Aldrich Tristan Caesar tidak bisa menahan emosinya jika hal itu berhadapan dengan Chloe Brisia Harristian. Ia paling tidak suka saat mendapat sambungan telepon dari Rei Harristian yaitu kakak Chloe yang mengatakan jika adik bungsunya kini masuk NYU setelah pindah dari universitas lain.
Saat Aldrich membuka pintu, ia nyaris akan membantingnya. Namun ia masih membiarkannya terbuka karena Chloe akan masuk ke dalam kantornya. Sambil berkacak pinggang dengan jas rapi, kacamata dan jam tangan super mahal yang terselip dari balik ujung lengan kemeja off white yang ia kenakan, Aldrich membelakangi pintu masuk.
Chloe masuk beberapa saat kemudian. Ia sudah melihat sosok tinggi dan tegap Doktor Aldrich Caesar berdiri membelakanginya. Wajah Chloe tak tersenyum sama sekali. Ia tak ingin berlama-lama di ruang itu tapi kali ini ia memang harus menghadapi Aldrich sebagai dosennya.
“Tutup pintunya!” perintah Aldrich dengan ketus tiba-tiba. Chloe cukup kaget karena ia tak menyangka bahwa Aldrich mengetahui kedatangannya. Chloe pun menutup pintu perlahan dan berbalik. Saat itulah Aldrich memutar tubuhnya dalam keadaan kesal dan berkacak pinggang.
“Apa kamu tahu kesalahanmu?” hardik Aldrich tanpa basa-basi. Ia langsung tersuluh emosi mana kala melihat Chloe masih santai seperti tak merasa bersalah.
“Aku tidak bisa mengenali Dewi Nimfa,” jawab Chloe ikut ketus. Aldrich makin memicingkan matanya dengan kesal.
“Apa katamu? Cuma itu yang kamu pikirkan!” balas Aldrich makin menaikkan suaranya.
“Lalu apa lagi? Kan memang hanya itu?” Chloe balik membalas dengan cueknya menantang singa tidur seperti Aldrich. Aldrich sontak menunjuk wajah Chloe dan menggeram kesal.
“Kamu adalah putri keluarga Harristian! Tapi kamu bahkan tak memiliki setengah dari kecerdasan Kakakmu!” mata Chloe sontak membesar dan ikut tersuluh emosi.
“Kenapa kamu membawa-bawa Kakakku?” pekik Chloe mulai tersinggung. Aldrich membalas dengan mendengus sinis.
“Aku sudah memberitahukan seluruh mahasiswa yang mengambil kelasku wajib membaca setidaknya tiga perempat dari seluruh informasi. Dan bahkan harus bisa menambahkannya sebagai referensi baru! Tapi kamu datang ke kelasku tanpa persiapan apa pun dan membuat malu!” geram Aldrich menatap tajam pada Chloe. Chloe hanya bisa diam dan mengeraskan rahangnya.
Chloe tak bisa membalas karena ia masih di dalam lingkungan kampus dan ia memang salah karena tak membaca perintah tugas yang diberikan oleh Doktor Caesar sehari sebelumnya.
Sementara Aldrich selalu rasanya ingin menelan Chloe hidup-hidup karena semua hal. Wajahnya memang imut dan cantik tapi Aldrich membencinya. Ia terus meyakinkan dirinya bahwa mereka tak lain hanyalah sepasang musuh bebuyutan.
“Jika ada mahasiswa sarjana yang melihat mahasiswa program master bersikap sepertimu maka mereka semua akan berontak dan tak akan mau mengerjakan apa pun selain bermalas-malasan!” tukas Aldrich lagi masih belum melepaskan Chloe sama sekali.
Chloe sedikit mengernyitkan keningnya meskipun ia tak berani kentara. Mengapa sekarang ia malah diberi beban sebagai seolah ia adalah mahasiswa teladan yang berperan sebagai role model?
“Kenapa kamu menuntutku untuk menjadi contoh? Bukankah di sana ada mahasiswa lain? Kenapa harus aku yang kamu tuntut!” Chloe protes dengan yang diucapkan oleh Aldrich. Bagi Chloe itu sama dengan memperlakukan dirinya semena-mena.
“Panggil aku, PAK! Jangan sembarangan dan tak sopan padaku!” Aldrich balik menghardik Chloe dengan mata mendelik dan suara ditinggikan.
“Aku tidak terima semua ini!” Chloe malah protes. Padahal ia sudah menahan diri untuk tak terpancing dengan Aldrich. Aldrich lantas menaikkan ujung bibirnya menyeringai dengan sinis.
“Kalau tidak mampu, tidak perlu berkuliah di sini. Kamu bisa mengundurkan diri kapan pun. Aku akan dengan senang hati memberikan kabar itu pada Dekan!” balas Aldrich menggeram dengan nada rendah. Matanya sempat sekilas menatap bibir Chloe yang mengatup rapat-rapat.
Chloe dan Aldrich saling perang pandang satu sama lain tanpa ada satu pun yang mau mundur.
“Sekarang keluar dari ruanganku! Sekali lagi kamu berbuat kesalahan atau kecerobohan, anggap kamu sudah gagal mata kuliahku. Tidak usah capek-capek untuk datang dan menghabiskan waktumu di kampus ini!” sindir Aldrich pada Chloe dengan sangat leluasa. Chloe berada di dalam daerah kekuasaan Aldrich dan ia tak mungkin berbuat sesuatu.
Chloe mendengus pun berbalik kesal untuk keluar dari ruangan Doktor Aldrich Caesar. Chloe begitu kesal dan ingin sekali menghajar Aldrich gara-gara sikap dan perkataannya. Pria itu tak pernah manis bersikap padanya. Tapi ia begitu berbeda jika berhdapan dengan Venus Harristian, kakak kedua Chloe.
Namun Chloe tak mau seperti anak kecil. Saat ia keluar, ia tak membanting pintu melainkan menutupnya dengan baik. Sementara Aldrich masih berkacak pinggang dengan kesalnya pada sosok Chloe. Sebenarnya tak hanya Chloe tapi ia sedang kesal dengan hal lain. Bonekanya meminta pisah karena tak tahan.
Aldrich berjalan ke meja kerjanya lalu menghempaskan punggung dengan duduk di kursinya. Sebelah tangannya memegang dagu dan rahangnya mengeras. Ia tengah menarik napas dan menenangkan diri. Gairah itu naik lagi tapi ia tak bisa melampiaskannya pada siapa pun sekarang.
“Pak? Maaf, aku mengganggumu! Nona Evelyn sudah mengepak barang-barangnya dan pergi. Apa aku harus mencegahnya?” seorang pria tiba-tiba masuk dan bertanya dengan nada datar pada Aldrich. Aldrich masih dalam posisinya dan ia hanya menaikkan matanya menatap pria itu. Ia tengah berpikir caranya mencegah Evelyn Roseberg agar tak pergi.
“Pak?” Aldrich terhenyak dari lamunannya dan menyodorkan tangan.
“Berikan teleponmu!” Pria itu datang sambil merogoh ponseln dari dalam saku jasnya untuk memberikannya pada Aldrich. Aldrich tak pernah menggunakan sambungan telepon pribadinya untuk menghubungi Evelyn. Ia hanya menggunakan ponsel milik Connor Archer yang merupakan asisten sekaligus kepala pengawalnya.
Aldrich menghubungi nomor Evelyn dan setelah beberapa kali dering, gadis itu mengangkatnya.
“Doktor Caesar?”
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Aldrich dengan nada dingin. Tak terdengar ada suara setelahnya sampai gadis bernama Evelyn itu kembali berbicara.
“Aku ingin pulang …”
“Tapi kita punya perjanjian!” potong Aldrich dengan cepat. Suaranya agak sedikit naik dan ia mulai kesal. Aldrich tetap menahan diri agar ia tak emosi. Evelyn tak boleh pergi atau Aldrich harus memilih boneka baru dan ia sedang tidak mood untuk melakukannya.
“Aku rasa aku ingin membatalkannya …”
“Kamu tahu kan konsekuensinya? Aku tidak bisa mensupport beasiswamu lagi. Aku akan menyetop sekarang juga!” tegas Aldrich mengingatkan Evelyn pada konsekuensi yang harus ia dapatkan jika berhenti tiba-tiba.
“Maafkan aku, Doktor. Tapi aku tidak sanggup melakukannya lagi. Aku benar-benar tidak kuat.” Evelyn mulai terisak dan menangis di telepon. Aldrich menarik napasnya dan memejamkan mata. Ia jadi mengumpat kesal dalam hati. Tak hanya karena berurusan dengan Chloe Harristian, kini ia harus kehilangan bonekanya. Gadis itu sepertinya mulai membawa kesialan pada Aldrich.
“Bagaimana jika aku merekomendasikan temanku saja?”
“Apa kamu seorang g***o? Aku tidak memilih sembarang gadis!” tegas Aldrich meski timbul rasa kasihan dalam hatinya pada Evelyn.