Sesampai di ruang kerjanya, Aileen langsung menemui bos nya untuk memberikan berkas yang akan di tanda tangani oleh rekan bisnis mereka nanti. Rasanya Aileen benar-benar sangat kelelahan karena terus berlarian dari tadi dan itu semua ia menyalahkan Bara, seandainya laki-laki itu tidak memperdulikan dirinya mungkin ia tidak akan pernah sesampai lelah seperti sekarang ini.
"Aileen, kenapa kamu bisa telat 5 menit?" tanya Tama yang merupakan bos di perusahaan tersebut.
"Maaf Pak, tadi saya tiba-tiba mengalami sedikit masalah," ucap Aileen berusaha menjelaskan kepada bos nya. Laki-laki yang berusia 35 tahun itu menatap Aileen sebentar dan ia pun akhirnya memaklumi apa yang di alami oleh sekretaris nya itu.
"Baiklah, sekarang kita berdua segera berangkat sebelum rekan bisnis saya pergi!" ucap pak Tama.
"Baik, Pak."
Aileen pun kembali berjalan dengan sangat tergesa-gesa lagi, kali ini ia benar-benar harus kuat untuk berjalan sambil berlari. Aileen tentunya tidak menyalahkan bosnya atas semua yang terjadi padanya, ia hanya mengingat wajah Bara di benaknya dari tadi. Ingin rasanya ia memberikan pelajaran kepada laki-laki itu nantinya namun, sebenarnya ia sangat berharap Bara tidak lagi menemuinya atau bahkan menganggu ketenangan hidupnya, hanya itulah satu-satunya doa dan harapan Aileen saat ini.
"Aileen, berkas yang kamu bawa ini sudah benar, bukan?" tanya pak Tama, lalu mulai mengecek data yang berada di tangannya.
"Iya, Pak. Sudah benar," jawab Aileen dengan begitu santai.
Perjalanan yang di tempuh pun tidak terlalu jauh, hanya memerlukan 15 menit saja untuk sampai ke tempat pertemuan dengan rekan bisnis pak Tama. Aileen segera turun sambil membawa barang-barang yang di perlukan oleh pak Tama nanti, lalu mengikuti langkah bos nya untuk masuk ke sebuah tempat yang ternyata itu adalah sebuah vila yang cukup besar dan sangat mewah.
"Bagaimana? Apa ada yang kurang dengan vila ini?" tanya pak Tama yang berhenti sebentar untuk melihat suasana vila dari luar.
Aileen pun menatapnya dan melihat vila yang dikatakan oleh bos nya itu dengan baik-baik, ia rasa vila tersebut sangatlah sempurna namun ada satu hal yang sangat menganggu pemandangan di vila tersebut dan seketika merubah semua apa karena ada sosok orang yang sangat tidak ia sukai berdiri di rooftop vila dengan begitu santai sambil menatap ke arah dirinya. Menurutnya vila yang awalnya bagus itu kini seperti rumah angker karena kehadiran Bara.
"Aileen, saya sedang meminta pendapat kamu!" ucap pak Tama yang seketika menyadarkan lamunan Aileen.
"Bagus, Pak," jawab Aileen dengan sangat singkat, ingin rasanya ia mengatakan kalau vila tersebut seperti rumah hantu yang angker kepada bos nya itu namun, ia tidak ingin membuat masalah dalam pekerjaannya sehingga Aileen hanya bisa diam saja sekarang.
Sekarang Aileen berserta bos nya kini mulai melangkah masuk kedalam vila tersebut, sedangkan Aileen sangat penasaran kenapa Bara berada di vila yang sama dengan mereka. Perasaannya pun seketika merasa tidak enak saat ini, ia berpikir bahwa Bara adalah orang yang selama ini mengajak kerja sama dengan perusahaan tempat dirinya bekerja.
"Pak, apakah orang yang berdiri di rooftop barusan adalah orangnya?" tanya Aileen yang sudah tidak tahan untuk tidak bertanya.
"Hem, apa kamu mengenalnya?" tanya pak Tama.
"Tidak, Pak," jawab Aileen berbohong.
Tiba-tiba Bara turun dari lantai atas dan menemui pak Tama yang sedang ingin menemui dirinya. Aileen rasanya ingin menyembunyikan wajahnya dari Bara yang terus menatap dirinya dari tadi namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang selain menghadapi kembali laki-laki itu lagi.
"Bagaimana kabar Anda Tuan Bara?" tanya pak Tama.
"Baik, Anda sendiri bagaimana?"
"Seperti yang Anda lihat."
Kedua laki-laki itu pun begitu asik berbincang, sedangkan Aileen sudah sangat jenuh mendengarkan kedua laki-laki itu terus membicarakan para gadis yang berada di pantai mengunakan pakain bikini, Aileen yang mendengar itu tentu saja merasa tersindir apa lagi ketika mendengar Bara mengucapkan dari mulutnya sendiri, membuat Aileen ingin mengambil beberapa kilo cabe untuk di masukkan ke dalam mulut Bara saking kesalnya dengan ucapan Bara yang terlalu vulgar itu, sampai-sampai pak Tama yang berbicara tadi hanya bisa mendengarnya saja sambil melihat ke arah Aileen yang terus menatap Bara dengan tatapan tajam. Ia rasa kedua orang itu memiliki suatu hubungan yang sangat spesial yang ia tidak tahu.
"Tuan Bara, saya tiba-tiba saja ada sedikit kesibukan. Apakah Anda bisa membicarakan proyek ini bersama sekretaris saya saja?" tanya pak Tama yang mencoba untuk memberikan kesempatan untuk kedua orang itu berduaan.
"Tentu saja, saya dengan senang hati membicarakan tentang proyek ini dengan sekretaris cantik Anda Tuan Tama!" ucap Bara yang merasa rekan bisnisnya ini sedang memberikan dukungan untuknya.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi Tuan Bara. Lain kali kita berdua sering-sering berbincang sambil menikmati minuman," tawar pak Tama, ia berharap hubungannya dengan Bara semakin dekat dan menjadi sahabat rekan bisnis yang baik di masa depan nanti.
Bara tidak menolak sama sekali ajakan pak Tama, ia juga berharap memiliki rekan bisnis seperti pak Tama yang sangat mudah di ajak bekerja sama dan bahkan proyek yang ingin mereka kerjakan pun sama-sama memiliki pendapat yang serasi.
"Pak Tama, bukankah pembahasan proyek nya sudah selesai, ya? Pekerjaan saya di kantor sangat banyak saat ini, bolehkah saya kembali bersama Anda?" tanya Aileen yang sangat keberatan untuk tinggal bersama Bara.
"Aileen, saya percaya kamu pasti bisa menyelesaikan semua pekerjaan itu dengan sangat mudah nantinya, bahkan
Berkas-berkas yang berada di atas meja kamu bukannya akan diserahkan 1 Minggu lagi, ya? Jadi, saya rasa kamu masih memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan nya dan sekarang, kamu fokus lah untuk membahas proyek bersama Tuan Bara dan ingat jangan kecewakan rekan bisnis yang paling berharga itu," ucap pak Tama.
"Pa—Pak ..." Aileen pun hanya pasrah saja ketika melihat bos nya sudah masuk kedalam mobil dan meninggalkan dirinya sendirian bersama Bara berada di vila itu.
"Akh! Sialan! Cobaan apa lagi yang harus aku lewati kali ini?!" gumam Aileen kesal.
"Apa kau tidak ingin pergi ke pantai bersama ku?" tanya Bara yang seketika mengejutkan Aileen yang sedang mengumpat laki-laki itu.
"Tidak!" jawab Aileen dengan cuek namun, Bara tetap saja menarik lengan gadis itu menuju ke arah pantai dengan secara paksa.
"Hei! Lepaskan laki-laki mesumm! Apa kau ingin aku menggigit?!" ancam Aileen.
"Silahkan!" Bara sudah mengabaikan ucapan Aileen dan tentu saja gadis itu tidak akan menyia-nyiakan semuanya, apa lagi ia sudah mendapatkan persetujuan dari laki-laki itu sendiri secara langsung.
