Bab 5 Mencintai Om Arsen

1265 Kata
Pulang dengan perasaan kesal setengah mati, marah, cemburu dan sakit hati. Bagaimana tidak, sejak mengantarkan Gina pulang ke rumahnya, disepanjang jalan, Cherry hanya dijadikan obat nyamuk saja oleh kedua manusia tua itu. Gadis cantik itu hanya bisa memendam seluruh kekesalannya saja, mau bersuara juga malas, ia benar-benar tak suka dengan sosok Gina yang begitu kentara sekali sedang mencoba mencari perhatian Arsen. "Pak Arsen terimakasih banyak ya atas tumpangannya. Bapak hati-hati dijalan, jaga kesehatan jangan lupa istirahat." Seru Gina pada Arsen yang tampak tersenyum ramah kearahnya. "Sama-sama Gin, kamu juga!" Balas Arsen. "Jalan pak!" Ujar Cherry dengan nada ketus pada pak sopir. "I-iya non." Pak sopir tiba-tiba melajukan mobil membuat Arsen sedikit terkejut. Pasalnya ia belum menyuruh Cherry untuk pindah tempat duduk, tapi supir sudah melajukan mobilnya terlebih dahulu. "Cher! Kamu tidak pindah ke belakang?" Tanya Arsen pada Cherry yang sejak tadi hanya diam saja. "Nggak, disini aja lebih enak." Ujar Cherry dengan ketus membuat Arsen merasa bingung. "A-" "Pak hidupin musiknya! Disini terlalu senyap aku nggak suka." Sahut Cherry dengan penuh perintah. "Ba-baik non." Pak supir pun segera menghidupkan musik, saat menemukan lagu K-Pop kesukaannya Cherry segera memutarnya keras-keras. Arsen sendiri hanya bisa diam, tak mengerti dengan sikap Cherry yang tiba-tiba berubah seperti ini. Apa ia sudah berbuat kesalahan? Kenapa Cherry sepertinya sedang marah padanya? *** Tiba di mansion Cherry langsung turun begitu saja. Hatinya masih kesal, rasanya ia ingin sekali membotaki rambut Gina si nenek tua yang sok perhatian itu. Awas saja kalau mereka bertemu, Cherry akan membalas semuanya. "Cher! Cherry!" Arsen memanggil Cherry yang tiba-tiba masuk begitu saja ke dalam mansion tanpa memperdulikannya. Sudah dipanggil berkali-kali tapi Cherry sama sekali tak peduli dengan panggilan Arsen. Entah kenapa hati Arsen menjadi gelisah, melihat Cherry yang seperti ini membuatnya menjadi begitu resah. "Dasar nenek tua, dia pikir dia itu siapa? Sok kecakepan banget, cakepan juga aku kemana-mana, cantikan juga aku, aku jauh lebih muda dan segalanya. Si tua itu..." Cherry tak hentinya mengomel-ngomel, sampai tiba-tiba saja ada Arsen yang mengejarnya, namun Cherry buru-buru menghindar dan berlari menuju kamarnya. "Cher kamu kenapa? Ada apa?" Pertanyaan Arsen bahkan tak digubris sama sekali oleh Cherry sampai tiba-tiba Emma datang, dan terheran-heran melihat kedatangan Arsen. "Ar! Kamu udah pulang? Cherry mana?" Tanya Emma pada Arsen. "Ah mbak, itu... Aku juga nggak tau mbak em, Cherry sepertinya sedang marah denganku, tapi aku nggak ngerti salah aku apa." Balas Arsen. "Nggak biasanya... Cherry kenapa ya? Emangnya kalian habis ngapain sih Ar?" "Hhh... Anak muda jaman sekarang memang sulit dimengerti, aku sempat mengantarkan bawahanku pulang ke rumahnya tadi, dia menjabat sebagai Chief Marketing Officer diperusahaan kita, dan kami cukup dekat. Entah kenapa setelah aku mengantarkan Gina pulang, Cherry sepertinya marah, dia terus diam sepanjang jalan, dan aku sama sekali nggak ngerti kenapa dia bersikap seperti itu." Jelas Arsen pada Emma yang tampak kebingungan. Emma tentu saja merasa aneh, namun Emma masih berpikir positif ia tak mau mengambil kesimpulan macam-macam sebelum ada bukti. "Biar mbak lihat Cherry dulu, kamu sebaiknya istirahat." "Obatku masih ada ditas Cherry mbak." "Ck, biar mbak yang ambil." "Makasih mbak, aku ke kamar dulu." Pamit Arsen. "Iya." Setelah Arsen pergi, Emma pun segera naik ke lantai atas menuju kamar Cherry. *** 'Kamu tau nggak masak dia nyuruh aku duduk samping supir, terus dia duduk berduaan dibelakang sama wanita itu, sepanjang jalan mereka ngobrol, bahkan mereka berdua nggak peduli ada aku disana. Aku cuma jadi obat nyamuk doang, gila nggak tuh! Kenapa sih Ly? Kenapa harus ada rintangan begini? Aku udah lama nunggu ini, nunggu momen-momen saat dia sendiri dan aku bisa dengan mudah milikin om Arsen.' 'Kamu masih belum bisa move on dari om Arsen?' 'Nggak akan bisa Loly, sampai kapanpun nggak akan pernah bisa. Kamu sendiri nggak bisa kan move on dari om Daven, lihat setelah semua keburukan yang dia lakukan sama kamu, kamu tetep cintakan sama dia?' 'Tapi sekarang aku udah pergi Cher, aku udah berusaha move on meski sulit. Kita berdua udah selesai, udah nggak ada yang tersisa lagi.' 'Hiks, uuuhhh... Sweetie... Kenapa nasib kita berdua gini banget yah? Kamu cinta sama om Daven paman angkat kamu, sedangkan aku cinta sama om Arsen adik dari kakek angkat aku. Kenapa bisa kebetulan kayak gini sih Ly?' 'Lucu juga ya. Terus kamu sama om Arsen sekarang gimana?' 'Aku masih marah sama dia, aku cemburu, aku kesel, aku sebel Ly. Apa jangan-jangan dia suka sama si Gina-Gina itu lagi.' 'Kamu lebih segalanya Cher, kamu harus optimis, perjuangan kamu untuk menunggu dia selama ini sangat sulit. Apa kamu akan nyerah gitu aja?' 'Nggak bisa Loly nggak bisa, kalau dia sampai jatuh ketangan Gina, aku bisa gila, aku lebih baik mati, bia-' "Cherry kamu!" Melihat kedatangan Emma yang tiba-tiba membuat Cherry langsung menjatuhkan ponselnya, ia tentu saja sangat terkejut begitupula dengan Emma. Cherry pun buru-buru mengambil ponselnya dan menutup sambungan teleponnya. "O-oma a-aku, aku..." "Kamu mencintai Arsen?" Tanya Emma dengan penuh penekanan. "I-itu a-aku..." "Jawab Cherry! Apa benar kamu mencintai Arsen?" "O-oma..." Tangis Cherry pun pecah, ia mengangguk-anggukan kepalanya, mengiyakan ucapan Emma. "Aku cinta om Arsen Oma hiks, aku cinta banget sampai mau mati rasanya. Maaf Oma maaf, aku salah, aku salah Oma, Oma boleh mengusir aku, Oma boleh menamparku, aku gila, aku sudah gila a-" Grep Bukannya marah, Emma tiba-tiba malah memeluk tubuh Cherry dengan erat. "Kamu nggak gila sayang, kamu nggak gila." Emma ikut menangis, ia tak kuasa melihat sang cucu menangis seperti ini. "Apakah ini alasannya kenapa selama ini kamu kekeuh ingin hidup diluar negeri? Apa karena ingin menghindari Arsen?" "Hm." Cherry mengangguk. "Aku mencintainya sejak aku kecil Oma, melihat wajahnya selalu mampu membuat aku semangat, aku mulai sadar atas perasaan terlarang itu ketika usiaku tiga belas tahun, aku selalu nggak suka ketika melihat om Arsen sama Tante Rebecca. Memendam semua itu selama bertahun-tahun, mencoba melenyapkan tapi rasanya semakin sulit dan semakin sakit. Aku selalu berdoa, jika om Arsen memang takdirku, maka dekatkanlah, tapi jika bukan, tolong jauhkanlah. Lalu kesempatan itu hadir, om Arsen dan Tante Becca berpisah, aku punya peluang, tapi tadi... Tadi om Arsen sama wanita lain Oma... Mungkin semua orang mengira jika perasaan yang aku miliki adalah perasaan konyol. Aku mencintai pria tua yang usianya bahkan terpaut sangat jauh denganku. Seandainya aku bisa memilih, aku juga nggak mau jatuh cinta sama dia oma, tapi... Aku-" "Sayang... Sayangku." Emma semakin memeluk Cherry dengan erat, tak kuasa melihat kesakitan yang dirasakan oleh sang cucu. Emma sudah pernah merasakan kehilangan anak bagaimana rasanya, sungguh sangat menyakitkan. Dan sekarang yang ia prioritaskan adalah kebahagiaan Cherry, melihat Cherry bahagia tentu saja turut membuat Emma juga bahagia. "Bilang Oma apa aku salah karena cinta sama om Arsen? Apa aku gila? Apa aku punya kelainan? Apa aku sakit Oma?" "Enggak sayang enggak, kamu nggak salah, cinta itu tidak pernah salah yang penting masih dalam batas normal. Kamu mencintai Arsen yang sudah berusia enam puluh tahun, dan Arsen adalah seorang pria, hal itu masih bisa dikatakan wajar. Tapi jika kamu menyukai wanita, itu yang kelainan, itu yang tidak wajar sama sekali Cherry." Tutur Emma seraya melepaskan pelukannya. "Jadi Oma..." "Kamu pantas bahagia sayang, saat ini yang terpenting bagi Oma adalah kebahagiaan kamu, jika Arsen adalah kebahagiaan kamu, maka Oma pasti akan mendukungnya." "Maksud Oma?" Cherry tampak terkejut mendengar ucapan Emma. "Ya, Oma akan dukung kamu, Oma akan bantu kamu sayang. Kamu akan menjadi istri Arsen, Oma akan pastikan itu." "Benarkah Oma?" "Tentu, Oma serius, Oma nggak pernah main-main." "Makasih Oma makasih, aku sayang Oma, makasih Oma." Cherry pun langsung memeluk Emma, dan Emma balas memeluk Cherry. Mereka menangis bersama saling mengungkapkan kasih dan sayang satu sama lain. "Oma akan bicara sama opa, kamu tenang aja, kamu akan bahagia, Oma akan pastikan hal itu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN