Bab 38

1564 Kata
37 Hari Sebelum Persidangan Feli melangkahkan kakinya dengan cepat untuk masuk ke dalam apartemen Farel. Ini memang sangat sulit untuk dilakukan terlebih lagi Feli sempat terjebak macet ketika dia sedang dalam perjalanan ke sini. Sungguh, Feli sama sekali tidak bisa mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Sebagai seorang pengacara, ini bukanlah perlakukan yang pantas untuk dilakukan. Feli menghembuskan napasnya dengan pelan sambil tetap melangkahkan kakinya dengan tenang. Saat ini, yang harus Feli lakukan adalah menyiapkan hatinya sendiri. Feli tahu kalau nanti dia pasti akan melihat satu kekacauan besar yang jelas terjadi di dalam apartemen Farel. Iya, Kakaknya itu tidak mungkin sedang baik-baik saja. Feli mengerti kalau sejak beberapa hari yang lalu, Farel memang terlihat sangat kacau. Tapi mau bagaimana lagi? Ketika Farel sendiri terlihat tidak ingin membagi masalahnya dengan Feli, apa yang bisa Feli lakukan? Sejak bertahun-tahun yang lalu, setelah Ibunya meninggal, Feli merasa kalau Farel selalu berusaha menggantikan posisi Ibu mereka. Farel melakukan segalanya, bahkan beberapa kali Farel akan datang ke kamarnya hanya untuk membangunkan Feli sambil membawa segelas s**u hangat. Sering kali Farel berusaha menyisir rambut Feli karena memang itulah yang sering dilakukan Ibunya. Iya, Feli mungkin kehilangan Ibunya, tapi kehadiran Farel selalu membuat Feli merasa jauh lebih baik. Di saat Kakaknya sedang ada masalah, kenapa Feli tidak ada di sampingnya? Dua hari lalu, saat terakhir kali Feli bertemu dengan Farel, Kakaknya itu dalam kondisi mabuk. Ketika pagi hari, Farel terlihat masih lelah sehingga Feli memilih untuk tidak membangunkannya. Feli meninggalkan Farel karena dia memang harus datang ke studio. Feli pikir ketika dia pulang, dia akan bertemu lagi dengan Farel, sayangnya tidak demikian. Kakaknya sama sekali tidak bisa dihubungi. Kemarin sore, ketika Feli datang ke apartemen ini, Kakaknya tidak ada. Feli berharap kalau kali ini dia bisa bertemu dengan Farel. Feli tidak ingin ada masalah besar yang akan terjadi seandainya Farel sampai tidak bisa datang ke persidangan. Feli meletakkan jarinya pada sensor pemindai sidik jari yang ada di gagang pintu. Selain sidik jadi Farel, sidik jari Feli juga disimpan oleh pintu itu. Entahlah, Feli tidak tahu siapa saja yang bisa mengakses pintu itu, sepertinya hanya Feli dan Farel saja. Langkah Feli semakin pelan ketika dia mulai mendengar suara tangisan yang berasal dari kamar Farel. Apa ini? apa yang terjadi? Feli mencoba untuk menegarkan hatinya sendiri ketika dia melihat Kakaknya sedang bersimpuh di atas lantai. Kakaknya menangis dengan suara yang membuat hati Feli terasa sangat sakit. Feli memang belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi Feli sadar jika masalah besar sedang datang di dalam kehidupan Kakaknya. “Kakak..” Feli memanggil Farel dengan suara bergetar yang terdengar dengan sangat jelas. Feli kembali melangkahkan kakinya untuk mendekati Farel yang masih bersimpuh di lantai sambil terus memeluk dirinya sendiri. Apa yang terjadi? “Kakak.. ada apa ini?” Tanya Feli sambil menyentuh bahu Farel. Feli berlutut di depan Farel sambil mencoba menghentikan tangisan pria itu. apa ini? Apa yang terjadi dengan Kakaknya? Feli tidak pernah melihat Farel menangis seperti ini. ketika ibu mereka meninggal, Farel terlihat sangat tegar. Kakaknya itu memang terlihat hancur, tapi dia berusaha untuk tidak menunjukkan kehancuran hatinya pada Feli. Selama beberapa hari Farel memang menghindari Feli, tapi setelah itu Farel mendatangi Feli lalu memeluknya. Kakaknya selalu menjadi orang yang paling kuat, yang paling tabah dan yang paling tegar. Kenapa Farel jadi seperti ini? “Kakak.. apa apa?” Tanya Feli sambil membawa Farel ke dalam pelukannya. “Kenapa ini terjadi padaku, Feli? Kenapa?” Feli semakin menangis ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Kakaknya. Ya Tuhan, ada apa ini? “Kak, ada apa sebenarnya?” Tanya Feli sambil terus memeluk Kakaknya. Dulu, dengan cara yang sama, Kakaknya pasti akan memeluk Feli ketika dia sedang menangis dan bersedih. Dalam setiap hal, Farel akan selalu membantu Feli untuk melewati masalah di hidupnya. Lalu sekarang, apa yang bisa membuat Kakaknya jadi sehancur ini? “Hatiku sakit, Feli..” Feli terus memeluk Kakaknya, Feli tidak sanggup kalau harus melihat keadaan kakaknya yang seperti ini. Saat ini, Feli benar-benar lupa akan tujuannya datang ke apartemen ini. Feli melupakan sesuatu yang seharusnya langsung dia lakukan ketika melihat Farel di dalam apartemen. Iya, Feli tidak bisa memikirkan apapun ketika dia melihat keadaan Kakaknya yang benar-benar menyedihkan ini. Feli sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, apa yang membuat Kakaknya sampai sehancur ini? Siapa yang bisa melukai Kakaknya? Siapa? “Kak.. jangan seperti ini. Jangan seperti ini..” *** Feli memang tidak bisa menenangkan Kakaknya secara langsung. Feli membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa menghentikan tangisan Kakaknya. Jika didengar dari apa yang dikatakan oleh Kakaknya, sepertinya Farel sedang mengalami satu masalah yang besar. Feli memang tidak akan memaksa Kakaknya untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, Feli hanya mencoba untuk menguatkan Kakaknya saja. Feli hanya mencoba untuk menghibur Kakaknya, menemani Kakaknya ketika dia sedang memiliki masalah besar. Feli menghembuskan napasnya dengan pelan. Jika memungkinkan, Feli harus membawa Kakaknya untuk datang ke persidangan, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Sekarang ini keadaan Farel sedang sangat kacau. Apa yang bisa dilakukan oleh Farel ketika dia harus memimpin sebuah persidangan? “Apa yang sebenarnya terjadi, Kak? Kalau Kakak memerlukan sesuatu, Kakak selalu bisa datang kepadaku. Bukankah kita adalah saudara?” Feli bertanya dengan tenang. Feli sama sekali tidak bisa melakukan apapun selain mencoba berbicara dengan Farel. Seseorang yang sedang kacar seperti ini, dia akan memerlukan orang lain yang mau mendengarkan setiap keluh kesahnya. Feli memang tidak bisa selalu bersama dengan Kakaknya, Feli juga menyadari kalau mereka adalah dua orang yang sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tapi sampai kapanpun, Farel akan selalu memiliki Feli, sama halnya dengan Feli yang akan selalu memiliki Farel. “Tidak ada apapun..” Jawab Farel sambil tersenyum pilu. Tidak ada apapun? Itu jawaban untuk pertanyaan Feli atau adalah sebuah kenyataan yang sedang ingin dia jelaskan? “Tidak ada apapun? Apakah Kakak sedang mencoba menjelaskan kalau di dalam kehidupan Kakak, sekarang sudah tidak ada apapun?” Tanya Feli dengan tenang. Farel langsung menolehkan kepalanya untuk menatap Feli. Pria itu terlihat terkejut dengan penafsiran yang Feli paparkan. Memang sangat sulit untuk memahami seseorang yang sedang bersedih. Kalimat yang mereka katakan selalu mengandung makna yang sebaliknya. Tapi Feli jelas lebih mengerti dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh Kakaknya. “Feli..” “Kakak tahu kalau Kakak memiliki aku. Kenapa Kakak memilih untuk menyembunyikan masalah Kakak? Aku mengerti kalau sekarang kita sudah tidak sedekat dulu, entah aku yang menjauh atau Kakak yang menjauh.. tapi kenyataannya memang seperti itu. Kita memang tidak akan bisa sedekat dulu, Kak. Tapi sampai kapanpun, kita akan tetap menjadi saudara.. kita adalah saudara..” Banyak orang yang memilih untuk tidak terlalu dekat dengan saudara mereka sendiri, tapi Feli dan Farel tidak demikian. Mereka adalah dua orang saudara yang sangat dekat. Selama ini Farel selalu menjadi sosok Kakak yang sempurna untuk Feli. Pria itu selalu melakukan semua hal yang terbaik, jadi Feli juga ingin melakukan hal yang sama. Feli juga ingin berada di samping Farel ketika Kakaknya itu sedang memiliki masalah. Feli memang masih belum tahu apapun tentang masalah Farel, tapi Feli akan melakukan segalanya untuk membuat Farel tetap bahagia. Dalam hidup, masalah memang datang secara silih berganti, tapi Feli percaya kalau masalah yang satu ini akan segera selesai juga. Entahlah, ketika hari pernikahannya dengan Ken semakin dekat, entah kenapa ada saja masalah yang datang ke dalam kehidupan mereka. “Aku memang akan selalu beruntung karena memilikimu, Feli. Sudah, jangan terlalu khawatir.. aku baik-bak saja. Seperti yang sering aku katakan padamu, kehidupan ini memang sangat rumit. Banyak hal yang akan sulit untuk dimengerti tapi akan terasa lebih baik ketika diterima..” Feli menggelengkan kepalanya dengan pelan. Dari kalimat yang diucapkan oleh Farel, pria itu terlihat putus asa. Tidak, Farel tidak boleh menyerah begitu saja. Salah jika Farel berpikir untuk selalu menerima apa yang dibuat oleh takdir. Kadang manusia memang harus melawan, sedikit memberontak agar dia bisa menulis takdirnya sendiri. Membuat sesuatu yang terlihat tidak mungkin jadi benar-benar terjadi di dalam hidupnya Feli bukan tipe manusia yang mudah menyerah, Feli juga tidak ingin kalau Farel berubah menjadi manusia yang sangat mudah menyerah. Kadang, berjuang adalah bagian dari kehidupan. Orang yang berjuang akan selalu keluar sebagai pemenang, sebaliknya.. seseorang yang hanya diam dan menunggu keberuntungan datang, mereka tidak lebih dari pecundang yang menyedihkan. Dari sekian banyak manusia yang hidup di bumi, akan sangat menyedihkan jika kita menunggu sebuah keberuntungan untuk datang ke dalam kehidupan kita. “Jangan diterima kalau memang tidak bisa dimengerti, Kak.. kadang kita juga harus menolak, kadang kita harus berjuang juga..” Kata Feli dengan pelan. “Kamu berpikir seperti itu?” Tanya Farel sambil menatap Feli. Feli menganggukkan kepalanya dengan cepat Mata Feli tidak sengaja menatap e arah jam dinding yang ada di sudut ruangan. Astaga, Feli sampai lupa pada tujuannya datang ke sini. “Kak, kita harus ke persidangan sekarang juga. Bukankah hari ini seharusnya Kakak datang ke persidangan?” Tanya Feli dengan cepat. Farel terlihat terkejut selama beberapa saat, tapi pria itu malah menghembuskan napasnya lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ada apa ini? “Tidak, Feli. Aku tidak akan datang ke sana..” Feli melototkan matanya ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Farel. Ini tidak seperti Farel yang selama ini Feli kenal. “Ini adalah tugas Kakak. Bagaimana mungkin Kakak meninggalkan tanggung jawab Kakak sendiri?” Tanya Feli dengan pandangan marah. “Kamu tidak mengerti—” “Aku mengerti! Aku mengerti kalau Kakak sedang ada masalah saat ini, tapi jika melihat keadilan semakin tertindas, apakah Kakak sanggup menerimanya?”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN