Bab 2. Bosan Pada Hubungan Yang Lama

1015 Kata
Adrena melalui banyak hal selama hidupnya, menjalin kasih dengan Agung selama 7 tahun tak mudah baginya. Karena itu, ia lebih baik mempertahankan dibandingkan meninggalkan semuanya. Adrena sudah kehilangan keluarganya karena pilihannya pindah agama. Semua itu demi Agung, agar Agung tahu bahwa pengorbanannya bukan hal yang mudah. Ia dibuang dari nama keluarganya dan tidak lagi diakui sebagai anak, dulu Agung selalu meminta bukti cintanya dan Adrena selalu mengatakan apa yang bisa ia lakukan untuk membuat Agung percaya, Agung meminta Adrena untuk pindah agama dan mereka bisa menikah. Lama menunggu, Agung tak juga melamar Adrena, sehingga hubungan mereka saat ini sudah menginjak 7 tahun. Banyak perjuangan yang Adrena lakukan demi menguliakan Agung pria yang sangat ia cintai itu, pria yang ia anggap akan membahagiakannya dan memberikan seluruh cintanya kepadanya. Agung banyak berjanji pada Adrena tentang cinta dan kasih sayang yang tulus darinya. Agung juga pernah berjanji setelah kuliah, dan ia sukses, orang pertama yang akan dia bahagiakan adalah Adrena karena Adrena lah yang memberikan dukungan dan membiayai kuliahnya sampai ia lulus. Namun, sikap Agung berubah setelah ia lulus dan diterima bekerja disalah satu perusahaan ternama di Jakarta. Ia tidak lagi mengingat janjinya pada Adrena dan membuat Adrena terluka setiap hari. Setiap kesalahan yang Agung lakukan selalu dimaafkan oleh Adrena dan Adrena menganggap bahwa Agung hanya bersenang-senang dan semua yang ia lakukan adalah salah paham, ia terlalu bucin dan terlalu percaya kepada Agung sehingga ia membuat dirinya menderita sendiri. Yumi terus mengatakan kepadanya bahwa ia harus membuka mata karena Agung bukan pria yang baik buat dia meskipun dulu Agung baik tapi itu karena ada maunya saja. Saat ini Adrena sedang menangis di taman, ia menangis sesenggukan dan menumpahkan segala keluh kesahnya di taman saat ini, ia tidak berani memperlihatkan air matanya kepada Agung ataupun sahabatnya karena selama ini ia terlihat biasa saja dan bahagia di depan mereka, sementara di dalam hatinya ia begitu menderita. Semua usahanya sia-sia karena Agung berusaha memutuskan hubungan dengannya dan Agung menghinanya. Adrena tidak peduli dengan tatapan semua orang karena ia menangis histeris saat ini, ia sengaja pergi jauh dan mencari tempat sepi dan tak ada yang mengenalnya, untuk menangis. Seorang pria penasaran dengan kerumunan orang-orang. Pria itu lalu mendekat dan melihat tontonan yang saat ini mereka lihat. "Ibu-ibu, pergi saja dari sini, dia teman saya," bohong pria itu agar mereka tidak ada yang berkerumun. Pria itu bernama Gamaliel, pria yang saat ini mengenakan pakaian casual dan tampannya diatas rata-rata. Gamaliel berdeham dan duduk disebelah Adrena. Dan, memberikan saputangan miliknya. "Tidak baik seorang wanita menangis di tempat sepi begini, karena akan mengundang orang jahat." Gamaliel menggeleng. "Memangnya kamu siapa? Apa kamu orang jahat ya?" tanya Adrena menerima saputangan itu dan menghapus air matanya. Ia sudah bosan menangis. "Aku bukan orang jahat. Tapi, hanya pria yang tak suka mendengar tangis wanita. Karena, wanita itu tak lemah sepertimu, wanita itu kuat." Gamaliel menggeleng dan menatap wajah Adrena. "Aku lelah berpura-pura kuat, aku juga lelah berpura-pura bahagia, sesekali aku ingin menangis dan menumpahkan segalanya yang tidak bisa aku tunjukkan kepada orang lain. Aku ingin terlihat baik-baik saja." "Jadi wanita jangan bodoh. Jika tak sanggup katakan tak sanggup, jangan sampai siksa dirimu, karena Allah tak suka hal itu." "Kamu siapa?" tanya Adrena menatap pria itu. "Aku bukan siapa-siapa. Jangan jadi wanita bodoh. Setahu aku wanita itu adalah manusia paling kuat, karena bisa menahan seluruh luka dan sakit secara bersamaan. Bahkan wanita memiliki kedudukan yang tinggi." Gamaliel berdiri dari duduknya dan menoleh sesaat melihat Adrena. "Aku pergi." Gamaliel lalu melangkah dan meninggalkan Adrena yang sesaat berhenti menangis karena kehadirannya. Adrena menyeka airmatanya, ia memang bodoh, ia memang manusia t***l yang tidak akan pernah berusaha menjadi pintar. Kecerdasannya dulu dikalahkan oleh perasaan cintanya. Sehingga membiarkan Agung menghancurkan hatinya berkali-kali. *** "Sayang, kamu kapan memutuskan Rena?" tanya Fitria yang saat ini menikmati secangkir wine dengan tubuh telanjang dibalik selimut. Keduanya baru melakukan hubungan intim dan terlarang. "Apakah Rena pernah menemui kamu?" tanya Agung menyesap wine digelas berleher tinggi ditangannya, dan menatap Fitria, gadis yang rela memberikan tubuhnya untuk Agung. Kesuksesan yang Agung raih saat ini, semua itu dari Adrena. Agung lupa semua janjinya akan membahagiakan Adrena sebagai orang pertama yang mendukungnya selama ini. "Dia gak pernah menemuiku, dia mana berani menemuiku," geleng Fitria. "Memangnya dia mau menemuiku?" "Gak aku hanya bertanya. Takutnya dia menemui kamu dan kalian berkelahi." "Rena tahu aku tentu saja, tapi kenapa dia gak pernah menemuiku? Biasanya kan orang-orang yang merasa dikhianati pasti akan menemui orang ketiga. Tapi aneh dia gak datang menemuiku, padahal aku siap kapan pun kalau dia mau datang," sambung Fitria lalu mengecup bibir Agung, meremas junior Agung di bawah sana. "Syukurlah jika dia gak menemuimu." "Kapan kamu menikahiku?" tanya Fitria. "Aku sedang dipusingkan dengan Rena, dia tidak mau putus dan dia tidak mau mengakhiri hubungan ini, aku sedang cari cara bagaimana bisa terbebas darinya." "Ya udah, kamu nggak usah pernah pulang ke rumah kalian. Kan gampang." "Aku nggak pernah pulang udah dua hari ini aku tetap di sini bersama kamu, tapi aku tetap kepikiran dan gelisah jika Rena tidak setuju dengan keputusanku." "Kenapa kamu kepikiran soal itu? Yang penting kan kamu udah memutuskan untuk putus hubungan dengannya. Ya udah dia mau terima atau enggak itu urusan dia kan, jadi wanita kok gitu amat." Fitria bersedekap dan ala-ala ngambek. "Aku gak mau tau ya, kita harus nikah. Kan kita udah melakukan hubungan intim ini berkali-kali, aku gak mau loh mengakhiri hubungan kita." "Aku tahu. Aku gak pernah punya niat buat mengakhiri hubungan dengan kamu, tapi kasih aku waktu, aku harus mengakhiri hubunganku dengan Rena dulu," kata Agung meremas dua gundukan Fitria. "Auuu. Duh, kamu genit banget sih," kata Fitria. "Genit kan sama kamu juga." Agung terkekeh. "Aku pengen banget punya anak jika kita punya anak Aku juga pengen anak kita mirip sama kamu kita bangun rumah kita sama-sama." Fitria tersenyum. Impian Fitria benar-benar sama persis dengan impian Adrena. Namun, karena bosan dan jenuh pada hubungan yang lama, Agung tidak akan pernah mewujudkan impian Adrena, ia malah berjanji pada wanita lain untuk mewujudkan seluruh impian Fitria. "Kamu denger gak sih?" tanya Fitria. "Aku dengar, Sayang," jawab Agung, lalu mengangguk dan tersenyum. "Bagaimana kalau kita w*****k lagi?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN