Pengintaian

1009 Kata
Pagi ini Al dengan bersemangat menyiapkan semua perlengkapan yang harus dia bawa bersama para anak buahnya. Dalam misi kali ini, Al dan para prajurit dari pusat harus bekerjasama dengan baik. Mereka para tentara terlatih yang sudah dipilih sebagai tim inti misi penyergapan komplotan gengster yang menjadi pelaku utama human trafficking. Semua rencana mereka telah terendus pihak militer. Polisi dan tentara yang melakukan misi gabungan demi menggagalkan perdagangan manusia secara ilegal. Biasanya kawanan gengster itu akan mencari para generasi muda penerus bangsa dari seluruh pelosok negeri untuk dijual ke negara luar demi keuntungan pribadi. Dengan iming-iming sejumlah uang yang akan mereka beri bagi para orang yang mau dipekerjakan ke luar negeri. Sengaja mereka mencari para anak-anak muda lulus sekolah agar negera ini kehilangan para penerus bangsa. Menghancurkan negara secara perlahan dan menjualnya pada negara luar demi keuntungan pribadi semata. Sangat licik dan picik pemikiran penjahat seperti itu. Tapi nyatanya mereka memang menjalankan bisnis seperti itu bukan hanya setahun atau dua tahun saja. Namun, sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Segala macam cara penumpasan telah militer lakukan. Hanya saja komplotan para gengster tak akan pernah ada habisnya. Tumbang satu tumbuh seribu. Begitu seterusnya. Oleh sebab itulah negara ini membutuhkan banyak anggota militer demi menumpas kejahatan yang meresahkan warga juga bersiap menghancurkan negara. Sayangnya hampir semua pemuda yang ada di negara ini hilang. Memilih meninggalkan negara tercinta mereka demi mendapatkan iming-iming gaji yang tinggi dengan menjadi b***k di luar negara. Miris memang. Sebagai tunas bangsa seharusnya mereka tetap tinggal di negara sendiri. Membangun dan memajukan negara demi kesejahteraan bersama para anak cucu mereka kelak. Sangat disayangkan pengaruh negative juga iming-iming duit menjadikan mereka haus akan harta benda. Mengabaikan negara sendiri tempat di mana mereka dilahirkan. Ah, Al juga tak boleh menyalahkan semua orang yang telah menjadi korban hasutan para perusuh dan perusak negara. Sebagai korban dari orang tak bertanggung jawab mereka tak menyadari jika hal sekecil apapun yang mereka buat dengan memilih keluar dari negara ini, sama saja dengan menghancurkan negara sendiri. "Bagaimana. Apa semua sudah siap?" Lelaki berkumis yang merupakan komandan militer bertanya. Al mengangguk mantap seraya menjawab. "Siap! Laksanakan, Komandan!" "Bagus. Kita segera berangkat, jangan sampai kita keduluan apalagi kecolongan. Beberapa kali kita tertipu dan berhasil dikelabuhi mereka. Jangan sampai misi kita hari ini gagal karena kebodohan kita semua yang bisa terperdaya oleh tipu muslihat kawanan Mobogengs." Al mengangguk mengerti akan apa yang dikatakan oleh komandannya. Sebagai seorang yang diberi tugas memimpin misi penting, Al tidak boleh kalah. Itu akan sangat memalukan. Lagi pula, bukankah Al sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi penyelamat bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan. Selama ada dirinya, maka dunia akan aman. Itulah janji yang Al ucap pada dirinya sendiri. *** Pantai dengan pelabuhan kecil Kota Graha. Beberapa nelayan sibuk hilir mudik mengangkut hasil tangkapan ikan mereka. Jika dulu pemandangan seperti ini adalah hal yang biasa di mana banyak sekali para nelayan laut yang menggantungkan hidup dari hasil maritimnya. Beda dengan sekarang di mana para nelayan yang masih betah bertahan hanya bisa dihitung dengan jari saja. Mereka yang terpaksa bertahan meski di bawah tekanan. Mobogengs benar-benar menguasai wilayah kota mulai dari pelosok sampai perkotaan. Luar biasa besar pengaruhnya. Sekarang kawanan Gangster yaang merajalela membuat Al dan para prajuritnya harus pandai pandai mengatur strategi penyerapan nanti. Sebelum hari ini, Al sudah mengawasi daerah sekitar sini. Mencari celah dan cara bagaimana nanti dia dan para anggota militer akan bergerak. Perang senjata tak mungkin dapat dihindari. Jangan sampai mereka merugikan masyarakat apalagi sampai melukai mereka. "Menyebar!" perintah Al pada para prajurit yang kini turun dari beberapa truk militer. Mereka sudah paham ke mana akan bersembunyi dan mengintai pergerakan para musuh. Sebelum berangkat, Al telah membekali mereka dengan wejangan-wejangan juga strategi apa yang akan mereka lakukan. Tak boleh ada satu orang pun yang lolos dalam misi terselubung kali ini. Setelah Al rasa semua berada pada tempat masing-masing, tentunya tempat yang aman dari pengetahuan Mobogengs yang Al pastikan juga sangat lihai juga licik di setiap tindakan. Berdiri di balik pohon kelapa yang menjulang tinggi, mata elangnya menangkap sebuah kapal hang mendekati dermaga. Tak salah lagi. Itulah kapal yang mengangkut banyak orang yang akan dijual ke luar negeri. Al sudah menyelediki meski belum detail tentang bisnis Mobogengs. Mengeruk para penduduk dengan rentang usia muda untuk dijual dengan harga mahal di luar negera. Para orang yang rata-rata adalah kaum perempuan akan ditampung sementara di kota Graha. Sebelum nantinya mereka akan dipilah-pilah lagi untuk disebar di berbagai negara. Ya, mereka tidak di kirim di negara yang sama nantinya. Akak tetapi akan di pisah dan di sebar untuk di jual di berbagai negara di dunia. Perempuan yang memiliki daya pikat dan harga jual tinggi biasanya akan dikirim ke negara besar yang mau membeli dengan harga fantastis. Hal itu sangat memberikan keuntungan besar bagi Mobogengs. Tanpa berpikir jika penjualan manusia secara ilegal akan merugikan banyak pihak terutama yang menjadi korban kejahatan mereka. Jika hal ini dibiarkan, akan jadi apa negara ini. Hancur berantakan. Melalui sebuah alat komunikasi canggih sejenis ponsel yang hanya dimiliki oleh anggota militer, Al memberikan perintah pada masing-masing ketua regu untuk menyiapkan anggotanya. Iya, memang dalam misi kali ini Al sengaja menyebar anggotanya mengepung area pelabuhan agar tak ada satu orang pun yang sampai lepas dari pantauan. Tak mengapa jika setiap grup hanya diisi oleh beberapa orang saja, asal mereka saling kompak bekerjasama. Al yakin sekali jika semua akan bisa diatasi. "Kalian harus bersiap-siap. Kapal sebentar lagi mendekat ke dermaga." Begitulah kira-kira pesan yang Al sampaikan. Helaan napas berat terlontar dari bibir Al. Semoga misinya kali ini tidak mengecewakan dan Al dapat mengemban tugas dengan sebaik-baiknya. Matanya masih sibuk mengawasi. Dalam hitungan lima puluh, Al mulai menyiapkan persenjataan yang telah ia bawa. Dia tidak mau gegabah. Selain menangkap para kawanan gengster, militer juga wajib menolong para manusia yang mereka bawa. Menggagalkan misi pengiriman manusia ke luar negara. Jangan sampai mereka meloloskan seorang pun keluar dari negara ini. Dua puluh, sembilan belas, delapan belas . . . dalam hitungan mundur Al terus menghitung dalam hati. Ia pun telah memastikan anggotanya siaga mendengar perintah selanjutnya yang akan ia berikan untuk meringjus mereka ketika kapal berhasil menepi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN