Fredo vs Zena

1035 Kata
Suara motor milik Zena yang meraung memasuki gerbang markas besar Mobogengs menarik perhatian para anak buahnya. Turun dari atas motor, derap langkah kaki terdengar dari sepatu booth yang Zena kenakan. Melepas jaket kulit yang melekat di badan kala Zena masuk langsung menuju ruang pribadinya. Pikiran Zena masih terbayang akan apa yang tadi ia lihat di pasar. Anak buahnya bisa terkalahkan hanya dengan seorang pria. Namun, yang membuat Zena masih tercengang adalah ketika mendapati kekuatan tak biasa yang pria itu miliki. Kepala Zena menggeleng ke kiri dan ke kanan. Pantas saja anak buahnya kalah. Lantas ... Dari mana datangnya pria itu. Kenapa Zena baru tahu sekarang. Apakah pria itu adalah penduduk baru kota Graha. Zena yakin sekali dari serentetan kegagalan misi yang dijalankan mobogengs akhir-akhir ini pasti ada hubungannya dengan pria tadi. Menjatuhkan tubuh di atas kursi. Zena meletakkan tangan pada dagu. Berpikir keras menghubungkan antara kasus penggagalan human trafficking yang dilakukan oleh pihak militer. Apakah pria tadi juga salah satu orang yang membantu militer ataukah ada kemungkinan jika pria tadi justru salah satu anggota militer. Oh, tidak. Mobogengs tak boleh kalah dari militer. Ada Fredo sebagai wali kota yang mendukung semua bisnis dan misi mobogengs selama ini. Fredo yang memiliki peran penting di kota Graha dan mempunyai akses di segala penjuru lini bisnis kota Graha. Zena tak akan tinggal diam. Dia harus mencari tahu semua terkait pria yang tak sengaja ia lihat tadi. Merogoh saku celana yang Zena kenakan. Mencari keberadaan ponsel miliknya. Ia menghubungi Fredo. Dan sialnya berkali-kali Zena menghubungi tak juga diangkat oleh Fredo. Umpatan sudah tak terhitung lagi Zena lontarkan. Hingga wanita itu memutuskan beranjak berdiri. Menyambar jaket yang tadi ia sampirkan di atas kursi. Memakainya cepat lalu keluar kembali dari ruang pribadinya. Menghampiri motor besarnya dan tanpa banyak kata wanita ia menjalankan motor meninggalkan markas besar Mobogengs. Rasa penasaranlah yang membuat Zena tidak sabar ingin menemui Fredo. Ke mana sebenarnya pria itu. Kenapa Zena telpon berkali-kali tak juga diangkat. Membuatnya geram saja. Di saat genting seperti ini justru Fredo tak bisa diandalkan olehnya. Zena tak mungkin mendatangi kantor wali kota demi mencari keberadaan Fredo. Karena Zena pastikan jika pria itu tak ada di sana. Gelar wali kota tapi hampir tak pernah sama sekali mendatangi kantor jika tidak ada hal penting. Itukah ciri khas dari seorang Fredo. Memilih langsung menuju rumah milik Fredo yang berada beberapa kilo dari pusat kota Graha. Sengaja Fredo mengasingkan diri dari keramaian pusat kota karena ia tak mau ikut campur dalam semua kerusuhan yang mobogengs buat. Dengan tinggal jauh dari kota maka Fredo tak perlu tahu akan hal apa saja yang tengah di perbuat anak buah Zena. Karena dia adalah salah satu dalang dari semua kekacauan dan juga kerusuhan yang ada. Kedok sebagai seorang wali kota tak demi memuluskan semua usahanya dalam membantu mobogengs. Oleh sebab itulah Fredo akan lebih tenang dengan berada jauh dari keramaian. Motor besar Zena berhenti dan parkir di depan rumah megah Fredo. Melepas helm sembari mendengus kesal. Fredo yang selalu menyebalkan juga sesuka hati. Andai tidak membutuhkan pria itu maka Zena juga tidak akan mau berhubungan dengannya. Namun, karena Fredo lah yang selalu membantu memuluskan jalan dan rencana besar Mobogengs. Oleh sebab itulah Zena sebagai ketua gengster harus mau bersabar. Penjaga rumah Fredo yang melihat kedatangan Zena segera menyapa. Menundukkan kepala hormat mengetahui siapa yang datang. Ya, Zena adalah salah satu perempuan yang ditakuti oleh orang-orang yang mengetahui seberapa besar kekuatan Zena juga pengaruh Mobogengs di dalam kota Graha. "Di mana Fredo?" "Di dalam kamarnya." Zena tak mau banyak bertanya lagi. Memilih masuk ke dalam langsung menuju kamar utama di mana biasanya Fredo mendekam. Rumah ini sering menjadi jujugan Zena ketika mencari keberadaan Fredo. Dan pintu yang tidak terkunci bisa dengan mudah dibuka oleh wanita itu. Decak sebal dari mulut Zena mengetahui orang yang sejak tadi ia cari justru tengah terlelap di alam mimpi. Bahu sampai punggung telanjang milik Fredo terpampang nyata di depan mata Zena sementara bagian bawah tubuh pria itu tertutup selimut. Bukannya terpesona yang ada Zena justru menggeram marah. Di saat genting dan sedang dibutuhkan justru Fredo enak-enakan tidur telungkup di atas ranjang. "Bangun, Fred!" Teriaknya tapi tak ada jawaban dari Fredo. Kedua tangan Zena terlipat di depan dadaa masih dengan mata mengawasi tubuh Fredo yang tak bergeming di tempat. Rasa kesal yang membuat Zena memutuskan membungkukkan badan lalu menggoyang lengan Fredo. "Fredo Angelo! Bangun!" Hap! Tangan Zena ditarik begitu saja ketika Fredo membalikkan badan membuat tubuh wanita itu jatuh menimpa tepat di atas tubuh Fredo. Karena Zena tidak siap akan apa yang Fredo lakukan sehingga dia kehilangan keseimbangan. Kekehan keluar dari bibir Fredo, kedua tangan melingkar di pinggang Zena. Sangat erat pria itu memeluk tak menghiraukan umpatan kasar dari mulut Zena. Bahkan bibir Fredo dengan kurang ajarnya sudah mengecup tengkuk Zena dengan hidung mengendus aroma vanila yang menguar dari tubuh wanita itu. Zena, sesangar dan semenakutkan apapun kelakuannya dia tetaplah perempuan yang di sisi kecil dalam dirinya masih saja ada hal yang memabukkan bagi Fredo. "Sialan kau, Fred! Lepaskan aku brengsekk!" Fredo tak perduli. Bagaimana mungkin di saat dia bangun dari tidur justru seorang wanita cantik berada dalam pelukan. Tak akan Fredo sia-siakan. Sebagai seorang pecinta wanita jelas saja keberadaan Zena membangkitkan sisi liarnya sebagai seorang pria normal. "Kau sendiri yang datang padaku. Kenapa sekarang minta dilepas." Bisikan Fredo di telinga Zena. Ditambah dengan sapuan napas hangat Fredo membuat Zena merutuki kebodohannya. "Jangan main-main denganku, Fred!" Masih berusaha meronta ingin lepas dari kungkungan tubuh kekar Fredo. Menggeliat bak cacing kepanasan yang justru membuat Fredo semakin tegang. "s**t!" Ganti Fredo yang mengumpat karena ulah Zena. Gara-gara tingkah wanita itu yang tidak mau diam membuat adik kecilnya menggeliat bangun ingin dibebaskan. Perlahan mengeras dan mengganjal di dalam celana dalam yang Fredo kenakan. Denyut nyeri yang Fredo rasakan menjalar sampai kepala. Jika tidak segera dilampiaskan yang ada hanya akan menyakiti dirinya sendiri. Dan Zena, lihatlah wajah wanita itu yang semakin memerah karena merasakan sesuatu. Tonjolan yang menggeliat terasa di bagian bawah tubuhnya. Sialan. Fredo terangsang akan keberadaannya. Posisi Zena yang sekarang memang sangat tidak menguntungkan. Tapi Fredo enggan melepaskannya. Andai mereka sedang dalam posisi berdiri maka akan dengan mudah bagi Zena menendang selangkangann pria itu. Namun, kini posisinya justru tengkurap di atas tubuh Fredo. Membuatnya tak bisa berkutik dan bergerak bebas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN