1. TARUHAN
Begitu keluar dari ruang dosen pembimbing, Aluna segera pergi ke toilet akibat tidak bisa menahan kantung kemihnya yang sudah terasa penuh.
“Kamu ke kantin duluan Li, nanti aku nyusul.”
“Mau kemana?” tanya Lia.
“Aku mau ke toilet dulu, kebelet dari tadi.” Aluna bergegas mencari toilet terdekat dengan ruang dosen.
Perasaan lega langsung Aluna rasakan begitu apa yang mengganjal sejak tadi segera keluar. Saat akan keluar dari dalam toilet, ia mendengar beberapa orang masuk dan berbicara cukup keras. Aluna memilih diam karena salah satu dari rombongan tersebut menyebut namanya.
“Aku iri sama Aluna, udah cantik, pintar, keluarga kaya terus pacaran sama pangeran kampus. Di kehidupan dulu dia pasti jadi penyelamat bumi.”
Aluna mengulum senyum, ia juga tidak menyangka hidupnya saat ini berjalan begitu mulus. Diusianya yang akan menginjak 23 tahun, segalanya terasa sangat mudah baginya. Ia berharap, Tuhan akan selalu melancarkan segala rencana yang sudah disusun dengan baik.
“Iya, wajar kalau Rayden kepincut sama dia. Mereka cocok, cantik dan tampan.”
Lagi-lagi Aluna tersipu malu mendengar pujian itu, ia memegang pipinya yang mungkin saat ini bersemu merah. Menjadi pacar idola kampus bukan keinginan Aluna. Dari sekian pria yang mendekatinya, entah kenapa Rayden Alinsky alias Ray yang berumur 23 tahun mampu membuat Aluna panas dingin. Pria itu adalah cinta dan pacar pertama Aluna, terang saja gadis itu begitu mencintai Ray.
“Kalau kalian mendengar berita ini, apakah masih iri dengan Aluna?”
Mendadak Aluna diserang perasaan tidak enak. Ucapan para gadis diluar sana membuatnya penasaran.
“Memang kenapa?”
“Ray itu hanya menjadikan Aluna sebagai taruhan,”
“Hah?”
“Serius? Jangan nyebar gosip, say.”
“Aku nggak gosip, Ray sendiri yang cerita sama aku kalau Aluna hanya bahan taruhan saja.”
Aluna terdiam, tubuhnya seakan melayang karena lemas. Ia tahu siapa orang yang bicara di luar. Tiga wanita di luar adalah genk dari Siska. Siska memang terkenal dekat dengan Ray namun rumor yang menyebutkan keduanya pernah menjalin hubungan tidak benar. Dan kini hal yang menyakitkan bagi Aluna, keluar dari mulut Siska.
“Idih kamu cemburu kali karena Ray pacaran. Kalau memang taruhan kenapa hubungan mereka bisa berjalan sampai 3 bulan?”
“Tunggu saja sampai empat bulan, Ray pasti putusin Aluna.” Ucap Siska dengan yakin.
“Ray bilang begitu?”
Siska mengangguk, “Semalam dia ke rumahku buat ambil buku dan yah dia cerita kalau hubungannya dengan Aluna hanya taruhan saja.”
“Aneh banget kenapa Ray bilang sama kamu, jangan-jangan kalian…”
“Apa? Kalian kan tahu sendiri gimana hubungan aku sama Ray,” jawab Siska. “Udah yuk ke kantin, aku lapar.”
Aluna terdiam, ia bahkan tidak menangis karena bingung dan terkejut mendengar apa yang Siska katakan. Semalam Ray mengaku kalau sedang mengantar ibunya ke swalayan dan kini ia tahu bahwa pria yang ia berikan cintanya justru mengkhianatinya. Dan yang lebih menyakitkan pria yang sangat ia cintai hanya menjadikan dirinya taruhan.
***
“Aluna, kenapa kamu belum turun? Ada Ray nunggu kamu dari tadi,” suara dari Ambar tidak mampu membuat Aluna keluar dari kamarnya sejak tadi pagi.
“Aluna buka pintunya, kamu lagi apa? Tidur?” tanyanya lagi, namun hasilnya tetap nihil. Putri kesayangannya tidak memberi respon.
“Ada apa, Ma?” tanya Azel, kakak laki-laki Aluna.
“Adik kamu dari tadi pagi nggak keluar-keluar dari kamarnya.”
“Aluna sakit?”
“Mama nggak tahu. Kata Mbok Amik, Aluna sarapan di kamar.”
“Terus Mbok Amik lihat Aluna lagi apa?”
“Lagi mandi.”
“Oh berarti Aluna nggak sakit. Sedang tidur mungkin.”
“Tapi ini baru jam enam sore masa tidur. Ada Ray yang nunggu di bawah.”
“Sudahlah, Ma. Kasih Aluna istirahat, mungkin dia capek. Lagi pula Azel nggak suka sama pacarnya sekarang. Jemput bawa motor gede, kalau kenapa-kenapa di jalan gimana.”
“Lah sejak kapan kamu anti sama motor?”
“Bukan anti Ma, bisa lihat jenis motor yang dibawa sama cowok itu. Bahaya dan bisa bikin sakit pinggang.”
“Sudah sudah, Mama mau ke bawah dulu. Nggak enak ada tamu malah ditinggal sendirian.”
“Bilang sama pacarnya Aluna, kalau Aluna lagi ngedate sama aku.” Bisik Azel.
Ambar hanya menggeleng melihat kelakuan putranya yang masih saja seperti anak kecil padahal sudah kepala tiga.
Sedikit tentang Azel Suwandi berusia 30 tahun, pria itu betah menyendiri karena dulu pernah mengalami nasib buruk. Ketika acara pernikahan, mempelai wanita mendadak menghilang dari tempat acara pernikahan dan akhirnya Azel harus menanggung malu serta sakit hati karena wanita itu tidak mau menikah dengannya. Padahal hubungan keduanya sudah berjalan lima tahun, namun dengan alasan ingin mengejar cita-cita wanita itu tega meninggalkan calon suaminya. Dan hingga kini, pemilik agensi model terkenal Double A memilih sendiri tanpa mau memiliki ikatan dengan wanita manapun.
Sementara itu di dalam kamar, Aluna menangis dengan suara ditahan agar orang rumah tidak tahu. Matanya bahkan bengkak dan panas akibat tangisan yang tidak berhenti sejak tadi. Sakit hatinya begitu nyata karena pria itu cinta pertama yang begitu dalam menggoreskan luka. Walaupun belum mendapat bukti tapi Aluna yakin Siska tidak hanya sekedar membual.
“Nak Ray, maaf ya. Sepertinya Aluna sedang tidur. Pintunya dikunci dan Tante panggil juga tidak ada jawaban."
“Oh begitu, nggak masalah Tante. Biar saja Aluna istirahat mungkin sedang capek apalagi sekarang kan sedang mengambil skripsi.”
“Nak Ray sudah telpon Aluna?”
“Sudah tapi nggak dijawab Tante.”
“Berarti memang sedang tidur. Nanti Tante pasti sampaikan kalau ada Nak Ray datang ke sini.”
“Iya Tante, kalau begitu saya pamit pulang dulu,” Ray mencium tangan Ambar sebelum pulang.
“Hati-hati ya, Nak.”
Ambar kembali ke dapur untuk membantu Mbok Amik menyiapkan makan malam setelah kepergian Rayden.
“Aneh sekali, tidak biasanya Aluna begini. Dia selalu senang dan bahagia kalau pacarnya datang. Ini kok dipanggil malah nggak ada tanggapan,” gumam Ambar.
“Bu, sebenarnya sejak makan malam kemarin wajah Non Aluna sudah murung. Bahkan saya sempat lihat Non menangis di taman belakang.”
“Mbok Amik kok nggak bilang sama saya?”
“Ya si Mbok takut dibilang ikut campur urusan Non Aluna.”
“Apa mungkin mereka lagi ada masalah ya? Tapi sikap Ray nampak biasa saja.”
“Biasa anak muda kan ada saatnya marah dan kesal tapi nanti juga membaik, Bu.”
“Iya juga, saya cuma khawatir Aluna baru pertama kali pacaran. Jadi was-was Mbok.”
“Tenang saja, Bu. Saya yakin Non Aluna pasti bisa menjaga dirinya dengan baik. Apalagi punya kakak super sayang seperti Den Azel, mana ada yang berani bikin nangis.”