Setelah menunggu beberapa saat, masakan Lidya sudah siap. Faris kembali membantu menyiapkan piring, Lidya yang menghindangkannya. Dari aromanya Faris sudah mengira kalau masakan itu enak sekali. Tapi meskipun sedang lapar, dia tak mau buru-buru mengambilnya, tidak enak pada Lidya yang sudah bersusah payah memasaknya. Setelah Lidya juga siap, merekapun makan malam berdua. “Wuiih, masakan kamu ternyata enak banget Lid, kamu ternyata pinter masak ya? Gitu kok ngomongnya nggak bisa masak sih?” “Hehe, cuma kebetulan aja Ris.” “Apanya yang kebetulan? Ini sih jago namanya. Kelihatan kok dari caramu masak tadi.” “Ah, kamu terlalu berlebihan.” “Serius Lid, ini enak banget, dan cara masak kamu tadi, jago banget. Masakan mbak Selvi aja nggak seenak ini lho.” “Ini muji apa ngeledek ya?” “Loh, a