Memiliki kantor baru seharusnya membuat Ujang bersemangat, tetapi semangat itu meredup kala dia melihat Amel sudah ribut-ribut merecoki Mak Lala di rumah. Amel menyiapkan nasi goreng untuk Ujang, sedikit pun lelaki itu tidak tersanjung karena nasi goreng kampung ekstra cabai itu adalah buah cipta Mak Lala tercinta. Amel hanya memindahkan butiran nasi ke dalam piring. Itu pun Ujang lihat belepotan di atas kompor. Amel tidak lulus seleksi pokoknya, Ujang tetap tidak bisa membayangkan kala gadis itu tersenyum dengan kawat giginya yang berwarna hijau. “Ujang sejak pulang dari pemakaman Pak Gun jadi murung begini, kenapa Jang? Gak kesambet demit TPU kan?” tanya Emak, Amel yang sedang menikmati sarapannya tertawa cekikikan. Sudah mirip dah dengan Mbak Kunkun. Saking semangatnya ketawa akhirny