Anna mengangkat panggilan yang masuk dari Rainie. Sudah bisa dipastikan kalau perempuan itu akan bertanya mengenai Anna yang belum juga sampai di kantor padahal hari sudah siang.
"Hal---,"
"Lo dimana sih? Kenapa jam segini belum juga sampai di kantor? Lo tahu, sebentar lagi kita ada meeting untuk membahas kelanjutan proyek pembangunan jalan tol. Lo gak lupakan, Anna?" omel Rainie dari seberang sana.
Anna menghela napas berat sambil memijat pelipis nya yang sedikit berdenyut. "Ada sedikit kendala tadi, gue berangkat ke kantor sekarang."
"Kendala apa? Lo ada dimana sekarang? Lo baik-baik aja kan?" Rainie bertanya tanpa henti.
"Nanti gue ceritain setelah sampai di kantor."
"Okay. Kalo gitu lo cepatan gak pake lama."
Setelah itu, sambungan telepon terputus. Anna beranjak turun dari atas brankar. Sebenarnya dia ingin pulang sekarang hanya sekedar memastikan bagaimana keadaan Kinan. Sekecewa apapun perasaan Anna atas sandiwara yang orang tuanya peran kan selama ini, tetap saja dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Kinan. Apalagi saat mengingat bagaimana sifat emosional Edo akhir-akhir ini.
Perempuan itu berjalan keluar dari ruangan. Sebelum benar-benar pergi dari rumah sakit, Anna akan membayar lebih dulu biaya pengobatannya.
"Suster, berapa biaya pengobatan atas nama Annabelle Zavia William?" tanyanya, lantas mulai menyiapkan uang di dalam tas.
"Biaya pengobatan atas nama Annabelle Zavia William telah dibayar, Bu."
Anna menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyiapkan uang. Dia mengerutkan kening, berpikir siapa yang telah membiayai pengobatannya? Apa mungkin Samuel? Tapi dokter tampan itu tidak tahu nama Anna.
"Suster, boleh saya tahu siapa yang telah membayar biaya pengobatan saya?"
"Ibu Mulan yang telah membayarnya," jawab suster tersebut.
"Ibu Mulan?" Anna berpikir keras, siapa itu Mulan?
"Iya, Bu. Beliau adalah Ibunya Dokter Samuel. Yang tadi telah membawa Ibu ke rumah sakit ini," jelas suster itu.
Anna tersenyum kaku sambil mengangguk. "O-oh, terima kasih, Suster."
Anna berjalan pelan keluar dari rumah sakit. "Dokter Samuel? Jadi nama dokter tampan itu Samuel. Dan Ibu yang meminta ku untuk memanggilnya Mama adalah Ibu Mulan. Dia baik sekali, telah membayar biaya pengobatan ku."
Di tempat yang berbeda, Samuel yang tidak menemukan Anna di ruang rawat nya, segera mencari kemana perginya perempuan itu. Dia ingin meminta maaf atas kesalahpahaman Mulan yang mengira Anna adalah kekasihnya. Dia juga ingin memastikan, kalau Mulan tidak bicara yang aneh-aneh.
"Kemana perempuan itu pergi?" gumamnya, mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah.
Sampai akhirnya, Samuel menangkap sosok perempuan itu yang sedang berjalan pelan sambil memainkan ponsel nya. Tidak ingin kehilangan jejak, Samuel berlari ke arah Anna.
Sementara Anna belum bisa pulang ke rumah, dia berpikir untuk mengirim pesan terlebih dahulu pada Kinan hanya sekedar memastikan kalau wanita itu baik-baik saja di rumah. Dan Edo tidak melakukan sesuatu yang buruk pada Kinan.
Me: Bunda, aku minta maaf atas kejadian tadi di rumah. Aku sangat menyesal karena telah bersikap kurang sopan sama Bunda. Apa Bunda baik-baik saja? Ayah tidak melakukan sesuatu yang buruk bukan?
Anna menghela napas panjang setelah mengirim pesan pada Kinan. Sementara menunggu balasan dari wanita itu, Anna melangkah lebih cepat lagi ke tepi jalan besar agar bisa mendapatkan taksi. Melihat ada taksi yang akan melintas, dia pun melambaikan tangan. Namun, seseorang menarik tubuhnya ke belakang.
Anna yang sudah siap melayangkan protesan, terurungkan setelah melihat jika pelakunya adalah Samuel.
"Kamu mau kemana?"
"Saya mau ke kantor, Dok."
"Lebih baik kamu istirahat dulu di dalam."
Anna tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala. "Gak perlu, Dok. Saya sudah lebih baik. Dokter Hanum juga sudah mengizinkan saya untuk pulang."
Teringat akan sesuatu, Anna mengambil beberapa lembar uang di dalam tas nya. "Ini, Dok. Tolong sampaikan sama Mama Mulan dari saya, Anna."
Samuel mengangkat sebelah alis nya, saat mendengar panggilan Anna pada Mulan. Mama? Jadi, Anna menuruti apa keinginan Mulan untuk memanggilnya Mama?
Melihat keterdiaman Samuel, Anna meraih tangan lelaki itu lalu menyimpan beberapa lembar uang pada telapak tangannya. "Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih."
Samuel menatap uang yang berada di tangannya. "Kamu gak perlu memberikan uang ini kembali pada Mama saya, Anna. Saya yakin, beliau pasti ikhlas ingin membantu kamu."
"Saya gak enak hati, Dok."
Samuel menghela napas berat. Kemudian dia meraih tangan Anna dan kembali menyimpan uang tersebut pada telapak tangan Anna. "Justru, kalo Mama saya sampai tahu kamu menolak bantuan darinya. Dia akan sedih, Anna."
Anna terdiam sejenak, sebelum mengangguk.
"Sekarang kamu mau ke kantor?" Samuel bertanya.
"Iya, Dok."
"Saya antar kalo begitu."
Buru-buru Anna menggeleng, menolak ajakan darinya. "Saya gak mau merepotkan Dokter Sam lagi. Saya bisa naik taksi kok."
Jadi sekarang Anna sudah tahu namanya? Pikir Samuel.
"Ada yang mau saya bicarakan juga sama kamu. Tolong izinkan saya untuk mengantarkan kamu ke kantor," pinta Samuel.
Anna menatap cemas ke arah rumah sakit. "Bagaimana dengan pasien Dokter?"
"Ada Dokter lain yang bisa menangani sementara waktu. Lagi pula, saya hanya akan mengantarkan kamu dan tentu gak akan memakan waktu yang banyak."
Anna tampak berpikir sejenak. Sampai akhirnya dia mengangguk. Samuel tersenyum lega, lantas bergegas mengambil mobilnya yang terparkir.
Selama perjalanan, Anna menatap ke luar kaca mobil sambil memainkan jari tangannya. Tidak, dia tidak gugup. Hanya saja, sudah menjadi kebiasaan saat berada di posisi seperti ini.
Samuel melirik sekilas pada Anna, sebelum memulai pembicaraan dengan perempuan itu. Sebenarnya, ada rasa malu yang Samuel rasakan mengingat bagaimana reaksi Mulan saat memperegokinya tengah memeluk Anna.
"Ekhm, Anna."
"Ya?" Anna menoleh, menatap Samuel yang fokus mengemudi.
"Soal kejadian di ruangan tadi. Saya minta maaf, karena telah lancang memeluk kamu, sampai Mama mengira kita ada hubungan spesial."
Anna merasakan kedua pipinya memanas. Dia baru ingat, kalau sebelum itu terjadi, dia menangis sampai meraung-raung di depan Samuel. Ah, Anna sangat malu sekarang!
"Gak apa-apa, Dok. Justru saya yang mestinya minta maaf, karena telah merepotkan dokter Sam. Dan mungkin telah mengganggu ketenangan rumah sakit karena tangisan saya," ucapnya meringis pelan.
Samuel menoleh sekilas pada Anna sambil tersenyum tipis. "Saya mengerti, mungkin kamu sedang memiliki masalah yang cukup berat sampai gak bisa mengontrol tangisan sendiri. Jadi kamu gak perlu meminta maaf sama saya."
Anna menundukkan kepala. Dadanya terasa sesak, setiap kali mengingat kejadian tadi pagi.
"Anna...."
Anna menoleh pada Samuel, seolah bertanya 'Ada apa?'
"Apa Mama saya membicarakan sesuatu yang membuat kamu terganggu?"
"Hm? Maksudnya?" tanya Anna, tidak mengerti.
Samuel memijat pelan pangkal hidungnya. "Eum, pokoknya saya minta maaf, kalo Mama tadi bicara yang tidak-tidak sama kamu."
"Gak ada kok."
"Serius?"
"Iya."
"Lalu, tadi kalian membicarakan apa saja, setelah saya keluar dari ruangan itu?"
Anna mengangkat sebelah alis nya. Ia berpikir sejenak sampai akhirnya, ia ingat kalau tadi Mulan mencurahkan isi hatinya.
"Ah ya, saya ingat."
"Apa?" tanya Samuel, tidak sabaran.
"Mama bilang, kalo dia sudah ingin melihat Dokter menikah dan bisa menimang cucu."
Tenggelam Samuel ke dalam sumur, sekarang juga! Dia sangat malu! Bisa-bisanya Mulan mengatakan itu di depan Anna yang notabene nya orang asing.