“Ada titipan dari Papi,” demikian kata Novia tanpa basa-basi setelah Ia duduk di dekat Dion. Ia meletakkan sebuah amplop tipis ke atas meja persis di depan laki-laki itu. Selintas harum keringat yang lembut menyambar hidung Dion. Wangi peluh alami sehabis tidur malam, aroma seperti itulah yang selalu dirindukan oleh kekasih manapun. “Lho, Pak Zein kemana?” tanya Dion sedikit kaget. “Papi sudah pergi sebelum subuh tadi. Semalam ada telepon penting yang memintanya untuk berada di Jakarta pagi ini. Katanya sih ada meeting mendadak dengan para pemilik saham.” “Ohhh ... pantesan ...” “Pantesan?” “Pantes beliau tidak terlihat pagi ini.” Lincah, lidah Dion ngeles dari keterlepasan bicara ‘pantesan kamu jadi lincah gitu’, sebagai komentar senang dengan perubahan sikap Novia yang kini terli