Lelaki berbadan kekar dengan kulit tubuh penuh dengan tato bertebaran, mulai menelisik satu persatu wanita yang dibawa di dalam kapal ini. Pandangan matanya berpindah dari satu wanita pada wanita lain. Lalu, pria itu berucap, "Kalian bersiaplah. Kapal sebentar lagi akan bersandar di dermaga Kota Graha."
Mendengar hal itu tak ayal membuat Eve bersama gadis di sebelahnya saling pandang, lalu mengikuti instruksi pria bertato untuk bersiap. Lega sebenarnya Eve rasakan karena ia tak perlu menjelaskan hal apapun pada gadis di sebelahnya yang sejak tadi menanti cerita darinya. Terkadang memang begitu. Eve akan lupa mengendalikan diri hingga akhirnya keceplosan mengatakan apa yang terlihat oleh mata batinnya.
Semua sudah bersiap berdiri menanti keluar dari dalam kapal. Beberapa pria yang mengawasi mereka pun sibuk berkemas. Mereka akan membawa para penumpang kapal untuk menuju tempat penampungan yang letaknya tak jauh dari pelabuhan. Mereka hanya perlu berjalan kaki kurang dari dua ratus meter untuk bisa sampai di gudang penyimpanan berbagai macam barang hasil selundupan. Di gudang itupula nantinya akan dipakai sebagai tempat penampungan sementara, sampai para wanita itu dikirim ke luar negara.
Kapal menepi di pinggir dermaga. Para nelayan yang mengetahui kehadiran Mobogengs pun enggan melihat apalagi ingin tahu dengan apa yang terjadi. Mereka sudah paham dengan segala bentuk ulah Mobogengs sehingga tak ingin ikut campur dengan mereka jika tak mau hidup menderita. Mobogengs bukanlah gengster sembarangan. Mereka tak akan segan melukai siapa saja yang berani mengusik ketenangan mereka. Bahkan pemerintah pun sengaja membiarkan aksi dan ulah mereka. Dan justru mendukung serta bekerjasama dengan kawanan gengster tersebut. Hanya militer yang selalu menentang dan melawan semua tindak kejahatan yang dilakukan oleh Mobogengs.
"Kalian sudah siap semua?" Kali ini pria dengan kumis panjang yang bertanya.
Kompak semua menjawab sudah.
"Jangan sampai ada barang kalian yang tertinggal di dalam kapal ini. Karena setelah kalian keluar dari kapal ini, maka kalian tak akan bisa kembali ke dalam sini. Paham apa yang aku maksud?"
Seketika semua menjawab paham. Hanya Eve yang enggan menjawab juga memperhatikan apa yang disampaikan pria itu. Pikiran Eve sibuk berkelana juga menelisik pintu keluar kapal. Entah kenapa hati kecilnya seolah meminta agar ia lari sejauh mungkin dari Dermaga. Namun, itu semua tak akan mudah dia lakukan. Dan Eve juga tak ada niat untuk lari karena nyawa yang nantinya akan dia pertaruhkan.
Goncangan kapal yang diterpa ombak membuat badan mereka terhuyung ke kiri dan ke kanan sehingga mereka saling berpegangan dengan yang lainnya.
"Jangan berebut keluar! Baris yang rapi. Kalian bukan lagi anak kecil yang tidak mau bersabar harus antre agar bisa keluar!"
Bentakan itu diteriakkan karena mereka yang ingin segera keluar saling dorong mendorong begitu kapal menepi.
Rasa takut membuat para perempuan penumpang kapal mulai merapikan barisan. Mereka tak lagi berdesak-desakan karena takut akan pelototan mata pria-pria menyeramkan.
***
Al beserta anggotanya telah bersiap dengan persenjataan lengkap. Mata mereka mengawasi gerak gerik kapal yang mulai menepi. Satu persatu penumpang kapal mulai keluar. Dan saat itulah, sigap para pasukan militer mengepung mereka.
Kepanikan melanda. Anggota militer satu per satu mengacungkan senjata memberi peringatan para anggota gengster yang mulai panik menyelematkan diri.
Bahkan para penumpang yang sebagian sudah keluar kapal juga ikut ketakutan.
"Kalian sudah terkepung! Berhenti di tempat!"
Suara Al yang menggelegar tanpa rasa takut juga gentar semakin menambah panik anggota Mobongegs yang berusaha membela diri. Bukan Mobogengs jika tidak melawan dan mau menyerah begitu saja. Baku hantam dan suara tembakan menggema.
Masyarakan di sekitar pantai bersembunyi begitu mendengar suara tembakan yang memekakkan telinga. Yang ada dalam pikiran mereka adalah menyelamatkan diri. Kocar kacir barlari mencari perlindungan. Tak mempedulikan aktifitas yang tengah mereka lakukan sebelumnya.
Pun demikian teriakan ketakutan dari para perempuan yang juga panik akan apa yang terjadi. Mereka berlari ke sana ke mari. Ada yang berhasil di tangkap kembali oleh Mobogengs. Dan juga ada yang berhasil lari masuk kembali ke dalam kapal menyelamatkan diri.
Sesuai perintah yang Al berikan, para anggota militer tak akan melukai orang tak bersalah. Mereka akan melindungi mereka yang tak ada sangkut pautnya dengan para gengster tersebut.
Team penyelamat penumpang kapal yang diberi tugas oleh Al segera merapat. Sementara itu, sebagian anggota militer ada yang bertugas mengalihkan perhatian anggota Mobogengs agar terlena akan tugas utama mereka membawa para wanita ke tempat penampungan.
Al berlari menuju pintu samping kapal. Memukul dan berperang melawan para pria berperawakan sangar yang menghalangi niatnya. Hingga mereka terkapar tak berdaya. Baku hantam masih terjadi di luar kapal.
"Kalian cepat keluar dari sini!" perintah Al pada para wanita yang masih terjebak di dalam. Membrikaan akses keluar melalui pintu samping, kembali mereka saling berdesakan berhambur ingin keluar.
Eve, gadis itu pusing sekali. Dunia serasa berputar. Namun, ia tak boleh menyerah. Semua ini seolah bagai de javu baginya. Hingga tarikan tangan gadis yang tadi bersamanya menyadarkan Eve jika ia harus segara berlari keluar kapal.
"Eve, ayo buruan!" teriak gadis teman Eve sembari mengantre di pintu keluar bagian samping kapal.
Al memperhatikan satu per satu mereka yang mulai berlarian keluar. Sementara di luar kapal sudah ada anggota militer yang akan mengarahkan para wanita agar menaiki truk besar yang sudah disiapkan. Semua ini telah dirancang oleh Al. Para anggota yang ikut menjalankan misi bersamanya, dibagi menjadi beberapa tugas. Yaitu tugas mengalihkan perhatian Mobogengs sekaligus meringkus mereka. Lalu tim yang bertugas mengamankan para perempuan penumpang kapal. Dan terakhir tim yang bertugas mengawasi serta mengamankan situasi dan kondisi sekitar pelabuhan. Pun demikian juga menenangkan para warga yang tinggal di pesisir pantai agar mereka tidak lagi panik berlebihan.
Al harus memastikan jika para penumpang kapal selamat semua di tangan pihak militer. Hingga perempuan terakhir yang kini dengan raut wajah panik tak sengaja menabrak bahunya.
Dialah Eve. Karena tergesa hingga tak sengaja menabrak bahu seorang anggota militer yang menolong mereka. Seharusnya Eve meminta maaf. Namun, yang ia lakukan justru di luar dari prediksinya. Mendadak Eve merasa kepalanya begitu sakit, kala bahu mereka saling bersentuhan.
"Argh!" Meringis sambil memegang kepalanya. Lagi-lagi kelebat bayangan akan masa lalu seseorang terekam jelas dalam ingatannya. Shock, tentu saja. Terlebih semua kenangan buruk yang membuat miris Eve mengetahui masa lalu kelam seseorang. Selanjutnya ia tak lagi ingat apa-apa. Tubuhnya lemas dan gadis itu luruh jatuh di atas geladak kapal.