Go Home

227 Kata
"Sekarang gimana?" Tanyaku kepada mereka bertiga. "Pulang" jawab mereka serentak. "Ok, ayo pulang" kataku. "Bentar! Kalian harus aktifin kekuatan kalian dulu, kalau tidak kita bisa mati nanti" kataku. "Gimana caranya?" Tanya mas Adi. "Bayangkan kalian punya kekuatan" jawabku. "Apa?" Tanyanya lagi. "Terserah. Bayangkan semuanya" jawabku lagi. "Baiklah ayo kita coba" kata Lingga. Mereka mencoba mengeluarkan kekuatan mereka selama lima menit dan hasilnya nihil. "Gak bisa cok! Ada saran lain?" Tanya mas Adi kesal. "Gak ada" jawabku. "Terus?" Tanya Fiki. "Kita jalan aja dulu. Nanti di jalan bayangkan terus, biar aku yang jaga duluan" saranku. "Ok" kata Lingga. Kemudian kami mulai berjalan dengan hati-hati. "Gelap banget cok!" umpatku. "Mungkin kekuatan kalian cahaya atau api atau lampu atau apa saja yang bisa buat penerangan" kataku. "Salah" kata Fiki. "Ok" balasku. "Kita di jalan yang benar?" Tanyaku. "Tidak tau, maju saja pokoknya" jawab Lingga. "Ok" ucapku. "Kota ini jadi seperti neraka sekarang, teriakan dimana-mana, api dimana-mana" kataku. "Ya, benar. Seharusnya yang benar itu Surabaya lautan api" sahut Lingga. "Ya" balasku. "Ram, coba ke atas. Mungkin kau bisa melihat sesuatu" suruh mas Adi. "Paling cuma merah dan hitam. Kalau aku ke atas siapa yang jaga kalian? kalau aku kembali terus kalian mati gimana?" Protesku menolak usul dari mas Adi. "Maju aja terus" kata Fiki. "Yoi" sahut Lingga mendukung. "Kalau kesasar gimana?" Protes mas Adi. "Ya gak pulang" jawabku santai. "Ok" balasnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN