“Maaf," Jeanna terpegun sejenak mendengar ucapan maaf yang keluar dari mulut Devan. Dia tak pernah sekalipun berpikir bahwa pria itu akan meminta maaf padanya atas kesalahan orang lain. Ini setidaknya yang dapat Jeanna simpulkan dari kata maaf yang terucap dari mulut pria itu. “Kenapa tiba-tiba minta maaf? Memangnya kau punya salah apa padaku selain tukang memaksa?” “Jeanna, aku sedang serius sekarang.” “Aku pikir, kau orangnya tidak akan pernah bisa serius.” “Jeanna...” Intonasi suara pria itu terdengar rendah, namun ada sedikit penekanan pada ucapannya. Jeanna sampai menelan saliva saat melihat tatapan serius dari kedua mata Devan. “Oke, i know what you mean. Tapi Dev, untuk apa kau minta maaf padaku? Semua yang terjadi bukan salahmu. Dan memang tidak seharusnya kau minta m