"Akh!" pekik Bara dengan cukup nyaring dan ia melihat bekas gigitan Aileen terlihat seperti gigitan anak anjing saja saat ini.
"Kenapa kau serius melakukan hal ini?" kesal Bara.
"Kau sendiri yang menyuruhnya, bukan?"
"Aku hanya bercanda saja, Aileen!"
"Tapi sayangnya aku tidak suka bercanda dengan mu!" Aileen kemudian menendang milik Bara lagi dengan tiba-tiba, sehingga Bara mendapatkan rasa sakit yang double sekarang. Aileen pergi meninggalkan Bara yang sedang menahan rasa sakit itu, setelah membalaskan perbuatan Bara yang m***m kepadanya Aileen sudah merasa sangat puas layaknya membalaskan dendam yang sudah terpendam bertahun-tahun lamanya.
Bara tidak akan membiarkan Aileen tenang begitu saja dengan kesalahan yang telah gadis itu lakukan padanya, ia pun pergi menyusul sambil sesekali memegang milik nya yang masih berdenyut sakit itu.
"Hei! Tunggulah!" ucap Bara akan tetapi, Aileen tidak sedikit pun untuk melihat ke arahnya. Justru gadis itu seperti sedang menikmati hari libur di pantai.
"Kau sedang bekerja denganku, sebaiknya kamu harus memperlakukan aku dengan sangat baik," ucap Bara yang kini sudah berdiri di samping Aileen.
"Aku tidak perduli!"
"Kau tidak perduli jika kerja sama ini di batalkan?" Aileen seketika melihat ke arah Bara.
Mendengar kalimat itu rasanya ia juga sedikit takut, jika karena kesalahannya sendiri perusahaan akan menjadi ikut dalam masalah. Aileen tidak bisa membayangkan bagaimana perusahaan tempat dirinya bekerja harus menanggung kerugian yang sangat besar, hanya karena masalah dirinya yang terlalu egois.
"Bisakah kamu tidak terlalu mempersulitkan aku?" tanya Aileen dengan sangat berharap.
"Aku tidak pernah mempersulit kan kamu, justru kamu sendirilah yang membuat semuanya menjadi rumit. Padahal kamu hanya tinggal jatuh cinta kepada ku dan menikah dengan ku, mudah saja, bukan?"
"Ya, Semuanya sangat mudah jika di ucapkan oleh mu! Tapi, tidak dengan ku!"
"Apa begitu sulit jatuh cinta kepada ku? Bukankah, aku laki-laki yang sangat tampan hingga membuat jantung mu berdetak dengan cepat?" tanya Bara dan Aileen memutar kedua bola matanya dengan sangat jengah mendengar ucapan Bara yang begitu percaya diri mengatakan hal yang konyol itu kepadanya.
"Aku tidak mungkin jatuh cinta kepada laki-laki mesumm seperti kamu!"
"Sudahlah, aku tahu kamu sangat malu mengakui semuanya, bukan?"
"Entah terbuai dari apa otak laki-laki ini?" gumam Aileen dalam hatinya karena dari tadi, ia hanya mendengar ucapan Bara yang sangat ngawur layak seperti seseorang yang kehilangan kewarasan.
"Bisakah kita berdua jangan membicarakan hal ini dan fokus membahas tentang pekerjaan saja?"
"Asalkan kamu mau menikahi ku, maka aku akan bersedia melakukan hal apa saja untuk mu," ucap Bara dengan serius tapi tidak dengan Aileen, ia menganggap ucapan Bara hanyalah sebagai gurauan saja untuk membuat dirinya merasa tidak betah.
Aileen yang sudah benar-benar muak dengan sikap Bara, ia pun berpikir untuk kembali saja ke vila dan menelpon taxi untuk segera menjemput dirinya. Untungnya Aileen membawa ponselnya serta sinyal juga terlihat mendukung dirinya untuk menjauhi Bara secepat mungkin.
"Kau ingin kembali ke kantor?" tanya Bara.
"Tentu saja!"
"Kamu ikutlah dengan ku saja!" ajak Bara karena mobilnya sebelumnya sudah di antarkan oleh kedua pengawalnya Jamal dan Jamil ke kantor, sehingga ketika berangkat dirinya tidak perlu memerlukan taxi lagi untuk mengantarkan dirinya kesana kemari.
"Aku tidak sudi!"
"Kau harus ikut denganku!" Lagi-lagi Bara kembali menyeret Aileen dan memaksa gadis itu untuk masuk kedalam mobilnya, sedangkan gadis itu sedang berbicara kepada supir taxi di dalam telepon.
"Baiklah-baiklah! Aku akan masuk ke kedalam mobil mu sekarang juga!" ucap Aileen kesal, untungnya ia sempat membatalkan taxi pesanannya barusan.
Sekarang Aileen dengan terpaksa ikut pulang bersama Bara, di dalam hatinya ia terus memaki laki-laki itu dan bahkan ia mendoakan Bara yang m***m itu bisa secepatnya mendapatkan karma atas sikapnya yang tidak senonoh itu kepadanya. Sedangkan Bara di sepanjang perjalanan terus tersenyum-senyum karena sudah berhasil membawa Aileen ikut bersama nya saat ini. Bara tidak menyangka sudah 2 hari ini dirinya terus bersama gadis yang ia cintai, ia sangat berharap Aileen tidak menaruh perasaan cinta kepada laki-laki lain selain dirinya karena Bara sudah sangat berharap Aileen yang akan menjadi sosok Istrinya di masa depan nanti.
Mobil terus melaju dengan sangat cepat, hingga sekarang mobil telah berhenti didepan kantor dimana Aileen bekerja saat ini. Gadis itu langsung keluar tanpa mengucapkan terima kasih kepada Bara, walaupun sebenarnya Bara tidak membutuhkan hal itu. Bara tiba-tiba berpikir untuk masuk kedalam kantor tempat Aileen bekerja dan ia ingin tahu seperti apa exspresi gadis itu nantinya.
Semua orang terus menatap Bara dengan sangat kagum dan membuat Aileen yang terus berjalan menuju ke ruang kerjanya merasa sangat bingung dengan tatapan para karyawan tersebut.
"Apa ada yang salah denganku?" gumam Aileen, ia pun berusaha untuk mencari sesuatu di pakain nya takutnya pakaian yang ia pakai sobek namun, tidak ada satupun yang menjadikan pusat perhatian semua orang. Aileen yang penasaran kemudian mengikuti kemana arah pandangan mata para karyawan tersebut saat ini.
"Serius? Kenapa dia lagi, ya, Tuhan!" Aileen sudah sangat gregetan ingin mencincang-cincang tubuh Bara sekarang juga, laki-laki itu benar-benar tidak dapat membuat hidupnya merasa tenang sedikitpun.
Salah satu karyawan pun mendatangi Bara dan menanyakan apa tujuan Bara ke kantor tersebut.
"Saya ingin menemui kekasih saya yang bekerja sebagai sekretaris di kantor ini, apa Anda tahu di mana dia sekarang?" tanya Bara dengan sangat nyaring. Ia begitu sengaja melakukan hal itu supaya semua orang mendengar nya dan terutama Aileen.
"Apa orang yang di maksud Anda adalah nona Aileen, Tuan?" tanya karyawan tersebut.
"BENAR! KAMU SANGAT BENAR!" ucap Bara dengan lebih nyaring lagi dan semua orang pun langsung menatap ke arah Aileen yang sedang ingin menaiki tangga saat ini. Gadis itu bahkan sampai menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena saking malunya dengan sikap Bara yang seperti itu depan banyak orang.
Aileen yang ingin kabur langsung di panggil dan meminta untuk bertemu sebentar dengan Bara, awalnya Aileen beralasan dirinya sangat sibuk namun tiba-tiba pak Tama datang dan mengatakan bahwa Aileen harus melayani tamu dengan sebaik mungkin, kapan perlu Aileen harus mengajak Bara meminum kopi sebentar.
"Kenapa semua orang yang berada disini semuanya gila?!" gumam Aileen kesal dalam hati. Ia pun sudah berulang kali harus terpaksa untum melayani Bara yang sudah sangat menjengkelkan itu. Bara tersenyum puas ketika melihat ekspresi Aileen yang seperti itu.