Prolog

387 Kata
 “Papa, Papa juga jadi bintang. Papaku juga jadi bintang, Feli?” “Iya, Papa juga jadi bint—” Feli baru akan menjawab pertanyaan Caleb ketika ada gerakan cepat yang merenggut Feli dan Caleb. Seseorang menarik Feli dengan gerakan sangat keras hingga membuat Feli melepaskan pegangan tangannya pada Caleb. Feli berusaha menjerit karena dia tahu jika sekarang dia sedang berada di dalam bahaya. Tidak bisa, Feli sama sekali tidak bisa menjerit karena belum sempat dia mengatakan sepatah katapun, Feli merasakan ada benda tajam yang menghunus tepat di lehernya. Benda itu menusuk Feli lebih dari lima kali. Satu hal yang membuat air mata Feli mengalir dengan deras, Feli mengingat wajah Ken yang tiba-tiba terbayang di depan matanya. Pria itu akan kesepian kalau Feli harus mati dengan cara seperti ini. Tidak, jangan.. Feli tidak ingin mati. Sayangnya, dengan luka parah yang ada di lehernya, tidak ada hal yang bisa dilakukan oleh Feli selain hanya diam lalu terjatuh ke tanah. Feli tahu kalau waktunya tidak akan lama lagi. Feli tahu kalau dia tidak bisa bertemu dengan Ken lagi, tidak ada senyuman Ken yang akan dia lihat.. setelah ini semuanya akan selesai. Feli mencoba memanggil Caleb yang masih berdiri dengan tatapan terkejut. Terlihat dengan jelas kalau pria itu menangis ketakutan. Apalagi ketika ada sosok dengan pakaian merah datang mendekati pria itu. Feli ingin mengatakan sesuatu. Feli ingin Caleb cepat berlari dan menyelamatkan dirinya, sayangnya.. sepertinya tidak akan semudah itu. Caleb hanya diam di sana sambil terus menangis ketakutan. Pandangan Feli mulai buram, dia tidak akan bertahan lebih lama lagi. Tapi Feli juga ingin menyelamatkan Caleb. Bersamaan dengan mata Feli yang hampir tertutup sepenuhnya, Feli melihat sosok dengan baju merah itu membalikkan tubuhnya. Sosok itu mengarahkan pisau yang tadi dia gunakan untuk menusuk leher Feli, sekarang dia berusaha mengancam Caleb. Tidak! Feli tidak bisa melakukan apapun karena saat ini, untuk menjaga napasnya saja dia tidak sanggup. Lalu, ketika kesadaran hampir hilang dari dirinya, Feli melihat satu senyuman yang sangat dia kenali. Sosok berbaju merah itu.. Kenapa.. Kenapa dia melakukan ini pada Feli? Bukankah dia menyayangi Feli? Iya, Feli mengenal orang itu dengan sangat baik. Tapi kenapa dia berusaha menyakiti Feli? Setelah itu, tanpa bisa melakukan apapun, Feli mulai kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Matanya tertutup bersama dengan detak jantungnya yang semakin pelan. Kepada Kenandra, Feli mengirimkan banyak ucapan maaf karena dia harus pergi lebih dulu..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN