Enggar terlihat sedang memasukkan seluruh barang-barangnya didalam kotak dos yang sudah disiapkan, semua barangnya berupa foto, pena dan lain-lain ia masukkan ke dalam kotak dos itu. Enggar menoleh dan melihat ke arah pintu ruangan Arsenio, ia tidak berani menjelaskan, apalagi meminta maaf, karena ia juga menyukai Mufta. Bahkan perasaannya pada Mufta selama ini tidak pernah memudar, ia menyukainya dan ingin memilikinya, namun tidak untuk menikahinya. Ia menganggap dirinya dan Mufta sama-sama membutuhkan kasih sayang. Perasaannya pada Berlian tidak pernah main-main, ia ingin menikahi Berlian, memberikan cinta dan kasih sayangnya pada wanita itu, namun ia ingin tetap bermain dengan Mufta di belakang. Egois? Tentu saja. Ia memang pria yang egois. “Pak Enggar, apakah Anda resign dari kantor