“Kamu menyebutkan jika potongan patung dewa Jupiter yang ditemukan di salah satu kuil di Dodona bukan asli. Tapi patung itu telah dikonfirmasi oleh Museum Santorini sebagai satu-satunya di dunia. Bagaimana kamu bisa mengetahui hal itu?” serang Aldrich dengan wajah serius. Chloe langsung mengambil makalah itu dan membaca bagian yang ia tulis lalu menjelaskannya pada Aldrich.
“Aku membaca sebuah jurnal yang meragukan jika patung dewa Jupiter itu adalah asli!” jawab Chloe dengan sangat yakin. Aldrich makin berdecap sinis serta kesal.
“Kamu mencoba menyebarkan berita palsu ya?” Chloe spontan menggelengkan kepalanya.
“Tidak! Aku benar-benar membacanya!” pekik Chloe makin bersikeras dengan pendapatnya.
“Apa buktinya? Bagaimana kamu membuktikan jika patung itu bukan asli?” Chloe berdecap dan membesarkan matanya pada Aldrich sebelum menjelaskan. Dan sekali lagi Aldrich harus menahan dirinya melihat dua bola mata bulat dan bibir yang cantik itu kala tengah menjelaskan suatu teori padanya.
“Patung itu ditemukan tanpa salah satu planetnya!” jawab Chloe membuat Aldrich jadi memicingkan mata. Ia masih diam memperhatikan sekaligus menahan detak di jantungnya.
“Dewa Jupiter biasanya digambarkan sebagai sosok yang agung, dengan rambut keriting panjang dan janggut, mengenakan pakaian berlipat-lipat, dengan panah berapi atau tongkat kerajaan di satu tangan dan patung Nike di tangan lainnya. Dia menginjak-injak dunia dengan kakinya, dan di sebelahnya duduk seekor elang, simbol kekuatan dan kekuasaan.” Chloe memulai penjelasannya.
“Jupiter juga nama planet terbesar dalam tata surya kita. Dewa dari seluruh planet. Ada empat belas satelit berputar mengelilingi planet itu dengan lima di antaranya yang utama. Kenapa Galileo menamainya Jupiter? Karena ia merupakan gambaran paling jelas tentang seperti apa dewa Jupiter yang sebenarnya!” sambung Chloe lagi masih berapi-api. Aldrich masih sedikit memicingkan mata menatap Chloe yang memberikannya penjelasan.
“Ada lima satelit utama Jupiter yang dinamakan sesuai dengan istri dan pendamping kesayangan Jupiter yaitu Io, Europa, Ganymede, Callisto dan Amalthea. Hanya ada empat yang ditemukan bersama patung Jupiter selain Io. Jika itu memang patung Jupiter, maka Io adalah yang utama. Dia tidak akan hilang!” tegas Chloe bersemangat membuat pendapatnya pada Aldrich yang perlahan mendengus pelan.
“Jadi kamu membuat kesimpulan berdasarkan asumsi konyol seperti itu?” sindir Aldrich tak mau melepaskan kesempatan untuk makin menekan Chloe. Chloe makin mengenyit dan menggelengkan kepalanya.
“Itu bukan asumsi! Seorang profesor dari Wisconsin menyetujuinya. Aku membaca jurnal yang ia buat!” sahut Chloe masih tak mau kalah. Ia tetap ngotot dan Aldrich pun mengangguk tanpa melepaskan pandangannya dari Chloe.
“Tunjukkan padaku jurnalnya!” perintah Aldrich meminta jurnal yang dimaksudkan oleh Chloe untuk membuktikan perkataannya. Chloe dengan sigap mengambil ponselnya lalu mencari artikel dari jurnal yang ia baca. Ia sampai gugup karena ditunggui oleh Aldrich yang ingin membaca jurnal yang dimaksudkan oleh Chloe.
“Mana? Aku menunggu!” cetus Aldrich mulai ketus. Chloe sudah menghabiskan 30 detiknya menunggu sia-sia. Gadis itu kurang sigap. Chloe masih berkonsentrasi mencari.
“Uh, ke mana dia?” gerutu Chloe pelan. Ia mencoba membongkar riwayat pencarian terakhir dan mata Chloe membesar saat melihat sebuah peringatan pada situs yang ia baca.
“A-Apa ...” Chloe benar-benar tak percaya. Wajahnya langsung tegak dan naik menatap Aldrich yang mengernyit tak mengerti.
“Apa yang terjadi?” tanya Aldrich kemudian. Chloe mulai pucat. Ia melihat lagi layar ponselnya dan tangannya mulai gemetar. Jurnal yang dibaca oleh Chloe tak ada lagi dalam direktori perpustakaan online tempat Chloe mencari bahan kuliahnya.
“Uhm, i-itu ...” Aldrich langsung merebut ponsel Chloe yang tak bisa protes. Ia membaca peringatan bahwa jurnal tersebut tak bisa ditemukan. Aldrich mendengus dan balik menatap Chloe.
“Lihatkan, siapa yang berbohong?” Aldrich langsung menyerang Chloe yang tak lagi punya dinding pertahanan untuk semua alibinya. Chloe rasanya ingin menangis tapi ia menolak untuk menyerah.
“Uh, Ald ... maksudku, Doktor Caesar! Aku bersumpah jika aku memang membaca dan mencatat jurnal itu sebagai referensi!” pekik Chloe masih bersikeras.
“Siapa penulisnya?”
“Profesor Galiston!” jawab Chloe yang memang masih ingat dengan jelas mengenai jurnal yang ia baca.
“Tapi aku tidak lihat buktinya!” sahut Aldrich masih mendebat Chloe dan terus memojokkannya. Chloe rasanya ingin menangis. Tapi ia tak akan membiarkan harga dirinya jatuh gara-gara Aldrich. Aldrich pasti sangat senang sekarang karena bisa membuat Chloe tak bisa berkutik sama sekali.
“Jika ingin berbohong, pilih lawan yang tepat!” tambahnya lagi.
“Aku tidak berbohong!” jawab Chloe masih konsisten. Ia tak mau mengaku bersalah dan tak akan menyerah. Aldrich masih menatap Chloe dan rasanya ingin mencekiknya agar dia bisa pergi dari pandangannya.
“Kamu tidak bisa membuktikan hasil kerjamu sama sekali. Jadi kamu sudah gagal pada mata kuliahku, Nona Harristian. Aku tidak akan menerima seorang pembohong di kelasku!” geram Aldrich kembali menegaskan. Jika membunuh memang diperbolehkan, rasanya Chloe akan jadi korban pertama Aldrich.
“Tapi aku tidak bersalah!” pekik Chloe masih bersikeras. Ia benar-benar gadis yang tak menyerah sama sekali dan keras kepala.
“Aku tidak peduli! Sekarang keluar dari sini. Aku tidak akan memberikanmu nilai!” usir Aldrich dengan ketus dan kejam. Chloe masih tak terima. Ia berpikir cepat dengan sedikit menurunkan tensi agar Aldrich mau memberikannya kesempatan untuk membuktikan mengenai jurnal itu.
“Aku berani bersumpah jika aku memang membacanya!” rengek Chloe lagi.
“Aku tidak perlu sumpahmu! Sekarang keluar!” usir Aldrich tak memberi ampun sama sekali. Tapi Chloe masih belum menyerah. Mata kuliah yang dipegang oleh Aldrich adalah mata kuliah utama yang harus dilewati oleh semua mahasiswa jika ingin lulus dari jurusan sejarah Romawi. Sambil sedikit terengah, Chloe mencoba mendekat meski mereka tak pernah akrab sama sekali.
“Aku benar-benar tidak berbohong ...”
“Aku sudah bilang, aku tidak peduli, Chloe Harristian!” sahut Aldrich menaikkan suaranya pada Chloe. Itu adalah kalimat dengan cara yang sama yang pernah diucapkan oleh Aldrich dulu padanya. Sekali lagi Chloe seperti dibawa pada kenangan masa lalu mereka. Aldrich pun sepertinya menyadari hal tersebut tapi masih menatap tajam pada Chloe.
“Aku tidak akan pernah mengaku bersalah, karena aku tidak bersalah!” tegas Chloe lagi lalu berbalik dan pergi dari hadapan Aldrich. Aldrich hanya diam membiarkan Chloe pergi. Connor Archer masih diam memperhatikan Aldrich yang belum bergerak dari posisinya. Ia seperti sedang berpikir dan tangannya menjulur mengambil ponsel di atas meja. Ia kemudian mengambil ponsel itu dan menghubungi seseorang.
“Profesor Galiston, selamat sore, maaf sudah mengganggumu. Aku Aldrich Caesar!” sapa Aldrich pada profesor Galiston yang menulis jurnal yang dijadikan referensi oleh Chloe.
“Selamat sore, Doktor Caesar. Senang mendapat telepon darimu. Apa yang bisa aku bantu?”
“Profesor, aku ingin mengonfirmasi sesuatu padamu. Benarkah kamu menulis jurnal tentang keaslian patung Jupiter yang berada di museum Santorini sekarang?”
“Benar sekali. Tapi sayangnya aku baru saja menurunkan jurnal itu atas permintaan pihak museum. Mereka sedang menyelidiki tentang pemalsuan itu dan tak ingin membuat kegaduhan. Jadi mereka memintaku untuk menahan dulu informasi tentang hal tersebut. Uhm, memangnya kenapa Doktor Caesar?” Aldrich menghela napas cukup berat mendengar penjelasan tersebut.