Bab 3. Sadarlah

1049 Kata
Beberapa hari telah berlalu, Adrena tidak pernah keluar dari rumahnya, ia terus mengurung diri dan tidak pernah mengangkat telepon dari Yumi. Ia benar-benar menyiksa dirinya sendiri seperti ini, hanya karena Agung yang tidak pernah pulang ke rumah. Adrena hanya merasa bahwa ia tidak akan pernah bisa hidup tanpa Agung, karena selama ini ia dan Agung sudah melalui banyak hal dalam hidup, Adrena menemani Agung sejak mereka masih di jaman susah. Lalu hanya karena kesalahan seperti itu yang dianggap Adrena tak akan diseriusi oleh Agung mereka malah akan putus seperti ini. Selama ini, Adrena selalu mempertahankan hubungannya dengan Agung dengan cara memaafkan setiap kesalahan Agung, meskipun itu fatal, meskipun Agung bermesraan di depannya dan meskipun Agung berciuman mesra dengan wanita lain di depannya, Adrena pasti akan memaafkannya dan menganggap semua itu hanya menghibur hati Agung. Terkadang Adrena selalu bertanya pada dirinya sendiri sebenarnya apa kurangnya sebagai seorang wanita. Selama ini ia menemani Agung dari nol membuat Agung kuliah hingga Agung menjadi orang yang sukses dan memiliki jabatan penting di kantor. Lalu setelah semua yang ia lakukan itu, ia harus menerima Agung pergi dengan wanita lain? Lalu bagaimana dengan impian mereka selama ini? Karena khawatir kepada sahabatnya, Yumi sampai memanggil tukang kunci untuk membuka paksa pintu rumah Adrena, Yumi khawatir jika terjadi sesuatu pada Adrena atau Adrena bunuh diri dan tidak ada yang menemukannya. Mendengar suara krasak-krusuk, Adrena tidak perduli dan mengabaikannya. Ia sedang banyak pikiran sehingga ia tak mau memikirkan hal lain. Bukan tanpa alasan Adrena seperti ini, besarnya cintanya kepada Agung yang membuatnya terlihat seperti wanita bodoh yang tidak percaya dengan apa yang ia lihat, ia selalu berusaha menutup mata meskipun semua itu menyakiti hatinya. "Sudah terbuka, Mbak," kata tukang kunci itu. "Tolong dipasang kembali, ya." Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu rumah Adrena terbuka, Yumi langsung menerobos masuk, dan mencari keberadaan sahabatnya. Rasa khawatirnya ini yang membuatnya terpaksa merusak kunci pintu rumah Adrena. Tapi, itu tidak masalah, karena Yumi sudah membayar tukang kunci untuk membongkar dan memasang kunci kembali. Yumi menoleh dan melihat Adrena saat ini sedang duduk di depan televisi dengan pandangan yang sangat kosong. Yumi membuang nafas halus dan membuang bantal sofa ke arah Adrena. Adrena menoleh dan melihat Yumi, ia sampai tak sadar sahabatnya itu datang. "Yumi? Sejak kapan kamu di sini dan kenapa kamu melemparku?" tanya Adrena. "Aku sudah sejak tadi berada di sini, apa kamu tidak mendengar suara krasak-krusuk?" "Aku mana mendengarnya." Adrena menggeleng. Yumi mendesah nafas halus, ia harus benar-benar sabar menghadapi sahabatnya yang bodoh itu, hanya karena cinta, dia seperti kehilangan semuanya. Yumi tidak boleh marah dan ia harus mendekati Adrena pelan-pelan dan menyadarkan sahabatnya itu dengan pelan juga. Yumi duduk di sebelah sahabatnya. "Agung mana?" "Agung ke kantor," jawab Adrena. "Udah nggak usah bohong, aku tahu Agung nggak pulang kan beberapa hari ini?" "Tapi tadi Agung permisi ke kantor." "Rena, aku mohon jangan siksa diri kamu seperti ini kamu hanya membuatku menangis kalau terus-terusan seperti ini, kamu nggak usah berbohong padaku, aku tahu apa yang terjadi." "Jika kamu tahu kenapa kamu bertanya?" Adrena menggeleng. "Aku hanya mau mengujimu." "Kamu pasti mau mengatakan bahwa aku bodoh, 'kan? Aku akui, aku memang bodoh tapi bukan tanpa alasan aku seperti ini." "Beritahu padaku alasan apa yang membuatmu mempertahankan hubunganmu dengan Agung? Apa yang Agung berikan kepadamu sampai kamu seperti ini?" "Apa kamu lupa Agung lah satu-satunya keluargaku sekarang, sementara keluarga kandungku sudah membuangku semenjak aku pindah agama. Bukankah aku harus mempertahankan apa yang sejak awal menjadi milikku? Karena Agung adalah milikku. Dia yang membuatku bahagia, dia satu-satunya orang yang tidak pernah meninggalkanku, itulah alasanku mengapa aku mempertahankannya dan aku selalu berharap dia berubah." "Jadi kamu tidak menganggap kehadiranku? Kamu hanya menganggap Agung sebagai satu-satunya orang yang tidak meninggalkanmu dan kamu lupa denganku? Pada siapa kamu datang jika ada masalah, pada siapa kamu datang ketika ingin menangis, apa kamu benar-benar tidak menganggapku?" Yumi kecewa dengan perkataan Adrena barusan. "Bukan seperti itu, Yumi, banyak alasan yang tidak bisa aku katakan, aku mohon jangan memaksaku untuk pisah dengan Agung." "Apalagi yang kamu harapkan pada Agung? Dia itu sudah berhari-hari nggak pulang dan dia sudah menyatakan bahwa dia ingin putus denganmu, lalu kamu masih berharap dia kembali?" Yumi benar-benar harus bersabar, dia tidak boleh emosian meskipun sejak tadi otaknya sudah mendidih. "Aku yakin dia pasti pulang kalau udah bosan sama Fitria. Kamu kan tahu Agung, meskipun sering mencari hiburan pada wanita lain, dia pasti kembali kepadaku, karena dia nggak tahan dan cepat bosan." "Tapi Fitria itu berbeda, Rena. Dia adalah wanita yang akan dinikahi Agung. Kan kamu sendiri sudah mendengar semua perkataan Agung tentangmu, tentang Fitria juga. Apa harus diperjelas lagi bahwa Agung sudah memutuskan kamu? Aku hanya ingin kamu bangkit dari keterpurukan ini, jangan membodohi dirimu sendiri dengan alasan-alasan seperti itu. Coba kamu hitung seberapa banyak kamu bahagia. Apakah kebahagiaanmu sebanding dengan luka yang Agung berikan padamu selama ini? Nggak, kan? Kamu lebih banyak sakit hatinya dibandingkan bahagianya. Ya aku tahu 7 tahun itu gak mudah, 7 tahun itu nggak singkat, tapi semua orang bisa berubah jika menemukan yang lebih baik menurutnya. Aku hanya ingin kamu sadar bahwa Agung bukan pria yang baik, dia itu pria b******k dan b******n, hanya mau enaknya saja. Sifat asli seseorang itu akan muncul di saat keuangan itu stabil dan kamu lihat sendiri kan sifat asli Agung sekarang seperti apa. Mendengar perkataan Yumi membuat Adrena menangis, ia berharap tangisnya ini bukan karena luka yang tertanam di dalam hatinya, melainkan tangis bahagia, hanya saja semua itu sudah berakhir. Adrena bukan tak mengerti dengan perkataan Yumi, namun Adrena berusaha percaya dengan perkataan Yumi. Yumi tidak merasakan hal yang sama dengan apa yang dia rasakan sehingga Yumi mudah mengatakan hal itu. "Tapi aku nggak kayak gitu, Yumi, dia itu bukan Agung seperti yang kamu katakan. Dia nggak b******k. Jika dia b******k kami nggak mungkin bertahan sampai 7 tahun. Aku mohon dukung aku, aku ingin Agung kembali. Aku sudah memaafkan semua kesalahannya, aku menerima hubungan gelapnya dengan Fitria, yang terpenting dia mau melepaskan Fitria dan kembali bersamaku, aku pasti akan melupakan semua itu." Yumi menghela nafas panjang, entah bagaimana lagi caranya untuk menyadarkan Adrena bahwa Agung tidak akan pernah kembali, karena Agung sendiri yang sudah menyatakan kepada Yoyo bahwa ia akan menikahi Fitria dalam waktu dekat tanpa mengundang Adrena dan tanpa sepengetahuan Adrena. "Tolongin aku, Yumi," pintah Adrena dengan air mata yang luruh begitu saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN