Bab 9. GGPPM

1355 Kata
Saat permainan dimulai, para player maju untuk menunjukkan kepiawaian mereka. Grub player dari Kediri berhadapan dengan grub player dari Krian. Mereka menempati kursi masing-masing di depan sana. Layar proyektor lebar juga terpasang di seluruh sudut gedung untuk memperlihatkan dengan jelas permainan mereka.  Yanan menatap serius ke layar monitor, permainan di babak pertama sudah berawal sengit. Sedangkan Yanan dan Duta dapat giliran terakhir.  Shena tenggelam dalam layar proyektor yang menampilkan kepiawaian para pria di sana yang sibuk dengan komputer masing-masing. Sesekali Shena akan melirik ke arah Duta yang seolah tidak melepaskan pandangannya ke arahnya. Pandangan Duta terus menusuk Shena, seolah ingin melahap Shena hidup-hidup.  Shena tidak mempedulikan Duta, ia merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya. Namun saat tadi ia membalas ucapan Duta, tanpa sepatah kata pun Duta sudah pergi dan berbalik menuju bangkunya yang semula.  Bagi Shena memang tidak ada yang tidak mungkin. Tidak ada yang salah bila seorang perempuan ingin menjadi pemain.  “Mbak, dari sekian banyak cowok di sini, mbak suka sama yang mana?” tanya Vero yang membuat Shena menoleh. Begitupun dengan Yanan yang mulanya serius langsung menengokkan kepalanya.  “Apa maksudmu tanya begitu?” tanya Yanan. Vero langsung menggelengkan kepalanya.  “Maaf, Kapten. Tadi Mbak Shena bilang kalau bukan pacarnya Kapten. Aku pikir kalau Mbak Shena suka sama cowok lain,” ucap Vero.  Yanan tidak menanggapi, tapi pandangan pria itu menyorot tajam pada Vero yang membuat Vero memalingkan wajahnya dengan buru-buru. Shena hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah para pria di sana. Shena pun merasa canggung saat di barisan para player ia perempuan sendiri.  “Jadi, Mbak suka sama yang mana?” tanya Vero dengan berbisik. Remaja itu tampaknya sangat penasaran.  “Suka sama yang perhatian, humoris dan hangat,” jawab Shena yang juga berbisik-bisik.  “Ekhemm ….” Suara deheman membuat Vero dan Shena menjauhkan tubuhnya masing-masing. Yanan mendengus kesal karena Vero yang sangat caper dengan Shena.  Suara sorak sorai menggema kencang saat Tim dari Kediri memenangkan pertandingan. Suara sorakan dari para club penggemar pun memenuhi gedung olahraga. Tim yang menang dipasangkan kembali dengan tim baru, sedangkan tim yang kalah terpaksa menyudahi permainan.    Waktu permainan tidak terasa sudah begitu lama. Kini giliran tim Duta yang dipasangkan dengan tim pemenang. Namun akhirnya tumbang juga karena Duta lah yang berhasil menang.  Permainan semakin lama semakin sengit saat Duta kembali dipasangkan dengan CC yang kaptennya Yanan.  “Kita pasti bisa,” ucap Maxim menyemangati anggotanya.  “Pasti bisa,” ucap Vero dan yang lainnya. Mereka pun segera berjalan menuju ke tengah-tengah gedung, duduk di tempat permainan.  Inilah yang para club penggemar tunggu-tunggu, permainan antara Club Cruash dan Game Squad Surabaya selalu menjadi yang paling inti ditunggu. Yanan duduk di tempat posisi kapten, berhadapan dengan Duta.  “Kita buktikan siapa yang akan menang,” bisik Duta. Tanpa membalas apa-apa, Yanan hanya menganggukkan kepalanya. Yanan enggan membalas ejekan Duta. Yang penting dijalani dulu.  Shena menatap Yanan dan kelompoknya dengan harap-harap cemas. Shena menatap layar proyektor dengan seksama. Komputer masing-masing anggota terpampang jelas di sana. Babak pertama berjalan dengan menegangkan. Teriakan yang meneriaki nama Yanan dan Duta tampak heboh, sedangkan Yanan dan Duta masih fokus dengan permainan mereka.  Babak pertama, tim Cruash club harus menerima kekalahannya. Sorakan kekecewaan terdengar tampak tidak mengenakkan terdengar di telinga Shena.  Yanan melepas earphone dan membantingnya dengan kesal, pria itu menatap Shena yang juga tengah menatapnya.  Shena tergagap, perempuan itu mengucapkan kata ‘Semangat’ tanpa suara pada Yanan. Yanan menganggukkan kepalanya. Ia memijat keningnya sebentar sebelum kembali bermain.  Yanan kembali memakai earphonenya, kedua tim melanjutkan babak permainan yang semakin lama semakin menegangkan. Antara tim penggemar saling berteriak menyemangati penggemar masing-masing. Shena ikut panik saat melihat di layar proyektor kalau level di tim Yanan semakin menurun.  “Vero, lebih cepat lagi,” ucap Daren pada Vero. Ucapan Daren membuat Vero malah tidak fokus karena saking paniknya level yang terus menurun.  Biasanya Darken yang lebih piawai dalam menghandel avatar di game mereka. Dan kini mereka harus kehilangan pemain pro yang membuat mereka tampak kesulitan. Namun Yanan tetap tenang, bukan Yanan kalau ia tidak bisa mengatur strategi. Yanan berhasil menaikkan level game yang membuat sorak-sorai lebih meriah.  Duta kalang kabut, pria itu menekan mouse dengan tidak sabar. Ia terlalu senang lebih cepat hingga ia lengah. Duta menekan-nekan mouse dan keyboardnya, pria itu sudah tertinggal jauh bersama timnya. Tidak menunggu waktu lama, sorakan heboh atas kemenangan Cruash Club pun terdengar.  Duta membanting mouse-nya dengan kencang, sedangkan Yanan melepaskan earphonenya dengan senyum yang mengembang. Shena bertepuk tangan karena kemenangan Yanan. Tidak ia sangka melihat permainan begitu menegangkan membuat jantung Shena bertalu-talu.  Untuk ke sekian kalinya Cruash Club menyabet piala atas kemenangannya. Posisi juara no satu tetap disandang oleh Cruash Club. Shena melihat wajah-wajah bahagia Yanan dan para anggotanya, mereka manampilkan senyumnya ke arah penggemar mereka.  Permainan ditutup oleh pidato singkat dari Yanan. Cahaya blitz kamera pun memenuhi gedung yang sangat lebar itu. setelahnya, para penggemar berebut ingin berfoto dengan idola mereka. Namun sudah menjadi rahasia umum kalau Yanan yang paling sulit diajak berfoto. Pria itu seolah phobia kamera. Setelah memberikan pidato singkatnya, Yanan pun menuruni podium untuk mendekati Shena.  Shena melambaikan tangannya pada Yanan. Namun belum sempat Yanan sampai di depan Shena, tangan Shena sudah ditarik paksa oleh seorang pria. Sedangkan Yanan dihadang oleh para penggemarnya yang menyerbu meminta foto. Keamanan sudah kewalahan menahan para penggemar yang sangat bar-bar. Yanan mencoba menghalau para penggemarnya, pria itu mencari-cari keberadaan Shena, tapi perempuan yang sudah dia ajak itu tidak terlihat batang hidungnya.  “Permisi, saya ada keperluan,” ucap Yanan mencoba kabur. Namun karena para penggemar yang sangat antusias, mereka memblok jalan yang akan dilewati Yanan hingga Yanan hanya bisa diam di tempat.  “Minggir sebentar, saya mau nyari cewek saya,” ucap Yanan.  “Kak Yanan, foto sebentar. Gak ada lima menit,” ucap mereka yang berebut ingin berfoto.  Sedangkan di sisi lain, Duta menarik Shena ke toilet wanita. pria itu menghimpit tubuh Shena di tembok dengan tangannya yang mencengkram tangan wanita itu.  Shena menatap Duta yang kini juga menatapnya tajam, “Ada apa?” tanya Shena yang mencoba tenang.  “Kamu calon player baru di CC?” tanya Duta tanpa basa-basi.  “Bukan,” jawab Shena.  “Bukan?”  “Meski pun aku bisa main game. Aku tidak minat masuk di dunia kalian para laki-laki, yang menjadikan game sebagai taruhan, bukan kesenangan. Kamu juga laki-laki yang norak, kampungan, hanya gara-gara game kamu musuhan dengan orang lain,” ucap Shena mendorong tubuh Duta dengan pelan.  “Aku mengajakmu ke sini untuk bertanya, bukan untuk mendengar ocehanmu,” desis Duta.  “Terserah. Sekarang minggir!” titah Shena.  “Tidak.”  “Kamu mau apa?”  “Aku mau menawari kamu masuk ke GSP,” jawab Duta yang membuat Shena mengerutkan keningnya.  “Aku masih ingat tadi saat kamu mengejekku. Kamu mengatakan perempuan tidak bisa menjadi player,” ucap Shena mengejek.  “Aku cabut ucapanku,” jawab Duta yang membuat Shena tertawa. Duta menatap Shena dengan aneh, perempuan di hadapannya tidak seperti yang dia kira. Ternyata perempuan di hadapannya adalah perempuan pemberani.  “Aku sudah katakan, aku tidak akan masuk dalam dunia kalian para laki-laki yang norak,” ucap Shena mendorong kencang tubuh Duta hingga Duta memundurkan tubuhnya. pria itu menatap Shena dengan kesal. Sedangkan Shena tidak lagi memperdulikan pria yang menjadi musuh Yanan itu, Shena keluar dari toilet. Alangkah terkejutnya saat ia mendapati Yanan berdiri di depan dengan pandangan yang menusuknya tajam. Shena menggelengkan kepalanya dan melewati Yanan begitu saja, tapi Yanan mencekal tangannya yang membuat langkahnya berhenti.  “Kenapa kalian para laki-laki suka menatap tajam perempuan?” tanya Shena pada Yanan.  “Bicara apa sama Duta?” tanya Yanan. Yanan tahu dari Vero kalau Shena diseret Duta dengan paksa ke arah kamar mandi. Dan ternyata Shena pun ada di sana.  “Bukan hal penting,” jawab Shena melepas tangan Yanan dengan paksa. Namun Yanan masih berhasil mencekal lagi tangan Shena.  “Ayo ikut aku ke club!” ajak Yanan.  “Eh gak mau. Club apaan?”  “Club game, bukan club yang kamu bayangkan,” jawab Yanan menyeret paksa tangan Shena. Shena ingin memberontak, tapi dengan tidak tahu dirinya Yanan malah memeluk tubuh Shena dengan erat.  Para paparazi menunjukkan aksinya dengan memotret mereka dan menyebarkan ke media sosial.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN