Salah Paham

1215 Kata
Terakhir, Samuel meneguk minumannya setelah menghabiskan satu porsi nasi goreng lengkap dengan telur ceplok. Sejak masa kuliah nya dulu, dia memang sudah tinggal seorang diri di apartemen. Jadi tidak diragukan lagi, jika lelaki itu bisa memasak beberapa menu makanan. Dia mempunyai satu saudari kandung yang masih kuliah semester enam. Dan satu saudara tiri laki-laki yang terpaut usia 5 tahun dengannya. Selesai sarapan, Samuel segera bergegas untuk pergi ke rumah sakit. Dia memakai kemeja berwarna biru muda yang dipadukan celana hitam panjang. Langkah kakinya membawa ke arah parkiran apartemen, lalu masuk ke dalam mobil lantas melajukan kendaraan beroda empat itu dengan kecepatan standar. CLING! Satu notifikasi chat masuk dari Mulan. Dia segera membukanya untuk melihat apa isi chatting dari wanita tua itu. Yang pertama kali dia lihat adalah foto Mulan bersama seorang bayi yang berada di atas pangkuannya. Filling Samuel menjadi tidak baik. Mama: Lihatlah, Mama sudah sangat cocok untuk menimang cucu bukan? Helaan napas panjang keluar dari dalam mulutnya. Menyesal karena memilih untuk membuka chatting yang masuk dari Mulan. Sekarang kepalanya terasa sedikit pening. "Mama, Mama, kenapa selalu cucu yang ada di pikiranmu? Aku gak mau salah dalam memilih pasangan. Aku mau mendapatkan istri yang bisa membuatku lebih mencintaimu, Ma. Dan itu pasti gak akan mudah." Samuel tidak ingin bernasib sama dengan temannya yang salah memilih pasangan. Si istri justru membuat suaminya menjadi jauh dengan ibu nya sendiri. Dan itu terjadi karena masalah nafkah. Istri temannya Samuel, tidak ingin berbagi uang hasil keringat suaminya dengan ibu mertua nya sendiri. Alhasil, dia menghalalkan berbagai cara agar tidak berbagai uang dengan ibu mertua nya dan membuat hubungan suami dan ibu nya menjadi jauh. Hanyut dalam lamunan, Samuel dikejutkan dengan suara teriakan yang begitu kencang hingga membuatnya buru-buru menginjak rem agar tidak menabrak orang yang berada di depan mobilnya. "AAAA!" Bruk! Terlambat. Samuel telah membuat orang itu celaka. "Ya ampun, gue udah menabrak nya." Segera dia keluar dari dalam mobil untuk mengecek bagaimana kondisi korban kecelakaan itu. Seorang perempuan tergeletak di atas aspal dalam kondisi tak sadarkan diri. Samuel berjongkok lantas mengangkat kepalanya untuk melihat wajah korban tersebut. Alangkah terkejut nya, karena korban tersebut adalah perempuan yang kemarin malam bersamanya. "Perempuan ini," gumamnya dengan perasaan terkejut. "Hey, bangunlah." Tidak ada reaksi apapun bahkan setelah Samuel mencoba menyadarkan nya dengan menepuk-nepuk pelan pipi perempuan tersebut yang tidak lain adalah Anna. Samuel melirik ke kanan lalu ke kiri, kondisi jalan sangat sepi dan tidak ada satu pun kendaraan lain yang melintas. Dia segera mengangkat tubuh Anna dan membawanya masuk ke dalam mobil. Mendudukkan Anna di bangku sebelah kemudi. Selama perjalanan ke rumah sakit, sesekali Samuel menoleh pada Anna yang masih dalam keadaan pingsan. Dia bisa melihat kalau Anna telah menangis. Ada jejak air mata di pipinya dan juga kedua mata yang terlihat sembab. ••• Anna meringis begitu ia sadar dari pingsan. Pandangannya mengedar ke sekeliling sampai akhirnya dia menyadari kalau sedang berada di sebuah ruang rawat rumah sakit. "Apa yang terjadi sama gue?" gumamnya mencoba mengingat kejadian yang membuatnya bisa berada di rumah sakit. CEKLEK! Pintu ruangan yang terbuka, memperlihatkan seorang lelaki berjas putih masuk ke dalam menghampiri Anna. "Syukurlah, kamu sudah sadar." "Pak Dokter?" Samuel tersenyum tipis. "Bagaimana keadaan kamu sekarang?" "Kepala saya terasa sedikit pening, Dok." Anna menjawab. "Tadi saya gak sengaja menabrak kamu. Maaf kan saya karena gak berhati-hati saat mengemudi hingga membuat kamu celaka." Anna menatap heran pada Samuel. Lalu bayang kejadian beberapa waktu yang lalu terlintas di memori ingatannya. Dan Anna ingat sekarang. "Jadi Dokter yang tadi nabrak saya?" Samuel tersenyum tipis seraya menganggukkan kepala. Anna menghela napas berat. "Gak apa-apa, Dok. Saya juga salah karena gak memperhatikan keadaan jalan." "Sepertinya kamu sedang ada masalah, benar?" tanya Samuel. Mendengar pertanyaan Samuel, membuat Anna teringat akan permasalahan yang terjadi di rumah. Di tambah lagi dengan pembicaraan nya dengan Kinan yang berhasil membuatnya berpikir yang tidak-tidak. Satu bulir air mata menetes membasahi pipi Anna, membuat Samuel tersentak kaget dan merasa bersalah. "Hey, jangan nangis. Maafkan pertanyaan saya tadi jika sudah menyinggung mu." Anna menggelengkan kepala menatap Samuel dengan tangis yang semakin menjadi-jadi. "Ng-nggak, ini bukan salah Dokter T-tapi, t-tapi saya.... Huaahh!" Samuel menjadi bingung dan juga panik melihat perempuan di depannya semakin meraung-raung. "Tenanglah...." Samuel seperti ditertawakan oleh profesi nya sebagai seorang dokter. Melihat Anna yang menangis, dia justru terlihat seperti orang bodoh yang bingung bagaimana cara menenangkan perempuan itu. "Huaahh! S-saya bukan a-aa-anak.... Hiks.... Hiks.... Huaahh!" Samuel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tolong tenanglah, jangan menangis." Alih-alih menghentikan tangis nya, justru Anna semakin meraung tidak peduli jika suara tangisan nya terdengar sampai keluar ruangan. Dia sangat merasa sakit hati dan kecewa pada orang tuanya. Selama dua puluh empat tahun, Anna baru menyadari kalau semua keharmonisan di dalam keluarga nya ternyata palsu. Samuel teringat sesuatu, banyak orang yang mengatakan, salah satu cara untuk menenangkan perempuan adalah dengan memeluknya. Tanpa pikir panjang, dia menarik tubuh Anna yang masih dalam keadaan berbaring lalu membawa perempuan itu ke dalam dekapan yang hangat. Anna menangis di pelukan dokter tampan itu. Dengan ragu, Samuel pun mulai membelai lembut punggung Anna, mencoba memberikan ketenangan pada perempuan itu. "Sam! Jadi ini calon menantu Mama?" Teriakan seorang wanita yang entah sejak kapan berada di ambang pintu ruangan, membuat Samuel dan Anna menoleh secara bersamaan menatap wanita tua itu yang tidak lain adalah Mulan. "Mama...." "Bagaimana bisa Mama berada di sini?" pikir Samuel dalam hati. Satu detik.... Dua detik.... Tiga detik.... Tanpa aba-aba, Anna mendongak menatap wajah Samuel yang juga tertunduk menatapnya. Menyadari posisi mereka mereka, sontak Anna mendorong keras tubuh kekar Samuel hingga lelaki itu jatuh tersungkur ke atas lantai. "OMG, HELLO!" BRUK!! Anna menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, sedangkan Samuel meringis kesakitan di bawah sana. Dan Mulan, wanita tua itu terkejut bukan main menyaksikan apa yang berada di depan matanya. "Wow, amazing!" Mulan berjalan dengan cepat menghampiri Anna. "Jadi kamu calon menantu Mama?" "Ha? Calon menantu?" gumam Anna menampilkan tampang bodoh. Mulan menatap kagum pada Anna. "Eum, kamu terlihat sangat cantik." Kemudian wanita tua itu memeluk Anna yang masih melongo tidak mengerti. Samuel berusaha bangun dari posisi duduknya sambil menahan nyeri. Tatapan mereka bertemu, Samuel menjadi malu pada Anna melihat kelakuan Mulan. "Ma," panggilnya. Mulan melepaskan pelukan nya, lalu menoleh pada Samuel. "Kenapa kamu gak bilang sama Mama, kalau sudah memiliki calon istri?" "Ma...." Mulan memalingkan wajah dari Samuel dan beralih pada Anna. Dia tersenyum manis menatap perempuan itu. "Nama kamu siapa, Sayang?" Anna memandang Samuel dengan heran yang tengah menghela napas berat sambil menggelengkan kepala pelan. "Annabelle Zavia William, Tante. Panggil aja Anna." "Anna? Nama yang sangat cantik seperti orangnya," puji Mulan. "Terima kasih, Tante." "Jangan panggil Tante, tapi Mama," koreksi nya semakin membuat Samuel malu. Sebelum Mulan semakin menduga lebih jauh pada Anna, segera Samuel menarik pelan tangan mama nya. "Ma, ikut aku dulu." Mulan menghentakkan tangan Samuel. "Kamu ini kenapa sih? Mama ingin bicara sama calon menantu Mama sendiri. Mengganggu saja." "Tapi, Ma...." Seorang suster muncul dari balik pintu, membuat perhatian ketiga orang di sana teralih kan. "Permisi Dokter, ada pasien yang terkena luka tusuk kan dan harus segera dilakukan operasi sekarang," sampai Suster tersebut. Samuel mengangguk. "Sudah sana, tangani pasien kamu. Mama ingin berdua bersama calon menantu Mama," ucap Mulan kemudian tersenyum pada Anna. Samuel menghela napas berat. Sebelum dia pergi meninggalkan dua perempuan itu, dia membisikkan sesuatu pada Anna. "Saya akan menjelaskan semuanya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN