenti dan turut memastikan gaun Rena. Tanpa Rena dan Ipul sadari, tim fotografer mereka telah bekerja, mengabadikan setiap momen langka Rena dan Ipul yang sungguh alami. “Benar kata Rafael, mending kita motret diam-diam, karena hasilnya lebih natural. Tadi kalian lihat sendiri, kan? Hasil potret pas Ipul tiba-tiba narik Rena hanya karena melihat ombak besar, sungguh luar biasa?” ucap sang fotografer sambil terus membidikkan kameranya ke arah kebersamaan Ipul dan Rena. Seperti apa yang Rena keluhkan, gaunnya sungguh sobek. Di bagian ekor gaun yang panjangnya ada sekitar dua meter, karena tersangkut akar liar yang sudah tua. “Kalau sobek, ya sudah nanti dijahit!” ujar Ipul berusaha menenangkan Rena. Terlebih, raut wajah Rena begitu dipenuhi kesedihan. Rena menghela napas dalam, dan menatap sebal Ipul. “Mana ada gaun dijahit! Yang ada tinggal dibuang!” omelnya. “Ya sudah, gaun ini dibuang, nanti beli yang baru!” balas Ipul masih berusaha mengambil hati Rena. “Ini enggak beli. Tapi pesan khusus, Beb!” tepis Rena. “Ya sudah, pesan khusus lagi, kan aku tadi buru-buru bawa kamu lari, karena ada sumarni!” balas Ipul tak mau kalah. “Itu bukan tsunami! Itu tadi cuma ombak! Lihat! Enggak ada yang lari selain kita, kan? Justru, mereka senang ngejar ombak. Tuh pada ‘surfing’. Keren tuh! Aku juga mau!” tegas Rena lagi. “Oh, iya, ya. Keren! Ah, ayo kita naik motor ngebut itu. Biar kayak yang di pilem-pilem, romantis gitu!” Ipul terperangah menatap setiap pengunjung pantai yang sedang sibuk menjalani aktivitas di pantai. Semuanya sungguh sedang bersenang-senang, meski hanya menjemur tubuh di tepi pantai dan kebanyakan yang melakukannya merupakan orang bule. “Beb, tuh mereka enggak tahu malu banget, sih? Enggak pakai baju kayak kerbau-kerbau di kampung!” bisik Ipul sambil melirik risi, mereka-mereka yang sedang berjemur. “m*****i mataku, Beb! Kita jangan di sini, lah!” lanjutnya yang kemudian bergegas membawa Rena ke tempat yang lebih sepi. Ipul yang mengenakan celana bahan panjang warna hitam, tapi dilipat hingga lutut, sedangkan kemeja lengan panjang warna putihnya juga disingsing hingga siku, menuntun Rena dengan buru-buru, menelusuri bibir pantai dengan ombak yang jauh lebih tenang. Yang membuat fotografer berikut tim merasa jauh lebih tenang, tak lain karena gaya Ipul kali ini terlihat sangat keren. Ipul terus menuntun Rena, dan mendadak menghentikan langkahnya, tak lama setelah pria itu teringat, tujuannya ke pantai adalah untuk melakukan foto prewedding. “Lho, Beb? Kameramennya pada ke mana, ini? Mereka enggak nyasar, kan?” Ipul terus mencari-cari dan menatap ke daratan tempat terakhirnya melihat fotografer dan timnya. Namun, sungguh ia tidak mendapati mereka. Tak beda dengan Ipul, Rena juga melakukan hal serupa. Rena ikut mencari-cari melalui pandangannya. Bedanya, Rena melihat kebersamaan fotografer berikut timnya yang sepertinya memang bersembunyi, demi membuat Ipul lebih nyaman. Nyatanya, salah satu pria dari tim yang bersembunyi di balik kerumunan orang bule dan beberapa di antaranya sedang berjemur, memberi Rena papan tulisan bertulis : Lanjut saja. Kami sengaja sembunyi biar Ipul tetap natural! Selanjutnya, pandangan Rena tertuju pada papan yang dipegang oleh pria di sebelah pria tadi. [Dari tadi, hasilnya oke banget! Lanjutkan, Ren! Pancing biar Ipul lebih natural!] Melihat tulisan-tulisan tersebut, Rena langsung menghela napas lega seiring senyum pepas yang menyertai wajah cantik berias naturalnya. Rena bahkan sengaja lari meninggalkan Ipul, ke arah yang berlawanan dengan arah tujuan mereka. Rena sengaja berlari ke bibir pantai dan sengaja biarkan kaki bahkan sebagian tubuhnya terguyur ombak. Ipul yang mencemaskan Rena, tak tinggal diam. Ipul segera pergi menyusul Rena, seperti tujuan Rena memancing calon suaminya itu.  “Beb! Bahaya! Jangan jauh-jauh!” seru Ipul yang terdengar tidak jelas, lantaran debur ombak di sana sangat keras. Ia menggandeng kuat sebelah pergelangan Rena kemudian menuntun calon istrinya itu untuk kembali ke daratan. “Byurrrr!” Ipul dan Rena refleks terdiam, ketika tubuh mereka kuyup lantaran terterpa ombak. Namun, tak lama setelah itu, Ipul mendengar tawa lepas Rena yang masih ada di belakangnya. Sialnya, bukannya takut, Rena justru sengaja kembali menarik Ipul untuk lebih mengarungi ombak. Jadilah, tak lama setelah itu, tubuh mereka sampai hanyut terbawa ombak. Akan tetapi, Ipul tetap menggenggam tangan Rena seerat mungkin, agar ia tidak kehilangan wanita itu.  “Sumarni! Sumarni!” teriak Ipul tiada henti sembari berusaha berenang ke tepian. Ipul terus membawa Rena. Meski kewalahan dan sampai menjadi pusat perhatian, tapi Rena bahagia ketika tim fotografernya berdatangan dan mengabadikan kebersamaannya dengan Ipul yang akan menjadi momen paling indah di pajangan pernikahan mereka nanti. “Ya ampun, kalian …? Bukannya nolongin, malah moto-moto terus!” omel Ipul di tengah kenyataannya yang masih terengah-engah. Ipul masih kesulitan bangun, sementara ketika ia melihat Rena, Rena justru sengaja menenggelamkan diri. “Wah, Beb! Kamu bisa renang begitu? Keren banget kamu, Beb!” ujar Ipul yang dibuat takjub. “Sudah, Pul. Coba kamu kayak Mai Ren-ren, biar di foto tambah keren!” bujuk salah satu pria yang tadi memberikan papan tulis pertama kepada Rena. “Buat foto! Biar keren!” tambah pria yang memberikan papan tulis ke dua kepada Rena. Ia berusaha menyemangati Ipul. Selain kedua pria tersebut yang mengelilingi Rena dan Ip, dua pria yang tersisa dan satunya fotografer, terus membidikkan kameranya kepada Rena dan Ipul, sedangkan sisanya terus memayungi sesuai titah, demi menjaga cahaya di sekitar sana yang kebetulan sedang cukup terik. ***  “Kean … yang lain sudah punya pasangan. Masa iya, kamu tetap nganggurin aku?” Gress tak hentinya merengek. Ia menatap sebal Keandra yang sedang terduduk di kursi rias setelah menjalani rias. Seperti biasa, kebiasaan Gress memang mengunjungi Keandra yang sibuk menjalani syuting di salah satu stasiun televisi swasta yang juga menaungi acara Talak Show! Milik Ipul. Karena tak beda dengan Ipul, Keandra juga memiliki acara khusus di sana. Saat pagi, acara musik lokal, dan sore menjelang petang, acara musik luar negeri khususnya dari Korea dan Jepang. “Kean!” Gress yang berdiri di belakang Keandra sambil menahan punggung kursi pria itu duduk, tak segan mengguncang-guncang kursi tersebut. “Kalau kamu tetap cuek ke aku, aku bakalan jadi w*************a dalam hubungan Rina dan calonnya!” tegas Gress kemudian. Seperti dugaan Gress, apa yang ia ancamkan barusan sukses menarik perhatian Keandra yang awalnya sibuk menatap layar ponsel. Keandra langsung menatap tajam pantulan bayangan Gress yang ada di cermin rias di hadapannya. “Aku selalu serius dengan ucapanku, kan, Kean? Kamu tahu itu! Dan kali ini, aku juga enggak main-main! Aku akan menghancurkan hubungan Rina dan calonnya!” tegas Gress lagi yang masih menatap serius pantulan bayangan Keandra melalui cermin rias di hadapannya. Semakin lama, tatapan Keandra terhadap Gress menjadi semakin tajam. Begitu banyak kekesalan bahkan amarah yang terpancar di kedua manik mata hitam milik Keandra untuk Gress. “Atau jangan-jangan, kamu justru ingin mengajakku kerja sama, untuk menghancurkan hubungan Rina dan calonnya, seperti yang pernah kamu lakukan kepada Sunny?” lanjut Gress dengan gelagat lebih santai. Gress bahkan tak segan tersenyum licik yang membuat wajah cantiknya semakin membuat Keandra menatapnya dengan banyak rasa kesal. Gress dapati, rahang Keandra yang tampak menegang, seiring pria itu yang menatapnya dengan bengis. Sebuah kenyataan yang menandakan, pria itu sudah sangat marah kepadanya. Bahkan, Keandra seolah ingin menerkam sekaligus menelannya hidup-hidup. “Cepat, buat keputusan. Sebelum aku benar-benar nekat!” tegas Gress lagi yang kemudian berkata, “ini ancaman. Bukan main-main!”  Kemudian, Gress mengeluarkan ponselnya dari tas yang menghiasi pundak kanannya. Ia membuka fitur kontak dan menunjukkan sebuah kontak di sana. Kontak bernama Daniel. Ia menunjukkannya kepada Keandra. “Daniel itu keren, lho. Bahkan, dia juga memiliki masa depan yang cerah, meski statusnya hanya anak apdosi!” tegas Gress lagi. Sungguh, lambung Keandra sampai terasa perih dan panas, hanya karena ia menahan rasa kesal akibat ulah Gress. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN