38 Hari Sebelum Persidangan
Ken melangkahkan kakinya untuk turun dari tangga rumahnya.
Ken tersenyum lalu menyapa Kakaknya ketika dia sedang melihat Caleb yang baru keluar dari kamarnya. Kakaknya itu langsung berlari kecil untuk menghampiri Ken sambil terus tersenyum.
Apapun masalah yang sedang Ken hadapi, rasanya Ken seperti mendapatkan kekuatan baru setiap kali dia melihat senyuman Kakaknya.
Caleb yang terlahir dengan banyak kekurangan saja bisa selalu tersenyum dan mengucap syukur akan segala hal yang dia dapatkan, kenapa Ken malah selalu merasa terbeban dengan semua masalah yang mendatanginya?
Seharusnya Ken mulai sadar kalau selama ini dia sudah menerima banyak sekali kebaikan Tuhan di dalam hidupnya.
Ken memang sering mendapatkan masalah yang tidak mudah untuk dilewati, tapi sebenarnya Ken juga harus bersyukur karena selama ini dia masih diberikan kekuatan untuk menghadapi semuanya. Ken juga harus selalu bersyukur karena pada akhirnya dia tidak akan merasa sendirian lagi. Ketika Ken menikah dengan Feli, semua beban yang dia miliki bisa dia bagi dengan wanita itu. Feli akan selalu menjadi tempat Ken untuk berpulang setelah dia lelah menghadapi dunia ini. Sungguh, Ken sangat tidak sabar untuk menunggu semua itu.
“Ken, ap-apa kamu akan bekerja hari ini? Kamu akan bekerja? Ap-apakah kamu akan bekerja?” Tanya Caleb sambil mendekati Ken.
Ken tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dengan pelan.
Sekalipun setiap hari Caleb selalu menanyakan hal yang sama, Ken akan tetap menjawab pertanyaan Kakaknya itu.
Biasanya bukan hanya Ken yang akan diberi pertanyaan seperti itu, tapi juga Rosaline. Sayang sekali wanita itu sedang tidak ada di rumah.
Sebenarnya Ken juga merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan oleh Rosaline. Wanita itu bisa saja marah pada Ken, tapi dia sama sekali tidak boleh membuat Caleb ikut menjadi korban atas perang dingin mereka berdua.
Seharusnya Rosaline bisa bersikap lebih dewasa. Kabur dari rumah sama sekali bukan hal yang tepat untuk dilakukan. Apakah wanita itu sama sekali tidak memikirkan perasaan Caleb ataupun Ibu mereka?
Ken menghembuskan napasnya dengan pelan. Dalam hal ini Ken tidak bisa menyalahkan Rosaline saja. Ken seharusnya mengerti bagaimana keadaan wanita itu juga.
Kakaknya sedang berusaha untuk menghadapi sebuah beban yang cukup besar, Ken tidak bisa menyalahkan Rosaline atas apa yang terjadi. Masalahnya, dalam persoalan ini sama sekali tidak ada yang mau bertanggung jawab.
“Kam-kamu akan bertemu dengan Rosaline? Kenapa, kenapa dia tidak mau pulang ke sini? Apa, apa karena dia tidak menyukaiku? Ap-apa dia tidak menyukaiku? Dia tidak menyukaiku, Ken?”
Ken menghembuskan napasnya dengan pelan.
Setelah apa yang terjadi dua hari yang lalu, Caleb selalu menanyakan hal yang sama setiap kali mereka bertemu. Caleb selalu ingin tahu bagaimana keadaan Rosaline. Caleb juga selalu menanyakan tentang keberadaan Rosaline seakan pria itu benar-benar sedang merindukan Rosaline sekarang.
Ken menghembuskan napasnya dengan pelan. Apa yang bisa Ken katakan? Apakah dia harus kembali mengusapkan kalimat yang penuh dengan kebohongan? Apakah Ken harus kembali berbohong tentang keberadaan Rosaline?
Ken benar-benar merasa bersalah pada Caleb karena masalah ini seharusnya sama sekali tidak berdampak pada Caleb. Seharusnya Rosaline bisa lebih mengerti dengan apa yang terjadi. Wanita itu tidak boleh mengorbankan Caleb dalam masalah yang sedang mereka hadapi.
“Bukan begitu. Dia hanya sedang sangat sibuk saja. Kakak harus menunggu dia sampai beberapa hari lagi karena aku yakin dia akan segera pulang..” Kata Ken sambil menggandeng tangan Caleb untuk turun dari tangga.
Mereka harus segera sarapan karena Ken harus cepat berangkat ke kantor. Ada banyak sekali masalah yang harus Ken hadapi hari ini.
Ya, lagi-lagi Ken harus menghadapi hari yang sangat sibuk.
Sayang sekali, Ken kembali kehilangan waktu untuk bisa dia habiskan bersama dengan Caleb ataupun Feli.
Tidak masalah, setelah pekerjaannya selesai beberapa minggu lagi, Ken akan mengajak Feli dan Caleb untuk pergi ke taman bermain. Feli sangat suka jika diajak ke taman bermain. Wanita itu akan selalu tersenyum bahagia setiap kali Ken membawanya ke taman bermain. Sementara itu, Caleb juga akan senang dan merasa terhibur dengan kegiatan mereka. Sebenarnya Caleb akan selalu menyukai apapun yang mereka lakukan bersama. Selama ini Caleb tidak pernah membutuhkan apapun selain kebersamaan saja. Celeb suka melakukan sesuatu secara bersama-sama. Kakaknya itu akan selalu bahagia dengan sesuatu yang sangat sederhana.
“Ap-apakah Rosaline marah karena kemarin aku menyuruh Farel untuk memeluknya? Ak-aku memang tidak mau memeluknya, Ken. Aku tidak mau memeluk Rosaline karena sekarang dia tidak pernah menemuiku. Rosaline bukan adikku lagi. Apakah seperti itu?” Tanya Caleb sambil menatap Ken dengan pandangan khawatir.
Apapun yang terjadi, Ken tahu kalau sebenarnya Caleb sangat menyayangi dirinya dan juga Rosaline. Dalam segala hal, Caleb selalu berusaha untuk menjadi seorang Kakak yang sangat baik. Ken dan Rosaline akan selalu menghargai apapun yang dilakukan oleh Caleb karena memang Kakaknya itu selalu menguasakan apapun yang terbaik.
Dengan semua keterbatasan yang dimiliki oleh Caleb, pria itu akan tetap melakukan semua hal yang terbaik. Dia ingin menjadi seorang kakak yang baik untuk adik-adiknya.
“Rosaline akan tetap menjadi adikmu. Bukankah kita sudah pernah melakukan foto keluarga? Rosaline adalah adikmu, Kak Caleb..” Kata Ken sambil mengusap bahu Kakaknya sekilas.
Sekalipun banyak hal yang kurang di dalam kehidupan Caleb, pria itu selalu berusaha untuk melakukan segala hal yang berbaik. Bagi Ken, semua itu sudah lebih dari cukup.
***
Suara dentingan sendok akan selalu terdengar setiap kali Caleb mengambil makanan dari piringnya sendiri.
Sekalipun memang cukup mengganggu, sebagai orang yang sudah mengenal Kakaknya dalam waktu yang cukup lama, Ken sudah bisa memaklumi apa yang dilakukan oleh Caleb.
Beberapa kali Ken hanya mengingatkan Kakaknya agar makan secara pelan-pelan agar dia tidak membuat keributan ketika sedang berada di meja makan.
Ken sangat menyadari jika sejak dulu Ibunya sama sekali tidak menyukai sesuatu yang berisik.
“Caleb, makan dengan baik! Jangan membuat keributan seperti itu!” Kata Ibunya.
Benar, apa yang Ken pikirkan memang benar terjadi. Pada akhirnya Caleb memang harus mendengarkan teguran dari Ibu mereka.
Ken menghembuskan napasnya dengan pelan lalu membantu Caleb yang sedang berusaha untuk membersihkan beberapa makanan miliknya yang jatuh di meja makan.
“Aku akan membantu Kakak makan. Apakah Kakak ingin aku suapi seperti dulu?” Tanya Ken sambil menatap Kakaknya dengan pandangan bersahabat.
Ken melihat jika sekarang Caleb kehilangan selera makannya. Benar, selama ini setiap kali Mamanya mengingatkan Caleb dengan suara yang tinggi, Caleb pasti akan berhenti makan. Kakaknya itu sama sekali tidak suka kalau harus ditegur dengan cara yang keras.
Ken harus membuat Caleb cepat menghabiskan sarapannya karena pagi ini Ken sedang banyak sekali pekerjaan. Ken tidak bisa datang terlambat karena dia harus segera menangani satu kasus rumit miliknya yang masih belum bisa setelah sejak beberapa hari yang lalu.
“Tid-tidak! Aku tidak mau makan! Aku tidak suka makanan ini!” Kata Caleb sambil melemparkan sendok yang dia pegang sehingga menimbulkan dentingan yang memekakkan telinga.
Ken menutup matanya sekilas karena dia sama sekali tidak mengira apa yang akan dilakukan oleh Kakaknya.
Ken sedang ada banyak sekali pekerjaan, dia tidak ingin mengawali hari ini dengan sebuah masalah yang akan mengganggu pikirannya.
“Caleb! Apa yang kamu lakukan? Apa begini caramu bersikap ketika sedang ada di depan Mama?”
Benar, apa yang Ken perkirakan memang benar.
Inilah yang sering membuat Ken merasa kerepotan ketika harus mengurus Kakaknya. Caleb sering kali tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Kakaknya itu sering melakukan sesuatu yang diluar kendalinya. Tidak peduli dengan siapa dia sedang berbicara, Caleb tidak akan pernah mau mengendalikan emosinya sendiri.
Di saat seperti inilah Ken selalu membutuhkan kehadiran Rosaline.
“Ma, sudahlah.. biarkan aku yang mengurus Kak Caleb..” Kata Ken dengan tenang.
Ken menghembuskan napasnya sekali lagi sambil menatap Kakaknya yang tampak mulai tenang sekalipun raut kesal di wajahnya masih bisa terlihat dengan sangat jelas.
“Kak Caleb, bagaimana kalau aku menyuapi Kakak?” Tanya Ken dengan pelan.
“Tid-tidak! Bukan adik yang menyuapi Kakaknya. Harusnya Kakak yang menyuapi adiknya! Kamu bukan Kakakku, jadi kamu tidak bisa menyuapiku..” Kata Caleb sambil menatap Ken dengan pandangan tidak setuju.
Ken tersenyum sekilas ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Caleb.
Apapun yang terjadi di dunia ini, Ken akan tetap bangga mengatakan kalau dirinya dadalah adik dari Cavero Caleb Davion.
Dengan semua kekurangan yang dimiliki oleh Kakaknya, Ken tetap bisa merasakan kasih sayang yang diberikan oleh Kakaknya.
“Baiklah, kalau begitu Kakak bisa menyuapiku saja. Tapi Kakak juga harus menghabiskan makanan ini. Bukankah Kakak harus segera pergi ke sekolah? Jangan sampai kita terlambat..” Kata Ken sambil menyerahkan piringnya pada Caleb.
“Kamu bisa terlambat ke kantor kalau kamu terus mengurus Kakakmu itu. Biarkan pelayan yang mengurusnya, Ken..”
Sekalipun sangat kesal ketika dia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ibunya, Ken tetap berusaha untuk mengendalikan emosinya sendiri.
Tidak, Ken tidak akan mengatakan sesuatu yang buruk pada Ibunya sendiri.
Ken mencoba menghela napas dengan pelan agar dia juga bisa mengendalikan emosinya sendiri.
“Tidak masalah, aku masih bisa mengurusnya. Kalau Mama memang ingin berangkat bekerja lebih dulu, tidak apa-apa. Aku juga akan segera berangkat sebentar lagi..” Kata Ken sambil tersenyum.
Ken menolehkan kepalanya ke arah Caleb untuk menerima suapan dari Kakaknya itu.
Ken kembali tersenyum ketika dia melihat tatapan bahagia yang bisa Caleb perlihatkan karena dia berhasil menguapi Ken.
Benar, kebahagiaan yang dimili oleh Caleb memang sangat sederhana. Kadang Ken sering iri dengan pria itu.