PART 4

1818 Kata
*** The Alexander's Corporation,. Pagi hari... Setelah menghabiskan waktu kurang lebih tiga puluh menit, kini Kayla sudah berdiri tepat di depan gedung yang menjulang tinggi, ia sangat gugup bahkan kedua telapak tangannya nampak lembab akibat keringat mulai muncul disana. Beberapa menit berlalu, setelah dirasa cukup untuk Kayla menenangkan perasaannya, ia pun memutuskan untuk segera masuk. Ia harus bisa, meski tak diinginkannya berada dalam situasi seperti ini, namun Kayla tak dapat berbuat banyak. Ini adalah kewajiban-nya dan dia harus bisa melakukan-nya dengan baik. 'Hahh, ayolah Kay, kau pasti bisa. Kau kesini hanya urusan pekerjaan bukan yang lain-nya. Jangan sampai Tuan Daren marah dan kau akan dipecat olehnya,.' Kayla membatin seraya menguatkan hati dan mengingatkan dirinya. Dia tidak boleh mencampuradukkan masalah pekerjaan dan masalah pribadi. Kayla melangkahkan kaki jenjangnya, ia melihat beberapa orang berlalu lalang disana. Kayla melempar pandangannya ke arah sebuah meja dengan seorang wanita berdiri disana. "Selamat pagi,." Sapa Kayla sopan. Wanita berkacamata itu menyambutnya tak kalah sopan. "Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa saya bantu,.?" Tanyanya ramah. Kayla berusaha tersenyum dan menjawab. "Maaf, saya Kayla Angelina dari Margatama Corporation. Saya ada janji bertemu dengan Tuan Alexander's,." Jawab Kayla. Entah kenapa, saat menyebut nama pria itu membuat Kayla merasa semakin gugup. Bahkan keringat mulai muncul disekitar pelipisnya. Sedangkan wanita berkacamata itu menatapnya lalu tersenyum. Wanita ini hendak membuka suara, namun tiba-tiba suara seseorang menarik perhatian keduannya. "Pagi, Nona Kayla,." Kayla menoleh. "Selamat datang di The Alexander's Corp, Nona,." 'Jack,.?' Batin Kayla menatap pria yang saat ini berdiri beberapa langkah darinya. Sedangkan wanita yang tadinya berinteraksi dengan Kayla, sontak mengerutkan keningnya saat mendengar sapaan spesial pria itu terhadap Kayla. "Nona? Apa anda baik-baik saja,.?" Tanyanya mengejutkan Kayla. Kayla sedikit gelagapan dan kemudian dengan cepat wanita itu kembali menguasai dirinya. "Ah, iyah aku_. Maksudnya, saya baik-baik saja,." Pria yang bernama Jack itu mengerutkan kening merasa aneh dengan panggilan ‘saya’ barusan dari Kayla. Yah, pria itu Jack. Jack memang ditugaskan oleh Tuan-nya untuk menjemput Kayla di lobby dan segera membawa wanita itu keruangannya. Sedangkan Kayla, wanita itu tentu mengenal siapa Jack. Karena Jack memang sudah sangat lama bekerja di keluarga Alexander's.. sebagai asisten Marchell. "Mari, Nona. Tuan Alexander's sudah menunggu kedatangan anda,." Ucap Jack kembali. Kayla mengangguk pelan. Kayla melangkah menuju lift disana, lebih tepatnya lift khusus yang akan membawanya ke ruang CEO. Jack melangkah dibelakangnya. Setelah sampai di depan lift, Jack menekan tombol disana dan lift itu pun mulai terbuka. Kayla melangka masuk dengan diikuti Jack. Pintu lift kembali tertutup dan mulai terasa bergerak naik. Sesekali Kayla menghela nafas guna menetralisirkan rasa gugupnya serta detak jantungnya yang kian berdegup kencang. "Anda baik-baik saja, Nona,.?" Tanya Jack. Kayla menghela nafas, lalu menjawab. "Saya baik-baik saja. Bisakah anda jangan memanggil saya seperti itu,.? Panggil saya Kayla saja,." Jack tersenyum tipis. Pria itu berdiri tepat di belakang Kayla penuh wibawa. Bagaimana mungkin wanita itu meminta seperti itu. Yang ada, dia akan kehilangan nyawa berharganya di tangan Tuannya. "Maaf, Nona. Saya tidak bisa,." "Saya memang sudah diharuskan untuk memperlakukan anda seperti ini, dari dulu sampai sekarang, tidak ada yang berubah,." Jawab Jack panjang lebar. Kayla mendengus. "Hahh, terserahmu saja, Jack,.!" Ketus Kayla mulai terbiasa. Jack terkekeh namun tak terlihat. Wanita ini tak pernah beruba. Dia selalu seperti ini, baik, lemah lembut dan begitu sangat penyabar. Jack kembali menyayangkan akan apa yang sudah terjadi dimasa lalu. … Ting Lift berbunyi, menandakan jika mereka telah sampai di lantai yang mereka tuju. Kayla melangkah keluar lalu sejenak menghentikan langkah kakinya saat berada di luar lift. Jack paham, ia pun segera mengambil sikap. Menuntun wanita cantik itu. Jack dapat melihat dengan jelas wajah gugup Kayla saat ini. Sesekali Jack menghela nafas, ia sungguh tidak tega dengan wanita itu. Mau bagaimana pun, Jack tahu betul akan siapa Kayla. Bagaimana sebenarnya wanita itu. Namun sangat disayangkan, takdir buruk lebih memihak untuk tetap bersamanya. Jack terus melangkah dengan Kayla yang mengikutinya dari belakang. Wanita itu melangkah dengan sesekali ia melempar pandangannya kearah sekitar, menatap kagum interior perusahaan besar itu. Setelah beberapa saat, kini ia dan Jack telah berdiri tepat didepan pintu yang tertulis CEO's Room. Tanpa dipertanyakan, tentu Kayla tahu rungan siapa itu. Degup jantung semakin menjadi, ia berusaha menguatkan diri, karena sebentar lagi ia akan kembali bertemu dengan pria masa lalunya. Pria yang sampai saat ini, ah entah, Kayla bingung. . … Ruang kerja Marchell,. Nampak pria itu sedang duduk diatas kursi kebesarannya. Terlihat jelas jika dirinya sudah tidak sabar untuk bertemu kembali dengan wanita masa lalunya. Wanita yang bahkan sampai saat ini masih sangat dicintainya. Marchell terkadang bingung dengan dirinya sendiri. Hati dan perasaanya tak dapat melupakan Kayla, namun disaat yang sama pun turut membenci. Ia benci akan penghianatan wanita yang dicintainya itu. Wanita yang dulunya hampir menyandang status sebagai istrinya, namun gagal karena wanita itu lebih memilih berkhianat. Selang beberapa lama bergelut dengan pikiran rumitnya, pendengarannya pun menangkap suara ketukan pintu ruangannya. Tokk … tokk … tokk Marchell mulai membenarkan posisi duduknya. Ia mulai mengatur ekspresinya dan sedikit menarik simpulan dasi yang terasa mencekik lehernya. "Masuk,.!" Suara bariton itu memerintah. Ceklek! Nampak Jack disana, pria itu membuka lebar daun pintu yang menjulang tinggi itu, lalu melangkah masuk dengan diekori oleh seorang wanita cantik. Wanita yang sudah Marchell tunggu kedatangannya sejak beberapa jam yang lalu. Jack melangkah dan mulai menyapa. "Permisi, Tuan. Nona Kayla sudah datang,." Ucap Jack sopan. Marchell mengangguk samar. Sementara Jack, pria itu sadar jika tugasnya memang sudah selesai. Ia pun berniat untuk undur diri dan memberi waktu kepada Tuan dan wanita yang saat ini terlihat menundukan pandangannya. "Baik, Tuan. Kalau begitu, saya permisi,." ujar Jack. Marchell mengangguk pelan. "Terimakasih, Jack,." "Sama-sama, Tuan. Mari Nona,." Pamit Jack kepada Kayla. Kayla hanya mengangguk pelan tanda merespon. Setelah Jack meninggalkan Kayla berdua saja dengan Marchell disana. Wanita itu semakin merasa tidak baik-baik saja. "Silahkan duduk,." Perintah Marchell dengan nada datar nya dan itu sontak mengejutkan Kayla. Kayla tersadar dari rasa gugupnya, ia tahu jika pria itu adalah kerabat dari Boss-nya. Kayla tidak ingin melakukan kesalahan apapun. Dia tidak ingin membuat pria itu marah lalu melaporkannya kepada Boss-nya. "Terimakasih,." Ucap Kayla lirih. Marchell tak menjawab, namun pria itu terus menatap lekat wajah gugup Kayla. Sedangkan Kayla, setelah mendudukan dirinya disana, ia pun meletakan berkas yang dia bawa diatas meja kerja pria itu. Kayla mencoba untuk tetap tenang. Meski saat ini ia sangat gugup sekali. Kayla mendongak dan mendapati pria itu yang sedang menatapnya. ‘Ya Tuhan, tolong aku. aku tidak ingin berada dalam situasi seperti lebih lama,.’ batin Kayla kemudian menarik nafas lalu mulai membuka suaranya. "Jadi, Tuan Alexander's, saya diperintahkan khusus oleh Tuan Margatama untuk menyampaikan langsung berkas ini kepada anda,." Jelas Kayla. Marchell mulai mengeraskan rahangnya ketika mendapati sikap formal Kayla terhadapnya. Namun ia masih bungkam, membiarkan wanita itu menyelesaikan kalimatnya sesuka hati. "Anda bisa memeriksanya terlebih dahulu, Tuan. Jika ada sesuatu yang tidak anda mengerti, mungkin saya bisa membantu anda untuk menjelaskannya,." ujar Kayla sedikit gugup. Hening,. Kayla mulai terlihat bingung karena Marchell seakan betah dalam bungkamannya. Pria itu terus menatapnya lekat tanpa berkedip sedikit pun. Menit berlalu, Marchell mulai menghela nafas pendeknya. Ia bahkan tak tertarik untuk membahas berkas yang dibawa Kayla untuknya. Sebenarnya, itu bukanlah berkas penting, lebih tepatnya, itu bukanlah berkas yang harus dia periksa. Berkas itu hanya sebuah alasan agar Kayla sampai di perusahaannya. Marchell meminta bantuan kepada Daren, agar bisa membuat Kayla datang ke kantornya bagaimana pun caranya. Awalnya Daren menolak karena pria itu tahu jika sang istri, Khesya sudah sangat dekat dengan Kayla. Daren menjelaskan kepada Marchell jika pria itu tidak ingin terjadi sesuatu dengan sahabat istrinya. Marchell mendengus saat mendapatkan penolakan dari sahabat rasa musuhnya itu. Ia pun terpaksa menceritakan semua yang terjadi, termasuk masalalu dan juga masalah yang dialami Kayla saat ini. Dan sahabatnya itu tak dapat menyembunyikan rasa keterkejutannya saat tahu siapa Kayla sebenarnya. Yah, meskipun Daren mengenal Marchell dari usia keduanya masih belasan tahun, namun Daren tak pernah mengenal atau bertemu dengan Kayla. Karena Marchell pun tak pernah menceritakan tentang Kayla sedikit pun kepada Daren. Dan setelah waktu lalu, Marchell melihat Kayla untuk yang pertama kalinya setelah lima tahun berlalu di perusahaan Daren, ia pun terpaksa harus meminta bantuan sahabatnya itu. Bahkan Marchell sendiri pun tak habis pikir dengan apa yang terjadi dengan Kayla saat ini. Apalagi saat ia mendengar jika wanita itu terancam akan dijual oleh seorang rentenir. Jack menjelaskan kepadanya, jika Kayla memiliki banyak hutang dan diancam jika waktunya hanya dua bulan lagi. Jika Kayla gagal, maka wanita itu akan dijual ke tempat pelacurann. Marchell yang mendengarkan penjelasan Jack sontak naik pitam. Pria itu marah tak terima. Meski ia tahu jika Kayla sudah pernah melakukannya dengan pria lain saat masih bersama dirinya. Namun entah kenapa, setelah pertemuannya waktu lalu dengan Kayla, sedikit membuat Marchell tidak rela jika wanita itu kembali jatuh ketangan orang lain. Dia ingin menguasai wanita itu. Segera. … Setelah beberapa menit berlalu, Kayla mulai jengah karena pria itu tak kunjung meresponnya barang sedikit pun. Kayla malah mendapati Marchell yang terlihat sibuk meneliti setiap garis wajahnya. Kayla mulai berpikir, kira-kira, apa yang akan pria ini lakukan terhadapnya? Apa yang Marchell rencanakan untuknya? Berbagai Macam pikiran buruk mulai hinggap dalam benaknya. Kayla mulai takut, namun tak berselang lama, ia pun dikejutkan oleh suara berat pria itu. "Berkasmu akan diurus oleh Jack,." Ucap Marchell mengakhiri keheningan. Mendengar jawaban pria itu, Kayla sontak mengerutkan keningnya bingung. Marchell mengamatinya dan pria itu paham. 'Jack?' 'Jadi yang akan mengurus berkas ini adalah Jack? Bukan dia,.?' 'Hah, lalu untuk apa aku harus berlama-lama disini?!' 'Dia pasti sengaja melakukan ini pada ku,.' Kayla terus membatin. Wanita itu sungguh kesal namun ia tak punya keberanian apapun untuk mencecar pria itu dengan semua kalimat yang saat ini bersarang di kepalanya. "Baiklah, Tuan. Kalau begitu, saya rasa urusan saya sudah selesai,." "Kalau begitu, saya permisi, Tuan,." Ucap Kayla mulai mengangkat bokongnya dari atas kursi yang saat ini ia duduki. Kayla berdiri sempurna, bersiap pergi meninggalkan ruangan yang sedari tadi membuatnya gerah. Namun, suara datar pria itu kembali mengejutkannya. "Aku bahkan belum mengatakan jika kau sudah boleh keluar, Kay,." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Marchell beranjak dari kursi kebesarannya. Pria itu melangkah pelan dengan suara hentakan sepatunya seakan memekak telinga. Marchell melangkah mengitari meja kerjanya guna mendekat kearah wanita yang saat ini berdiri kaku dengan wajah yang pucat pasih. "Apa kau baik-baik saja, Kay,.?" Tanya Marchell yang kini telah berdiri sempurna di hadapan Kayla. Kayla mendongak, menatap manik pria itu dalam. Sedangkan Marchell, pria itu mengangkat tangan kanannya berniat mengusap buliran keringat yang mulai muncul di pelipis Kayla. Namun dengan cepat, Kayla menepisnya. "Maaf, Tuan. Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, saya pamit undur diri,." ucap Kayla setelah menepis pelan tangan Marchell. Sedangkan Marchell, pria itu mengeraskan rahangnya saat mendapati Kayla yang sengaja menghindari akan sentuhan kecilnya. "Permisi,." Kayla mundur selangkah dari hadapan Marchell, wanita itu memutar tubuhnya hendak melangkah menuju pintu keluar diruang kerja pria itu. Namun lagi-lagi, Marchell seakan membuat jantung berhenti berdegup. Kayla seakan kehilangan nyawanya. "Bersikap sopanlah, Kayla Angelina Smith. Jika kau tidak ingin kehilangan satu-satunya pekerjaanmu,." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN