Adrena terbangun dari tidurnya ia merasakan cahaya masuk ke kamarnya begitu tajam dan menghantam matanya. Pagi yang cerah dan indah. Namun, tak seindah kenyataan hidupnya.
Adrena membuka pejaman matanya, ia hendak meraih air putih di atas nakas yang biasa ia simpan, namun ia tidak menemukan apapun, Adrena menautkan alis dan melihat seluruh kamarnya berbeda.
Adrena membulatkan mata dan terkejut ketika melihat Yumi masuk ke kamar, Adrena yakin sekali bahwa ini bukan kamarnya, setahu Adrena kamarnya tidak se-estetik ini.
"Kamu sudah bangun? Ah kamu membuatku khawatir," ucap Yumi menaruh air putih di atas nakas. "Kamu pasti haus kan, minum dulu."
"Yum, setahu aku ini bukan kamar aku. Terus kenapa aku di sini? Ini Kamar siapa?" tanya Adrena terus melihat ke seluruh penjuru ruangan. "Aoalnya kamarku itu nggak se-estetik ini loh, kalau berubah se-estetik ini kayaknya nggak mungkin. Apa jangan-jangan ini kamarnya Agung sama Fitria?"
"Ya ampun. Kok kamu malah jadi mikirin Agung sama selingkuhannya itu sih? Dia mana ada hubungannya sama ini, jangan ngasal deh."
"Terus ini gimana? Aku lagi di mana? Kamu ngapain juga di sini? Apa kita di culik?"
"Kamu nggak ingat semalam apa yang terjadi? Kamu itu hampir bunuh diri kamu hampir melompat dari lantai 17 sampai ke bawah sana. Apa kamu mengira kamu akan baik-baik saja setelah melompat seperti itu? Kamu pasti akan langsung mati, Ren. Kenapa sih kayaknya Agung menghancurkan seluruh impian kamu, sampai kamu mau bunuh diri. Apa kamu tahu mengakhiri hidup itu bukan satu-satunya jalan untuk mengakhiri masalah?"
Adrena menggaruk rambutnya yang sudah berantakan karena baru bangun. Ia lalu mengingat kejadian semalam dan ia melihat jelas pria yang menyelamatkannya dan pria tersebut adalah tetangganya tetangga yang tinggal di sebelah kamarnya.
"Jadi kamar ini?"
"Iya. Kamar ini milik tetangga kamu … Gamaliel namanya."
"Kok aku bisa di sini sih? Dia macam-macam ya?"
"Ya ampun dia macam-macam? Kamu yang macam-macamin dia, kamu nganggap dia itu seperti Agung, kamu peluk dia, kamu berusaha menciumnya, kamu ini gila banget ya, segalanya udah dilupa." Yumi menggelengkan kepala. "Kamu minum dulu gih, kamu juga menghancurkan isi kulkas orang lain kamu mencari minuman keras di kulkas Gama, aku jadi malu karena kamu."
"Ah nggak mungkin, aku kan orangnya nggak kayak gitu, aku juga nggak minum, aku juga nggak mabuk kok."
"Kamu emang gak mabuk, kamu juga nggak minum, tapi kamu seperti kehilangan akal. Semalam kamu kayak orang stress, kamu menangis sendirian, lalu kamu tertawa lagi, kamu narik Gama dan hampir menciumnya. Kamu paham nggak sih ketidak sadaran kamu? Gimana kalau itu pria lain? Habis kamu."
Adrena masih menggaruk rambutnya dia bingung kenapa ia bisa melupakan semua hal semalam, ia sempat mengingatnya, tapi ia tidak ingat ketika ia terlihat stress. Ia juga hampir mencium Gama dan dia juga tidak ingat? Bagaimana sikapnya semalam dan kenapa ia berakhir di kamar ini?
"Gama itu mau bawa kamu ke apartemenmu. Tapi, dia nggak tahu passwod rumah kamu, karena kamu pingsan dan terus dia membawamu akhirnya ke kamarnya dan menidurkanmu. Kamu membuatnya menderita semalam dan pagi ini ketika aku meneleponmu, Gama yang angkat dan dia mengatakan bahwa kamu ada di sini, jadi aku langsung ke sini."
"Terus pria itu ke mana?"
"Ya dia udah ngantor. Dia nyuruh aku ngurusin kamu dan pindahin kamu ke kamarmu."
"Kayaknya aku sudah gila."
"Agung yang membuat kamu gila, kamu sampai lupa semua hal yang terjadi semalam."
"Aku akan coba mengingatnya, aku juga akan minta maaf pada pria itu."
"Pria yang kamu maksud itu namanya Gama," sambung Yumi.
"Terserahlah namanya siapa. Tapi aku beneran gak yakin kalau aku mau menciumnya dan memeluknya. Aku jadi kaya w************n jika berbuat seperti itu."
"Kamu memang terlihat sangat murahan, Rena. Semalam kamu melakukan banyak hal dan membuat Gama pusing, Gama sudah menceritakan semuanya kepadaku."
"Ya udah ayo kita ke kamarku, aku nggak mau di sini lama-lama."
"Aku tanya kenapa sih kamu menemui Agung sama Fitria lagi. Kamu harusnya punya harga diri sedikit Rena, aku nggak mau loh kamu kayak ngemis banget sama Agung. Kamu terlihat sangat menyedihkan jika melakukan itu."
"Gimana aku nggak nemuin Agung dia udah menghancurkan hidup aku, aku udah nggak punya siapa-siapa selain kamu, apa aku juga nggak boleh marah sama dia? Dia juga ngambil buku tabungan aku, dia menghancurkanku dengan cara itu, dia mengambil buku tabunganku yang jumlahnya cukup besar. Itu tabungan kita nikah dan dia malah menggunakan uang itu untuk menikahi wanita lain, terus aku harus gimana? Aku harus diam saja gitu?
"Apa? Dia mengambil buku tabungan kamu? Bukannya buku tabungan itu milik kamu?"
"Itu milik kita berdua, kami membuka buku tabungan itu berdua dan kami berjanji akan menyisihkan rezeki kami untuk memasukkan uang ke buku tersebut untuk biaya kami nikah terus dia mengambil semuanya."
"Kalau kayak gitu mending kamu tuntut dia buat balikin uang kamu dan kasih uang dia."
"Sayangnya nggak ada serupiahpun uang dia di situ."
"Maksudnya gimana, jadi di buku tabungan itu uang kamu semua?"
Adrena menganggukan kepala.
"Ya ampun kok kamu baru bilang sekarang sih, itu namanya pencurian, kenapa kamu nggak laporin ke polisi aja, enak banget ya dia udah nggak ada duit sedikitpun masuk di buku tabungan itu, lalu dia mengambil buku tabungan itu dan menggunakan uang itu untuk menikahi wanita lain, b******k banget sih, aku benar-benar kesal sekali kepada Agung, dia benar-benar pria yang nggak modal, dia memodali pernikahannya dengan uang mantan kekasihnya, brengsek."
Dengan perkataan Yumi barusan Adrena akhirnya menangis lagi, Adrena sudah cukup sabar menghadapi Agung selama ini. Namun ternyata semua itu tidak cukup bagi Agung, selalu saja ada yang kurang darinya, bahkan uang yang susah payah ia kumpulkan demi biaya mereka menikah, Agung gunakan demi menikahi wanita lain.
Memiliki hubungan dan menjalin hubungan selama 7 tahun itu tidak mudah, banyak lika-liku yang ia dan Agung hadapi, namun setelah sukses hanya Adrena yang harus menderita?
"Aku nggak bisa laporin Agung ke polisi, karena di buku tabungan itu juga ada namanya dan dia berhak atas itu, aku yang salah karena tidak memindahkan uangnya ke rekening tunggalku, semua ini aku lakukan karena aku percaya kepadanya, dia tidak mungkin melakukan hal-hal aneh meskipun nyatanya dia menghancurkan aku dengan cara ini, semua uangku ada di buku tabungan itu, tidak ada satu persen pun aku simpan. Aku harus bagaimana, Yumi?"
Yumi jadi ikut berpikir, Yumi tidak tahu jika Agung ternyata se-b******k itu. Yumi jadi merasa bersalah karena mengenalkan Adrena pada Agung.
"Semua ini salahku karena aku yang mengenalkanmu pada Agung, aku nggak pernah tahu kalau dia akan bersikap se-b******k ini."
"Kamu tidak usah merasa bersalah padaku, Yumi. Karena semua ini udah nasibku, ini semua karma yang harus aku terima karena telah menyakiti perasaan keluargaku, keluargaku sudah pernah mengatakan bahwa mereka melihat Agung sepertinya bukan pria yang baik untukku, mereka tidak pernah mempermasalahkan aku pindah agama atau tidak, yang mereka permasalahkan adalah Agung dan sikapnya, namun aku malah membela Agung dan beranggapan bahwa Agung akan selalu bersamaku."
"Sikap manusia memang tidak ada yang tahu, manusia pasti akan bisa berubah seperkian detik. Semuanya itu tidak ada yang abadi."
Adrena menangis lagi.