Yanan mondar-mandir di kamarnya. Pria itu merasa tidak jenak saat kontaknya diblokir oleh Shena. Perasaan ia tidak salah apa-apa pada gadis itu. Yanan keluar kamarnya, pria itu menuju ke kamar sebelahnya. Dengan mengetuknya pelan, Yanan menunggu seseorang muncul dari kamar tersebut.
"Si Kapten, mengetuk pintu," bisik Vero pada Varel saat remaja itu mengintip di lubang pintu.
"Buka aja!" titah Varel.
"Ngeri, wajahnya nyeremin," bisik Vero.
"Vero, Buka!" bentak Yanan dari luar membuat Varel dan Vero tersentak. Tangan yang semula biasa saja kini tampak tremor karena bentakan Yanan. Mereka masih terhalang pintu, andai tidak ada pintu, bisa-bisa mereka malah pingsan.
"Kapten, maaf lama buka pintunya," ucap Vero dengan perlahan membuka pintunya.
"Pinjam hp!" Pinta Yanan bak penagih hutang. Pria itu menengadagkan tangannya pada Vero.
"Ada situs terlarangnya, Kapten. Jangan deh," kata Vero menggelengkan kepalanya.
"Pinjam!" kata Yanan lagi penuh penekanan.
"Pinjemin saja," bisik Varel menabok tubuh Vero. Vero mendengus, remaja itu menuju ke ranjangnya untuk mengambil hp.
Vero ingin menyembunyikan aplikasi pesan online, tapi Yanan mengambil paksa hpnya. Kini Vero hanya harap-harap cemas semoga Yanan tidak menemukan grub ghibah yang dia buat. Di klub mereka ada grub khusus membahas game yang adminnya Yanan, tapi di sana mereka tidak bebas ghibah. Jadilah Vero membuat grub ghibah untuk menghibah kaptennya.
Yanan membuka aplikasi pesan membuat Vero ingin menarik hpnya, tapi Yanan menahan tangan Vero..
"Vero, diam!" titah Yanan dengan tajam.
Yanan memasukkan hp Shena yang sudah ia hapal di luar kepala. Hanya melihatnya sekilas saja Yanan sudah hapal.
Dengan menggunakan hp Vero, Yanan mengirim pesan pada Shena.
Vero : Buka blokirku!
Vero sedikit mengintip isi hpnya. Tawanya hampir menyembur saat membaca pesan yang sangat singkat itu. Vero berani bertaruh kalau kaptennya sedang menghubungi perempuan.
Yanan mengembalikan hp Vero, pria itu kembali ke kamarnya untuk mengambil hpnya sendiri.
Di sisi lain, Shena dengan uring-uringan membaca pesan dari nomor orang yang tidak ia kenal. Namun ia menebak kalau itu adalah pria yang sama yang sudah memayunginya. Shena sungguh penasaran dengan motif Yanan menguntitnya. Perasaan bimbang itu menyelimuti Shena, pada akhirnya perempuan itu membuka blokir nomor Yanan.
Tanpa menunggu waktu lama, HP Shena pun berdering tanda ada panggilan masuk. Dengan ragu, Shena menekan ikon tombol hijau di layar hpnya.
"Shena, secara khusus aku mengundangmu di acara Turnamen game," ucap Yanan tanpa basa-basi.
"Aku tidak suka mendatangi acara seperti itu," jawab Shena.
"Aku menantimu," kata Yanan.
"Tidak sudi," jawab Shena lagi dengan keukeuh.
"Baiklah, jaminannya buku kamu yang penuh kekurangan. Aku bisa saja membedah buku karya kamu dan menyebar pada media sosial kalau riset kamu acak-acakan. Lihat saja apa fansmu masih mendukungmu?" oceh Yanan.
Shena mengepalkan tangannya dengan kuat. Untuk kali pertamanya ada pria yang berani mengancamnya.
"Apa maumu?" desis Shena dengan tajam.
"Aku mau kamu datang di turnamen game. Info lebih lanjutnya bisa buka media sosial dengan nama Cruash Club. Akan rugi bagimu bila tidak datang," kata Yanan. Yanan mematikan sambungan telfonnya sepihak yang membuat Shena ingin memaki habis pria itu.
Shena tidak pernah dekat dengan laki-laki, dan kini ada laki-laki yang berambisi untuk mendekatinya. Jelas rasa takut itu ada pada Shena.
Shena membuka media sosial, perempuan itu mencari Cruash Club, matanya membulat sempurna saat melihat akun itu yang mempunyai ratusan ribu pengikut. Bahkan jumlah pengikut akun Shena saja tidak sebanyak itu. Karena rasa penasaran, Shena melihat lebih banyak foto-foto yang sudah diuploud ke media sosial tersebut.
Akun itu berisi postingan tentang game dan foto-foto para player saat di arena. Shena menatap foto sebelas pria yang semuanya tampak ganteng. Tidak mengelak bahwa yang paling tampan di antara yang lain adalah Yanan. Pria jakung jtu memiliki hidung yang mancung bak perosotan TK.
Shena melihat foto-foto yang lain, foto-foto itu didominasi oleh dua pria remaja yang berpose keren. Foto Yanan hanya sedikit, tapi sekali post foto pasti komennya puluhan ribu.
"Apa mata mereka buta mengidolakan pria seperti ini," batin Shena. Bibirnya boleh mengatai Yanan. Namun siapa sangka hatinya sedikit tertarik dengan Yanan. Dilihat dengan seksama Yanan memang tampan.
Shena dulunya pecinta game, tapi sejak menulis ia sudah tidak berkecimpung di dunia game karena terlalu sibuk. Dan menghadiri turnamen game belum pernah ia lakukan. Dan kini seorang pria asing mengajaknya.
"Aku bukan perempuan bodoooh. Pasti nih orang ada maunya," batin Shena. Shena menimang-nimang hpnya.
Di sisi lain saat malam hari, Cruash Club melakukan latihan karena lusa akan menghadiri turnamen game. Duta sang Kapten GSP (Game Squad Player) menantangnya. Kali ini Yanan menerima tawarannya untuk kembali membuktikan bahwa CC lah yang tetap di posisi pertama. Duta seolah tidak lelah terus menantangnya, padahal Duta juga tahu kalau hasilnya mereka akan kalah.
Yanan dengan serius menghadap ke komputernya. Pria itu menatap awal layar komputer dengan otaknya yang terus bekerja. Game yang menguras pikiran itu membuatnya merasa tertantang.
Jatuh bangun sudah Yanan rasakan bagai gula dan garam kehidupan. Ia ingin membuktikan pada dunia luar bahwa bermain game bisa meningkatkan kecerdasan. Olahraga virtual itu tidak melulu memberikan dampak negatif.
Vero, Varel, Maxim, Derkan dan yang lainnya tampak serius memainkan game yang dimainkan denga berkelompok itu. Misi mereka sama, untuk memajukan dunia olahraga virtual agar semakin banyak diminati dan dikenal di kalangan umum.
Pengikut Cruas Club di situs penggemar sudah lumayan banyak. Namun game tetaplah dianggap sebagai hal yang merugikan, tidak ada manfaatnya dan sekadar main-main. Mereka ingin merubah pola pikir seperti itu, mereka ingin mengubah pandangan kalanbgan umum tentang game.
"Sudah cukup!" ucap Yanan pada anggotanya. Mereka pun melepas earphone masing-masing dan meletakkannya di meja.
"Sudah siap bertanding melawan GSP?" tanya Yanan.
"Siap, Kapten!" jawab mereka kompak. Yanan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tidak sabar hari turnamen akan tiba.
"Kapten, aku mau bicara penting," ucap Darken pelan. Pria itu mendekati Yanan dengan takut-takut.
"Ada apa?" tanya Yanan.
"Maaf, aku menhundurkan diri," ucap Darken yang membuat semua anggota menatap Darken.
"Apa ibumu memaksamu keluar?" tanya Yanan.
"Maaf. Aku tidak bisa lagi membantah ucapan ibuku," jawab Darken. Yanan megangguk anggukkan kepalanya. Sudah Yanan duga akan ada yang seperti ini. Lambat laun semua akan keluar jika olahraga virtual itu belum mendapatkan pengakuan.
Banyak orangtua yang khawatir dengan anaknya, banyak masyarakat yang mengecam karena dianggap game banyak sisi negatihnya.
"Tunggu di sini sebentar!" totah Yanan. Yanana segera memasuki kamarnya. Sedangkan Darken menatap teman-temannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Sebearnya ia tidak ingin keluar. Ia sudah terlalu nyaman berada di CC. Namun ibunya terus memaksanya untuk mengundurkan diri. Katanya tidak ada gunanya bertahan di game yang bahkan terlihat hanya untuk bersenang-senang.
Tingkat Darken di dunia game suda ada di level atas. Berat hati ia meninggalkan clubnya, tapi ancama n dari orang tuanya terpaksa membuatny tidak bisa bertahan.
"Darken, ini uang yang kamu hassilkan selama ini. Simpan itu ntuk kebutuhan kamu. ila nanti kamu kembali, kami akan tetap menerima kamu," ucap Yanan menyerahkan ampol berwarna coklat. Belum sempat bibir Darken mengucapkan kalimat terimakasih, tapi tanpa sepatah kata pun Yanan sudah pergi meninggalkan mereka.
Kekecewaan jelas ada wajah Yanan. Di saat akan turnamen, Darken malah mengundurkan diri. Namun ia bisa apa selain mengiayakan. Itulah resiko yang harus ia tanggung. Clubnya boleh terus menyandang juara satu, tapi bagi mereka yang awam, itu sama sekali tdiak berguna.
Darken semakin menundukkan kepalanya. Club ini lah yang menjadi titik awalnya mengenal game. Dan saat ia sudah menjadi pemain pro, ia malah pergi begitu saja. Darken melijat jelas raut kekecwewaan kaptennya, juga teman-temannya yang kini memandangnya tanpa sepatah kata pun.