*
"Daddy...!!" Teriakan itu berhasil menarik paksa Sky dari tidurnya. Ia hampir jatuh dari tempat tidur. Ya tempat tidur. Sky mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa ia tak salah menyadari. Tapi berapa kalipun Sky ingin memastikan, nyatanya ia memang terbangun di atas tempat tidur Osean. Kapan ia pindah ke tempat tidur?
"What are you doing here?" Pertanyaan si bungsu menyentak Sky dari semua kebingungan. Kini Sky harus menghadapi bocah ini. Tak lama Savy pun muncul. Sama seperti sang kembaran, Savy pun menatap Sky dengan ekspresi penuh tanya.
"Hmm anu itu.. hmm.." tak ada alasan yang bisa Sky berikan. Memang Sky harus mengatakan apa?
"Good morning baby.." si tersangka muncul dari kamar mandi sudah dengan pakaian lengkap. Sky menatap Osean penuh kekesalan. Pertanyaannya kapan Sky dipindahkan ke tempat tidur? Sky mengutuk di dalam hari. Bagaimana bisa dirinya digendong Osean 2 kali dan dia tak menyadarinya? Mungkin jika Osean.. Sky segera menggeleng, menghapus semua bayangan setan dari kepalanya.
"Daddy..!!" Ravi dan Savy segera berlari ke dalam pelukan sang ayah. Dengan enteng Osean mengangkat kedua putranya ke dalam gendongan.
"Bagaimana kabar kedua jagoan Daddy? Apa hari kemarin menyenangkan?"
"I miss you. Ravi rindu Daddy.." si bungsu menciumi pipi ayahnya. Ia memeluk leher Osean manja. Osean tersenyum dan menghadiahi dua ciuman di pipi kedua putranya.
Sky hanya bisa menghela napas menyaksikan adegan manis ini pagi ini. Menghela napas lelah dan juga lega. Jika Osean kembali itu artinya mood Ravi akan membaik. Osean akan datang ke pentas seni hari ini.
"Daddy, kenapa Aunty Sky di sini? Kenapa dia di kamar Daddy?" Pertanyaan Ravi membuat bola mata Sky membulat sempurna.
"Ya Tuhan. Kenapa anak-anak Osean harus sepintar ini?" Sky membatin.
"Kenapa? Bukankah Daddy sudah pernah bilang pada Savy dan Ravi?" Osean menjawab tanya anaknya dengan amat sangat tenang. Sky yang menahan napas menunggu lanjutan kalimat Osean. Apa kira-kira jawaban yang akan Osean berikan?
Kedua jagoan cilik itu sama-sama mengerutkan kening. Mungkin bingung mungkin juga berpikir.
"Aunty Sky sedang belajar, Sayang," sambung Osean beberapa detik kemudian.
"Belajar? Belajar apa?"
"Belajar mengurus kita. Aunty Sky biasanya mengurus Savy dan Ravi kan? Sekarang Aunty Sky juga harus belajar mengurus Daddy."
"Hah?" Kompak si kembar menggaruk kepala karena bingung.
Sky ingin menghilang saja rasanya.
"Iya. Jadi Savy dan Ravi akan sering melihat Aunty Sky di sini, di kamar Daddy. Nanti Savy dan Ravi akan mengerti. Sekarang bagaimana kalau kita sarapan?"
Keduanya langsung mengangguk dengan semangat. Sekejap mereka sudah teralihkan dari pertanyaan seputar kenapa Aunty Sky ada di kamar Daddy.
"Daddy datang ke pentas seni kan?" tanya Ravi.
"Of course, Sayang."
"Yeeee. I love you Daddy."
"I love you too."
Sky hanya bisa menghela napas. Dia selalu berakhir menjadi orang bodoh di sini. Sky segera turun dari tempat tidur. Ia bergegas ke kamar Ravi untuk menemukan barang-barangnya. Sepertinya Sky harus ikhlas ditandai terlambat hari ini.
...
Macet. Osean menyebalkan. Komplit. Ini masih pagi dan penderitaan Sky sudah dimulai dari level yang parah. Jika saja bukan karena insiden dasi, Sky pasti sudah sampai di kantor saat ini. Tapi si menyebalkan Osean malah bisa-bisanya meminta Sky memasangkan dasinya. Sky tak mengerti ada apa dengan Osean sejak kemarin. Sejauh Sky bisa mengingat, Osean tak pernah mengizinkan Sky menyentuh barang-barangnya. 6 bulan bergelut dengan kehidupan Osean, belum sekalipun Sky pernah menyentuh barang-barang Osean terutama yang ia kenakan. Ini bukan pagi pertama Sky di rumah Osean. Ia pernah menginap beberapa kali. Tapi ia tak pernah terlibat untuk mempersiapkan kebutuhan pagi Osean.
Ada apa dengan sekarang? Kenapa Osean harus mempersulit gerak Sky?
"Late!"
"I know." Sky menghela napas lagi dan setengah berlari menuju kubikelnya. Stiletto 10 cm yang Sky kenakan terlihat menakutkan saat perempuan itu berlari.
"Aku mau dokumennya dalam satu jam.” Si Bos berlalu melewati kubikel Sky. Perempuan itu masih agak terkejut karena kemunculan sang bos yang tiba-tiba. Tapi Sky segera menguasai diri. Ia bergegas mengerjakan perintah sang bos. Sudah bagus ia tak dicaci maki karena terlambat. Cobaan hari ini cukup banyak untuk Sky.
...
“Hah? Apa?!” Sky langsung mengecilkan suaranya saat teman-teman kerjanya menoleh. Sky sedang di tengah kesibukan saat Asisten Osean menelfon. Ia meminta Sky datang ke sekolah si kembar, atas perintah Osean.
“Tidak bisa. Aku sedang bekerja.” Sky bahkan baru menyelesaikan 1 pekerjaan. Masih ada pekerjaan-pekerjaan lainnya.
“Tapi ini perintah Tuan Osean, Nona Sky. Anda harus ke sini.”
“Astaga. Aku benar-benar tidak bisa.” Sky rasanya ingin memutuskan sambungan. Sky tak takut karena bukan Osean yang menelfon.
Sky akhirnya benar-benar memutus sepihak sambungan.
“Terserahlah. Biar saja kalau Osean mau marah. Bos lebih menakutkan dari Osean.” Sky kembali fokus pada pekerjaannya. Tapi Sky salah. Bos nya belum ada apa-apanya dibanding Osean. Kesalahan besar jika Sky mengabaikan perintah Osean.
...
11.20 AM.
“Apa Nona Kiana Prista ada di sini?”
Sky langsung mengangkat wajah mencari sumber suara. Itu namanya. Siapa yang mencari dirinya? Sky melihat pria dengan pakaian jas lengkap berdiri di pintu masuk departemennya. Ia tak mengenali orang itu.
“Ada. Ada masalah apa ya mencari Nona Kiana?” Teman Sky menghampiri pria itu.
“Maaf, saya harus membawa Nona Kiana pergi.”
Bos Sky keluar dari ruangannya. “Ada apa ini? Kenapa Sky ingin dibawa?” Si Bos langsung menoleh ke arah Sky dengan tatapan intimidasi. Sky langsung menggeleng kuat sembari mengayunkan tangan, memberitahu bahwa ia tak tahu apa-apa.
“Saya tidak bisa memberitahu,” jawab pria itu.
“Kalau begitu tidak bisa. Saya tidak mengizinkan pegawai saya dibawa. Apa anda debt collector?”
Sky melotot. Kenapa Bos nya bisa berpikir ia dicari debt collector? Ya Tuhan.
“Tapi saya tetap harus membawa Nona Kiana.” Pria itu tampak membisikkan sesuatu pada si bos. Ajaibnya si bos akhirnya mengizinkan pria itu untuk membawa Sky. Sebuah keajaiban.
Sky yang tak tahu apa-apa tentu tak ingin pergi begitu saja. Ia tak mengenal pria itu. Bagaimana jika pria itu penjahat dan ingin mencelakainya? Tapi Sky tak bisa berbuat banyak saat yang Bos mengizinkan ia dibawa.
“Ayo Nona, jangan membuang waktu.” Pria itu nyaris menyeret Sky agar pergi dengannya.
Sky kalah tenaga. Sky hanya bisa pasrah.
...
“Hah? Ini kan—“
“Ayo turun Nona.”
Sky turun dari mobil masih dengan kebingungan. Kenapa ia dibawa ke sekolah si kembar? Tiba-tiba Sky tersadar.
“Tunggu, apa kau disuruh Tuan Osean?”
“Tuan sudah menunggu di dalam.”
Sky benar-benar tak bisa berkata-kata. Ia ingin memaki. Benar-benar ingin memaki tepat di wajah Osean.
Acara pentas seni tampak berlangsung dengan meriah dan dihadiri oleh banyak orang. Para orang tua tampak bangga pada anak mereka. Sky sendiri yang duduk dengan kaku di kursi bagian belakang. Tidak, Sky tidak duduk di samping Osean. Pria itu duduk di kursi paling depan bersama kepala sekolah. Tentu saja. Osean adalah tamu kehormatan di sekolah ini. Sky seperti orang bodoh di belakang. Tempat ini ramai oleh orang. Masih untung Sky bisa melihat Ravi dan Savy tampil di panggung. Meski sudah detik-detik terakhir tepat sebelum mereka memberi salam penghormatan.
Tepuk tangan meriah menggema di dalam gedung.
“Mati saja kau Sky. Osean b******k!” Sky memaki.
...
“Daddy...!!”
“Sayang..” Osean memberikan bunga kepada kedua putranya itu. Keduanya terlihat bahagia. Sky melangkah perlahan menghampiri tiga orang itu. Empat orang lebih tepatnya. Sebab salah satu Asisten Osean ada di sana. Sky tak melihat keberadaan Giselle.
“Hai Aunty..” si kembar menyapa.
“Hai..” balas Sky. Diperlakukan ramah begini oleh si kembar terasa aneh bagi Sky.
“Kau tak membawa apa-apa?” tanya Osean dengan suara agak pelan.
“Hah?” Sky mengerjap beberapa kali. “Oh itu, astaga, maaf aku tak membawa apa-apa..” Sky baru sadar bahwa ia datang dengan tangan kosong. Mana Sky tahu ia akan dibawa ke pentas seni si kembar. Lagipula kenapa Osean tak memberitahu Sky tadi pagi? Itulah yang menjadi pertanyaan sekarang.
“Mana hadiahnya Aunty?”
“Oh hadiahnya.. hm hadiahnya ada. Aunty sudah pesan cheese cake dan oreo waffle.”
“Wah horee..” si kembar bersorak gembira. Sky lega. Kini yang harus Sky lakukan adalah segera memesan kedua makanan itu.
“Pentas seni yang luar biasa. Selamat ya, Tuan Sané. Ravi dan Savy tampil dengan sangat memukau,” ujar Guru si kembar.
“Terima kasih.” Osean tersenyum. “Ini juga berkat bimbingan dari para Guru.”
Perhatian si guru beralih pada Sky. Pasti dia bingung melihat Sky. Sebab sebelumnya Sky tak pernah ada. Maksudnya gutu itu belum pernah bertemu Sky. Sky memang sudah dua kali datang ke sekolah untuk menjemput si kembar. Tapi hanya sampai di pagar saja. Guru yang pernah Sky temui bukan guru yang ada di depannya saat ini.
“Nona Giselle tidak datang hari ini..” ucap si guru itu. Apa maksudnya berkata begitu sambil melirik Sky dengan sudut mata?
Osean agaknya menyadari cara sang guru memandang Sky. “Ya, dia ada pekerjaan lain. Hari ini juga Ravi dan Savy ada penonton spesial.” Osean menarik tangan Sky lembut agar perempuan itu mendekat padanya.
Si guru agak berubah raut wajahnya.
“Mungkin ke depannya Ibu Guru akan sering bertemu dengan Nona Kiana. Nona Kiana akan menggantikan Nona Giselle.” Osean menjelaskan dengan senyuman tenang di bibirnya. Astaga, Osean terlihat berkali lipat lebih tampan.
“Nona Kiana?” tanya si guru mencuri pandang sedikit pada tangan Osean yang menggenggam tangan Sky.
“Iya. Ibunya Ravi dan Savy,” ucap Osean dengan enteng.
Tak hanya guru itu saja, Sky pun terkejut dengan statement tak terduga Osean. Memang perjanjiannya Sky akan dijadikan Osean sebagai istri. Tapi tentu bukan secara terbuka seperti ini. Sky tak menyangka Osean akan mengatakan hal itu dengan gamblang.
Ibunya Ravi dan Savy? Yang benar saja. Keberhasilan Sky mendekati si kembar saja masih jauh dari 100%. Bahkan 20% saja belum. Mungkin memang lebih baik Sky masuk penjara saja. Apa sebaiknya Sky mengibarkan bendera putih saja sekarang?
Setelah berbincang sebentar, Osean segera membawa anaknya meninggalkan sekolah. Tapi saat di mobil Osean malah meminta Asistennya membawa Savy dan Ravi pergi lebih dulu. Karena diimingi dibawa ke kafe untuk makan cheese cake dan oreo waffle, si kembar menurut tanpa banyak drama. Osean membawa Sky masuk ke mobil lain.
“Apa kau tak bisa mengenakkan pakaian yang lebih baik?” tanya Osean langsung hanya beberapa detik setelah mobil melaju.
“Memangnya kenapa dengan pakaianku?” Tanya Sky tak terima.
“Kau serius bertanya padaku?”
“Aku selalu berpakaian seperti ini. Apa yang salah?”
Osean terlihat tak senang dengan jawaban Sky. “Aku tidak mengomentari pakaianmu sehari-hari. Kau ingin mengenakkan apa itu terserah padamu. Tapi tidak saat kau ke sekolah anak-anakku.”
Kening Sky mengerut. Sky tersinggung. Sejujurnya rok yang Sky kenakkan memang agak pendek. Saat duduk saja rok Sky tertarik jauh di atas lututnya. Tapi memang beginilah biasanya Sky berpakaian.
“Bukan salahku. Siapa yang tiba-tiba menarikku datang ke sekolah. Bukannya aku ingin datang.” Sky dengan kekeras-kepalaannya.
“Lagipula kenapa menyuruhku datang? Harusnya kau bawa pacarmu. Kau akan lebih terhormat.”
“Sky!” Intonasi Osean berubah semakin dingin.
“Kenapa? Lagipula mereka anakmu bukan anakku.” Tepat setelah Sky mengatakan kalimat itu, bibirnya dibungkam paksa oleh Osean.
Sky melotot. “Hngg..” ia memukul bahu Osean. Sky berusaha melepaskan diri. Tapi pegangan Osean pada tengkuk Sky terlalu kuat. Bibir Osean membungkam habis bibir Sky.
“Hmmptt.. Tuan Os—hmmpt. Ahh..” Sky meringis saat Osean menggigit bibirnya. Tak bisa dielakkan. Lidah Osean bergerilya dengan bebas di dalam mulut Sky.
“Silahkan,” ujar Osean saat tangan Sky sudah terangkat dan siap melayang ke wajah tampan Osean. Pria itu malah mengulurkan pipinya pada Sky.
“Wanna play slap and kiss with me? Ayo.”
Nyali Sky menciut. Harus diingat baik-baik. Osean ini gila dan berbahaya. Sky harus berhati-hati.
“Aku tidak masalah kalau seharian di sini denganmu. Berhentikan mobilnya. Kau turun.” Osean memberi perintah yang langsung dituruti oleh bodyguard pria itu.
Sky melotot.
“Kau gila? Ravi dan Savy menunggu di sana!”
Osean menarik sedikit sudut bibirnya.
“Jalankan mobilnya.” Osean kemudian kembali ke posisinya, merapikan jas yang sempat sedikit berantakan.
“Ini pertama dan terakhir aku mendengar kau mengatakan Savy dan Ravi bukan anakmu,” ucap pria itu dingin dan tegas.
Sky mati kutu.
***