PROLOG

1556 Kata
“Kamu yang gantiin Niko menikahi Hanum, Zra!” Ezra terperangah kaget mendengar perintah mama angkatnya. Perintah yang seolah tak boleh ditolaknya. Setiap kali anak kandung mereka membuat masalah, maka dialah yang kena getahnya. Seperti sekarang, saat Niko tiba-tiba kabur di hari pernikahannya, padahal ijab kabul akan segera dimulai. Hanya saja, kali ini saudara angkat sialannya itu benar-benar kelewatan. “Mama jangan bercanda! Menikah mana bisa dadakan begini, Ma! Apalagi Hanum sudah hamil anak Niko.” Mata Ezra melirik ke calon pengantin perempuan yang panik bukan main. Masih terus mencoba menghubungi Niko, tapi nomornya malah tidak aktif. Perutnya bahkan sudah kelihatan sedikit membuncit. “Terus maksudmu tidak apa-apa kita malu? Begitu!? Muka kami mau ditaruh mana? Para tamu di luar itu rekan bisnis penting dan teman dekat kami semua. Bodoh!” bentak Anisa Baskara malah menyalahkan Ezra. “Maaf, tapi kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaan Mama!” Nekat, Ezra terpaksa menolaknya. Yang benar saja, dia disuruh menikahi perempuan hamil. “Memangnya kapan aku minta persetujuanmu? Aku menyuruhmu menggantikan Niko menikahi perempuan tidak tahu diri ini! Mau atau tidak mau, harus! Paham!” tegas istri Helmi Baskara itu mendelik marah mendengar penolakan Ezra. “Apa maksudmu perempuan tidak tahu diri!? Yang di perutnya itu calon cucu kalian. Anakmu yang kurang ajar sudah janji mau tanggung jawab, malah main kabur begini!” sahut ayah Hanum yang juga ada di sana. Pria itu merasa tersinggung dengan perkataan calon besannya. Ezra menggeram kesal mencoba menghubungi teman-teman Niko menanyakan keberadaan pria sinting satu itu. Tidak ada yang tahu atau memang mereka sekongkol menutupi keberadaannya. Kepalanya makin pusing mendengar orang ribut. “Calon cucu? Belum tentu juga yang di perutnya itu benih Niko. Dikira kami tidak tahu apa bagaimana kelakuan anakmu! Pantas saja Niko kabur! Sebrengsek apa pun laki-laki, cari istri pasti yang perempuan baik-baik. Bukan barang bekas!” “Tega banget Tante asal tuduh. Anak ini beneran darah daging Niko, Tan!” Hanum sudah hampir menangis mendengar mulut jahat calon mertuanya. Sejak awal orang tua Niko memang tidak menyukainya. Terutama Anisa Baskara–mama Niko yang congkaknya minta ampun ini. “Cih, paling juga kamu sengaja menjebaknya! Aku hafal betul otak orang-orang seperti kalian ini. Dipikir setelah menikah dengan Niko, lalu bisa ikut menikmati harta kami. Jangan mimpi!” tuduh Anisa makin keterlaluan omongannya. Tidak mau ambil pusing mendengar mereka bertengkar saling lempar kesalahan. Ezra yang sudah muak beranjak bangun dari duduknya hendak pergi dari sana. Tidak, dia tidak sudi harus menggantikan Niko menikah. Selalu dituntut balas budi tidak masalah, tapi menggantikan Niko menikahi wanita yang perutnya sudah sebuncit itu benar-benar kelewatan. “Ezra! Mau ke mana kamu?!” teriak Anisa sebelum sempat anak angkatnya itu membuka pintu kamar hotel tempat pengantin dirias. Ezra mendengus. Berbalik menoleh ke mereka bertiga di sana yang juga menatapnya was-was. Seolah takut dia kabur. “Cari Niko, Ma!” jawabnya berharap lepas dari situasi yang membuatnya terpojok ini. “Tidak usah! Aku sudah bilang, kamu yang akan menggantikan dia menikahi Hanum!” tegasnya begitu enteng, tanpa memikirkan perasaan Ezra yang dilempar tanggung jawab seberat itu. “Aku tidak mau.” Ezra menggeleng. “Mama boleh menuntutku melakukan apa pun untuk Niko, tapi tidak untuk menikahi Hanum.” “Berani kamu membantahku! Lupa dari mana asal-usulmu? Jangan jadi orang yang tidak tahu terima kasih! Kalau bukan suamiku yang berbaik hati mengangkatmu anak, sudah jadi gembel kamu di pinggir jalan!” Lagi-lagi Ezra dibungkam dengan tuntutan balas budi, padahal semua tidak gratis. Banyak pekerjaan yang dibebankan untuknya. Kuliah pun Ezra juga dengan biaya sendiri. Dia mana pernah diperlakukan layaknya keluarga. Meski sudah menolak keras, nyatanya, Ezra tak punya kuasa menolak permintaan itu. Terlebih, kondisi yang ada saat ini begitu mendesak dan dia sudah tak punya waktu lagi untuk mencari Niko. “Tunggu apa lagi! Ganti pakaianmu dan segera keluar! Jangan membuatku kehilangan muka di hadapan mereka!” bentak Helmi Baskara sebelum pergi dengan muka keruhnya. “Sialan!” umpat Ezra membanting jas di tangannya, terpaksa menuruti perintah dari kedua orang tua angkatnya yang terus memaksa. *** Setahun yang memuakkan. Ezra terpaksa hidup satu atap dengan Hanum yang sekarang sudah melahirkan. Suami-istri hanyalah status di atas kertas. Jangankan tidur seranjang, bertegur sapa pun jarang. Namun, meski demikian Ezra tetap menafkahinya. Bahkan, memberi uang ke mertuanya yang tidak tahu diri itu. Hanya sebatas itu hubungan mereka. Sejak menikah mereka tidur di kamar terpisah, apalagi Ezra tahu diam-diam ternyata Hanum masih berhubungan lagi dengan Niko. Meski tidak peduli dengan semua itu. Akhirnya, batas kesabarannya habis saat malam itu karena tidak enak badan, dia pulang lebih awal dengan diantar temannya. Melihat mobil yang terparkir di halaman, Ezra tahu kalau Niko datang ke rumah. Bukan itu yang membuatnya naik pitam. Saat masuk dia mendapati bayi perempuan mereka sedang menangis di ayunan ruang tamu, tanpa ada seorang pun yang peduli. Pintu kamar Hanum tertutup rapat, tapi Ezra tahu kedua manusia sialan itu ada di dalam. Tepat saat dia mendobrak pintu kamar, mertuanya juga pulang. “Zra …” Hanum yang sedang bergumul dengan Niko di atas ranjang terperanjat kaget. Buru-buru menarik selimut menutupi tubuh mereka yang polos tanpa selembar benang. “Sampah! Kelakuan kalian seperti binatang! Lala hampir mati kehabisan nafas tertutup selimut mukanya. Apa telingamu tuli tidak mendengar anak kalian menangis? Sialan, kalian!” Ezra mengumpat kasar dengan suara bergetar. Merasa bodoh diperalat mereka habis-habisan. Andika, ayah Hanum meraih cucunya yang masih nangis kejer, lalu menggendongnya. Dia menengok ke arah kamar. Melotot marah melihat kelakuan anaknya. Namun, Niko malah terkekeh tanpa rasa bersalah mengenakan pakaiannya. “Otakmu taruh mana, Num!? Kenapa masih saja berhubungan dengan dia yang jelas-jelas udah pergi saat pernikahan kalian!?" bentaknya. “Tidak usah pura-pura! Selama ini, kamu pun sudah tahu mereka sering bertemu dan melakukan hal menjijikkan itu. Kalian menganggapku manusia paling bodoh yang bisa diperas uangnya dan memberi status ke Lala!” cibir Ezra sinis ke mertuanya yang pura-pura kaget dan marah. Menjauh dari sana, Ezra duduk di sofa menunggu mereka keluar untuk menyelesaikan masalah ini. Cukup! Dia tidak akan sudi dimanfaatkan lagi. “Jangan marah, Zra! Hanum hanya khilaf karena belum sepenuhnya move on dari pengecut satu itu. Nanti biar aku yang bicara dengan dia dan melarang Niko untuk tidak mendatangi Hanum lagi, ya?” bujuk Andika berusaha meredam amarah menantunya. “Khilaf, katamu?!” Ezra tertawa geli menatap mertuanya yang duduk memangku cucunya. Sejak lahir biarpun Ezra yang menanggung seluruh biaya hidup bayi itu, tapi tidak pernah sekalipun dia menggendong Lala. “Kalau dibilang khilaf, mereka bahkan sudah selingkuh sejak awal kami menikah. Sekarang kamu tahu kan, kenapa aku jijik dekat dengan anakmu!? w************n seperti dia, memang lebih cocok sama pria sampah kayak Niko!” cemoohnya melirik pasangan yang baru keluar dari kamar. “Yang kamu bilang pria sampah ini, adalah junjungan yang harus selalu kamu sembah. Bukankah begitu, anak pungut? Sudah jadi tugasmu untuk jadi cecunguk keluarga kami. Dan karena itu juga kamu diam saja membiarkan aku meniduri istrimu. Iya, kan?” lontar mulut kurang ajar Niko yang langsung dibalas dengan hantaman tinju Ezra di mukanya. Hanum menjerit melihat Niko jatuh terjungkal. Ezra berdiri menatap nyalang. Masalah nanti dia ganti kena hajar orang tua angkatnya itu soal belakangan. Yang penting bisa memberi pelajaran pecundang yang selalu merepotkan hidupnya ini. “Cukup, Zra!” bentak Hanum yang merasa terhina. “Salahmu sendiri tidak pernah menganggapku ada. Sejak lahir kamu juga tidak pernah mau menyentuh Lala dan memberi nafkah batin padaku!” “Tapi, aku yang menghidupi kalian sekeluarga. Kamu waras? Menuntut aku perhatian ke Lala, sementara Niko yang ayah kandungnya dan selalu datang ke sini saja tidak pernah peduli ke anaknya. Kalian berdua cocok. Sama-sama binatang tidak tahu diri dan tidak tahu malu!” balas Ezra tak kalah keras. Niko bangun, lalu mendekat menarik kerah jaket Ezra kasar. Tatap mata membunuhnya lekat menantang Ezra yang tidak tampak takut sedikit pun. “Akan aku buat kamu menyesal, sialan!” ancam Niko. “Jadi, apa aku harus takut? Pecundang sepertimu bisanya hanya pulang mengadu. Kalau kamu ingin memungut jalang ini lagi, ambil saja! Aku juga sudah jijik seatap dengan dia dan papanya yang tukang judi itu!” Ezra mendorong Niko kasar. “Apa maksudmu?” sela Hanum mulai panik. Menoleh menatap wanita yang setahun ini berstatus sebagai istrinya, Ezra bergidik jijik melihat cupang di leher Hanum. “Aku talak kamu! Mulai sekarang kamu bukan istriku lagi. Gugatan cerai akan aku urus secepatnya!” Ezra akhirnya menjatuhkan talak ke hanum. “Aku tidak mau cerai, Zra. Maaf, aku benar-benar khilaf karena kesepian tidak pernah kamu gubris!” Hanum mendekat berusaha meraih tangan Ezra, tapi ditepis kasar. “Karena kamu terlalu menjijikkan! Jangan harap aku sudi kamu peralat lagi!” “Aku minta maaf. Tolong jangan ceraikan aku, Zra! Lala butuh ayahnya. Ezra!” teriaknya, tapi tidak digubris. Tanpa menoleh lagi Ezra melangkah ke kamarnya dan kembali keluar dengan menyeret koper. Tak menyerah, Hanum berusaha menahannya. Menarik tangan Ezra yang tampak luar biasa marah, tapi dia didorong menjauh. Ezra benar-benar pergi dari sana. “Jangan pergi, Zra!” Hanum berdiri mematung menatap punggung pria yang setahun ini jadi suaminya itu. Air matanya meleleh. Sesak dihantam sesal saat sadar telah kehilangan pria sebaik itu. Tanpa Hanum sadari, setahun tinggal bersama hatinya diam-diam sudah mulai jatuh cinta ke Ezra. Namun, kenapa dia masih tetap berhubungan dengan Niko, semata dia lakukan hanya demi melampiaskan hasratnya karena Ezra tak pernah menyentuhnya selama pernikahan mereka. “Aku pasti akan mencarimu!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN