Kiara, Agam, Dilan dan Randra akhirnya sudah selesai mengerjakan tugas mereka. Kini mereka tengah bersiap-siap untuk pergi ke Caffe sesuai dengan rencana mereka tadi. Mereka akan berangkat dengan satu mobil saja karena nanti mereka akan tetap pulang ke rumah Kiara sebelum mereka benar-benar pulang ke rumah mereka masing-masing. Mereka masih di rumah csKiara sembari menunggu Kiara yang sekarang sedang mengajak kakaknya.
"Abang, Kiara mau pergi nongkrong. Ayo ikut, katanya tadi mau ikut." ujar Kiara mengajak Kelvano dan kini Kelvano mendekati Kiara tersebut.
"Iya sebentar ya sayang, Abang mau ganti baju dulu. Kamu udah siap aja nih. Semangat banget ya kamu." ujar Kelvano kepada Kiara tersebut. Kiara pun tersenyum kepada Kelvano dan kini Kiara pergi ke tempat teman-temannya sembari menunggu kakaknya. Mereka kini mengobrol bersama.
"Bang Kelvano jadi ikut Ra?" tanya Dilan dan Kiara pun mengangguk.
Mereka masih menunggu Kelvano sampai pada akhirnya sekarang ini akhirnya Kelvano sudah datang. Tampak sekarang ini Kelvano sudah datang dan mereka pun mulai pergi sekarang. Mereka menggunakan satu mobil saja. Mereka menggunakan satu mobil agar tidak terlalu macet saat mereka ada di jalan.
"Sekarang ini mereka sudah berada di perjalanan menuju ke Caffe yang akan mereka gunakan untuk nongkrong. Kiara duduk di bangku penumpang belakang bagian tengah diapit oleh Agam dan Dilan. Sementara Randra dan Kelvano ada di depannya. Mereka masih berada di perjalanan dan entah kenapa perjalanan malam ini cukup padat merayap karena tidak biasanya malam-malam yang biasanya senggang seperti kemarin malah saat ini padat.
"Aneh ya, kenapa kok rame banget sih malam ini? Padahal biasanya juga ga serame ini." ujar Randra yang melihat jalanan padat merayap. Bisa dipastikan bahwa rencana kedatangan mereka di jam yang tadi sudah di tentukan menjadi lebih lama lagi dari sebelumnya. Makanya sekarang mereka masih menunggu.
"Ada acara kali ya di depan. Tapi ya untung aja ga terlalu ramai sampai bikin macet sih. Masih aman lah ya ini sekarang." ujar Dilan tersebut.
"Lah kalo ada acara juga acara apaan dah emangnya? Orang sampai sana jalan semua kan. Ga ada toko atau apa pun itu." ujar Kelvano bingung.
"Ya iya juga sih." ujar Dilan, mereka akhirnya sudah sampai di Cafe tempat mereka nongkrong dalam waktu empat puluh lima menit yang mana seharusnya jika lancar hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit saja. Namun yang penting sekarang mereka sudah sampai di Caffe. Kiara tampak di gandeng oleh Agam untuk sampai ke dalam Caffe dan duduk di Caffe itu.
"Tugasnya kita tadi kan benar-benar udah selesai kan ya? Ga ada yang ketinggalan kan ya dari tugas kita? Aman semuanya kan ya guys ini?" Tanya Dilan. Jika mengenai tugas kelompok yang memang sangat memikirkannya karena ia takut jika nantinya ia akan mengajarkan kelompoknya dengan otaknya yang bodoh. Makanya ia selalu memastikan bahwa tugas mereka sudah selesai. Jika itu hanya merupakan tugasnya sendiri ia tak peduli ingin ia selesaikan atau tidak sama sekali titik karena nantinya nilai yang akan diperoleh juga hanya akan mempengaruhi nilainya bukan nilai teman-temannya. Mereka semua tampak mengangguk sebagai jawaban pertanyaan dari Dilan tersebut.
"Udah kok Lan, semua tugas kelompok kita udah clear dan sekarang kita tinggal have fun. Jarang-jarang kan kita bisa have fun bareng kayak gini." Ujar randra kepada Dilan. Namun sekarang ini justru Agam yang merasa bersalah karena ia tahu bahwa mereka tidak bisa hafal bersama dengannya karena ia sendiri yang takut kepada Aruna. Andai saja ia bisa meyakinkan bahwa ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Kiara mungkin saja mereka masih bisa berkumpul bersama. Andai Aruna tidak secemburu itu.
Ini semua salah gue karena gue nggak bisa buat Aruna jadi berpihak sama gue. Harusnya gue sadar dan dan nyoba buat bikin Aruna jadi baik sama Tiara dan yang lainnya. Tapi rasanya berat banget karena gue juga nggak mau Aruna marah sama gue Dan akhirnya ninggalin gue gitu aja. Gue akui kalau gue emang si pengecut itu tapi gue emang takut banget. Batin Agam.
"Sorry ya semuanya, ini semua gara-gara gue kalau kita nggak bisa have fun bareng akhir-akhir ini. Tapi gue selalu nggak apa-apa kok kalau kalian mau mau kan tanpa gue karena gue nggak ikut pun itu juga merupakan pilihan gue sendiri. Jadi kalian nggak perlu mikirin macam-macam, yang penting kalian masih mau tetap sama gue Dan ada disisi gue. Yang pasti kalian juga nggak bakalan mau mau ninggalin gue gitu aja." Ujar Agam kepada teman-temannya.
"Agam, harus bilang berapa kali kalau kita semua nggak akan ninggalin kamu. Kita semua sayang sama kamu Dan nggak mau kalau kamu kenapa-kenapa. Jadi apapun itu nggak usah dipikirin terlalu berat ya ya." Ujar Kiara.
Lagi dan lagi gue ngerasa benar-benar cemburu banget ketika gue ngelihat Agam sama Kiara. Tuhan, kenapa gue secemburu itu sama mereka. Kenapa gue sekarang jadi mikir kalau sebenarnya Agama ada perasaan khusus kegiara tapi dia nggak pernah bicaraan itu ke Kiara. Sama halnya dengan apa yang gue lakukan, bedanya sekarang Agam punya Aruna dan gue nggak punya siapa-siapa. Batin Dilan yang Dilanda kegelisahan saat ini.
Kini mereka melanjutkan obrolan mereka, randra sedang melihat di sekitar kafe. Kebetulan ini sudah malam ia pun melepaskan kacamata hitam yang selalu bertengger di matanya ketika siang datang. Kini ia bisa melihat malam yang selalu ia nantikan. Malam yang selalu membuatnya menjadi tenang. Kini ini randra berharap bahwa di sini ada Rania juga. Ya memang harapan dari Randra terlalu besar dan terlalu tinggi maknanya Randra sendiri juga tidak berharap banyak dengan hal itu karena persentase untuk itu mungkin terjadi sangatlah kecil. Bahkan mungkin nyaris tidak ada sama sekali.
Namun entah doa apa yang dilafalkan oleh Belanda Randra itu hingga keinginannya itu diwujudkan oleh Tuhan. Ya, sekarang ini anda sudah bisa melihat Rania yang baru saja masuk ke dalam kafe yang ia datangi Rania datang tidak hanya sendiri tapi bersama dengan sahabat sejati nya yaitu Nika.
Sepertinya mereka berdua memang berencana untuk nongkrong bersama. Sekarang ini tampak Nika dan Rania sudah pergi ke salah satu meja yang ada di dekat pintu. Tampak sekarang mereka berdua belum mengetahui keberadaan dari Randra dan yang lainnya makanya mereka masih bersikap biasa saja karena jika mereka sudah tahu tentang yang adanya Randa di sini kemungkinan besar Rania akan bersikap aneh terlebih bisa saja dia judes.
"Uhuy, lo doa apaan tuh Randra? Sampai-sampai ai Rania juga ada di sini. Pasti doa lo mujarab banget sih itu." Ujar Agam kepada randra itu.
"Gue sih tadi cuman minta biar Rania ada di sini tapi ya gue tahu dirilah kalau doa gue nggak mungkin didengar. Eh tapi ternyata doa gue didengar dong. Enggak nyangka sih gue, kayaknya gue sama Rania itu jodoh deh. Iya kan ya? Kalian pada setuju kan kalau gue sama Rania?" tanya Randra itu.
"Iya deh iya, kita mah setuju banget kalau sama Rania. Lagipula kalian berdua juga kelihatan cocok banget. Ya semoga Tuhan ngasih jalan lo sama Rania buat selalu dekat dan bersama. Kita selalu doain jodoh yang terbaik buat lo Randra. Tentunya jodoh yang bisa nerima Lo apa adanya bukan karena ada apanya dalam diri lo." Ujar Kiara yang sekarang ini membuat randra tersenyum. Memang selalu Kiara yang bisa mencairkan suasana mereka.
Randra mendekat ke Kiara dan ia memeluknya dengan erat, dia tidak tahu lagi bagaimana jika di sini tidak ada Kiara. Mungkin harinya, hari Dilan dan hari Agama akan terasa sangat membosankan dan mereka tidak akan cair ini. Mereka bisa saja hal ini karena ada Kiara disisi mereka bertiga.
"Makasih atas segalanya ya Kiara, lho emang bisa ngebuat buat diri kita jadi lebih berwarna dan lebih ih bisa dihargai. Hidup kita juga jadi lebih bermanfaat karena adanya lo. Gue pribadi mungkin nggak akan jadi Randra yang seperti ini kalau nggak ada loo di sisi gue. Bagi kita Lo itu bulan yang selalu menyinari hidup kita." Ujar Randra dengan penuh ketulusan ke Kiara.
"Sama-sama randra, lagipula kalian semua juga harga merupakan orang-orang yang yang sangat berjasa di hidup gue dan gue sayang banget sama kalian semua. Tanpa kalian mungkin gue nggak akan ngerasa kalau gua itu punya temen. Dari dulu gue suka ngira kalau orang-orang yang temenan sama gue itu karena mereka takut dan mau cari perhatian bang Kelvano. Makanya gue males banget buat cari teman, tapi kalian bertiga beda. Diantara kalian sama sekali nggak ada yang cari perhatian atau apapun itu karena kalian benar-benar tulus sama gue. Hal itu yang masih kusyukuri sampai sekarang ini karena cari teman yang tulus itu susah banget apalagi dengan kekurangan gue yang kayak gini, gue yang selalu ngerepotin kalian." ujar Kiara tersebut.
Meskipun bagi kalian kalau gue ini adalah bulan, nyatanya gue enggak tahu bulan itu sinarnya seperti apa. Karena semua di hidupmu itu gelap. Entahlah, yang pasti sampai sekarang ini gue e masih nggak tahu gimana cara gue bisa menyinari kalian sementara gue sendiri nggak tahu sinar bulan itu seperti apa sampai sekarang. Batin Kiara yang tidak bisa ia katakan kepada siapapun karena jika mereka mendengar hal ini pasti mereka akan merasa kasihan kepada Kiara. Dan Kiara merupakan orang yang sangat tidak suka jika iya harus dikasihani oleh orang lain. Meskipun itu merupakan orang-orang yang dekat dengannya ia sangat tidak mau. Iya anti dengan hal itu.
"Nggak Kiara, lu yang segalanya buat kita kenal udah ngerubah kita jadi lebih baik lagi. Kiara, sekarang ini ini dan sampai kapanpun itu yang lu harus tahu kalau kita semua akan tetap sayang sama lo dan kita nggak akan ninggalin lo. Kiara, kalau bisa gue minta sama Tuhan gue mau ngasih mata ini buat lo. Gue tahu kalau dunia ini memang nggak indah tapi seenggaknya dari situlah bisa ngelihat tentang dunia ini." Ujar Agam kepada Kiara dan hal itu membuat Kiara kini menangis. Tampak sekarang ini Kiara sudah memeluk Agama dengan sangat erat. Agam dan segala perkataannya selalu bisa membuatnya menangis karena ia tahu bahwa Agam sangat tulus dengan itu.