Bagian 5

1375 Kata
"Pegangan! nanti klo jatuh aku nggak mau tanggung jawab ya," teriak Arfan dengan membuka kaca helmnya. "Iya ya berisik amat sih," jawab Layla berteriak dengan wajah kesal. Tadi Layla sudah berusaha memantaskan diri dengan penampilan semenarik mungkin sebagai nyonya Arfan, memakai jilbab dan kaos pink salem, celana Jean pencil dan ia olesi lipstik tipis berwarna nude pada bibir seksinya, ia terkejut saat Arfan justru membawa kunci motor sport-nya, Layla paling tidak suka menaiki motor sport bukan karena apa-apa, dulu saat masih duduk di bangku SMA ia pernah menanyakan alasan kepada Robi temen sekelasnya yang memiliki motor sport alasannya cukup membuat Layla tercengang, katanya enak untung banyak dan cewek pada antri tanpa ia yang mengejar-ngejar. Mengingat Robi sama saja membuka luka lama, Robi sahabat Noval, cinta pertamanya. "Gitu dong, kita kan pengantin baru biar kelihatan mesra gitu," ucapan Arfan yang seketika membuyarkan lamunan Layla. Layla bergeming ia hanya merapatkan pelukannya saat Arfan menambah kecepatan laju motornya. Berlahan perasaan nyaman Layla rasakan saat aroma maskulin Arfan menyapa Indera penciumannya, tidak ada yang mampu menenangkan hatinya selain Noval tapi kini ada punggung lain yang berlahan mampu menciptakan kenyamanan baru di hatinya. Menyadari Layla mulai rileks Arfan mengurangi kecepatan laju motornya, Arfan tersenyum saat melihat dari kaca spion Layla memejamkan mata di balik punggungnya. Setelah Arfan puas berkeliling kota Jogyakarta Arfan menepikan motornya masuk ke dalam alon-alon kota. Sebenarnya Arfan tidak punya tujuan ia hanya ingin menghibur Layla yang bersedih karena ulahnya. "Ngapain kita ke sini Fan? tau nggak panas banget nih ntar ya kulitku yang sudah eksotik ini semakin eksotik, " protes Layla setelah melepas helm dari kepalanya. Layla melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 12 siang dengan mengerucutkan bibirnya. "Nggak papa aku suka yang eksotik, seksih..!" Balas Arfan dengan suara sengaja mendesah dan mengedipan sebelah matanya dengan genit. Layla bergidik ngeri melihat tingkah konyol Arfan, Layla tak menyangka laki-laki di hadapannya ini semakin lama tingkahnya semakin aneh. "Pantas saja nggak nikah-nikah," desis Layla yang berjalan di belakang Arfan. "Ngomong apa kamu? Aku denger ya!" Arfan menoleh lalu menggenggam tangan Layla agar berjalan sejajar dengannya. "Up!" Layla tersenyum kaku sambil berusaha melepas genggaman tangan Arfan, bukannya melepas Arfan malah memeluknya lalu berbisik, "Mau aku gendong?." "Berani emang?" Tantang Layla tak mau kalah, Arfan tak mungkin melakukan itu di depan banyak orang, Layla heran meskipun terik mentari tepat di ujung kepala, alon-alon ini tetap ramai oleh muda-mudi dan para pelancong. "Eh...eh apaan sih kamu Fan." Layla terkejut saat tubuhnya sudah berada dalam gendongan Arfan. Arfan berjalan menuju warung lesehan pojok alon-alon sebelah selatan. "Apa kamu mau kucium sekalian di sini?" bisik Arfan dengan seringai aneh saat Layla memberontak ingin lepas dari gendongannya. Seketika Layla menggelengkan kepala dengan cepat sambil membekap bibirnnya dengan tangan. Arfan tersenyum menang. Bagi Arfan tidak ada penolakan, bahkan Arfan bisa melakukan hal gila yang lebih parah dari ini. Sejak kuliah di Jogyakarta sikap Arfan mulai berubah, ia yang dulu di cap anak penurut dengan orang tuanya kini berubah menjadi pembangkang, bukan tanpa alasan ia bersikap seperti itu, ia hanya protes karena selalu dibanding-bandingkan dengan Ardan kakaknya, ia akui secara akademik Ardan selalu di atasnya dan ia tidak mungkin bisa menandingi kejeniusan kakaknya yang selalu juara kelas sejak di bangku SD, sedangkan Arfan cukup puas dengan peringkat 5 besar. Salah satu hal gila yang ia lakukan adalah ia menerima tantangan Dion sahabatnya untuk menakhlukkan gadis idola di kampusnya. Riana, ya gadis itu bernama Riana Agustin, mahasiswi yang digadang-gadang menjadi ratu kampus karena seksi dan kecantikannya. Dan tentu Arfan menang, Riana ia jadikan pacarnya hanya dalam waktu seminggu saja. "Fan kamu nggak salah ngajak aku makan di sini?" Tanya Layla heran karena orang sekaya Arfan mau makan di warung lesehan sederhana seperti ini. Warung pojok Bu Wati, warung langganan Layla saat bersama Aisya, sahabatnya. "Kenapa kamu nggak suka? Kita pindah aja klo gitu," balas Arfan sebelum masuk ke dalam warung tersebut. Layla mengedarkan pandangannya pada para pelanggan warung yang ternyata memerhatikan mereka berdua entah sejak kapan. Seketika wajah Layla memerah karena malu, ia baru menyadari jika sedari tadi mereka berdua jadi bahan tontonan banyak orang. "Ayo masuk." Layla menarik tangan Arfan masuk lalu duduk di sudut Timur, satu-satunya meja kosong di warung itu, warung Bu Wati ini memang tidak pernah sepi pelanggan baik dari kalangan umum atau pun mahasiswa pasti akan berebut ke warung ini saat jam makan, apalagi ini bertepatan jam makan siang. Layla bisa bernafas dengan lega saat tak ada satupun pengunjung warung yang ia kenali sebagai teman sekelasnya. "Kenapa kamu malu punya suami sepertiku? Harusnya kamu bangga dong punya suami ganteng, tajir, dan seksi." Arfan sengaja berbisik di telinga Layla yang tampak canggung, Arfan tahu jika Layla memang belum siap mengikrarkan pernikahan mereka. Arfan tau dari tamu undangan Layla yang hanya beberapa temannya saja yang datang saat acara resepsi pernikahan. "Loh Mbak Layla, Mas Arfan kok kalian bisa berdua, hayo pacaran ya?" Goda anak Bu Wati pemilik warung saat menyerahkan buku menu. "Dia istriku, Sholeh!" Balas Arfan lalu merangkul bahu Layla dengan tersenyum, Sholeh terkejut lalu menutup mulutnya. "Kok bukan Mas Noval Mbak?" bisik Sholeh namun masih bisa di dengar cukup jelas oleh Arfan. Arfan mengernyitkan alisnya saat mendengar nama Noval meluncur dari bibir Sholeh. "Sudah aku mau penyetan wader sama es degan aja," ucap Arfan dengan wajah pias lalu menyerahkan buku menu pada Layla. Layla menunjuk menu penyetan belut dan wedang jeruk. Sholeh segera mencatat menu pesanan Arfan dan Layla lalu segera pergi. ***** "Fan kamu kenapa sih diam aja dari tadi?" tanya Layla sambil merentangkan kedua tangannya, menyamping untuk menghalangi Arfan masuk kamarnya. "Emangnya aku kenapa?" Arfan bertanya balik sambil mendekatkan wajahnya ke arah wajah Layla. "Ya aneh aja kamu tiba-tiba diem," balas Layla sambil menatap lekat netra hazel milik Arfan. Arfan membalas tatapan Layla lebih tajam, kali ini tidak ada wajah jenaka dan usil Arfan lagi. Jantung Layla tiba-tiba berdegub kencang karena ditatap begitu intens. Karena mulai gugup Layla memutus kontak mata mereka lalu menunduk dan berniat pergi. Tiba-tiba Arfan meraih dagu Layla lalu menatapnya tajam. Cup. "Ingat La jika bersamaku jangan pernah menyebut nama laki-laki lain!" Ancam Arfan setelah mendaratkan kecupan singkat di ujung bibir Layla. Layla mematung di tempat, dengan tersenyum puas Arfan melewati Layla yang berada di ambang pintu dengan santainya. Flasback on... Buk... "Aduh...,"Layla mengaduh saat bola basket mengenai kepalanya, tepat di keningnya. Layla jatuh terduduk sambil memegangi keningnya yang terasa berdenyut nyeri, air matanya menetes dengan sendirinya karena lebam itu tepat berada di samping pelipis, pandangannya pun mengabur saat sepasang sepatu sport mendekat lalu berjongkok di hadapannya. "Maaf aku ngga sengaja kamu nggak papa kan?" tampak suara panik dari bibir siswa itu. "Coba lihat!" Siswa itu mengangkat dagu Layla lalu mengecek luka lebam di kening gadis itu. Layla hanya meringis menahan sakit sambil menatap siswa berambut cepak berkulit kuning langsat itu, netra mereka bertemu dan terkunci beberapa saat. "Lay, kamu nggak papa?" Tanya Aisya dengan ngos-ngosan setelah berlari, tadi mereka ke kantin sekolah bersama tapi karena Layla ingin buang air kecil akhirnya Layla ke kamar mandi yang paling dekat dengan kantin dan kebetulan sekali ketika Layla lewat anak-anak basket sedang berlatih rutinan. "Nggak papa Ai," jawab Layla lalu memutus kontak netra mereka, tangannya masih memegang keningnya yang lebam. "Loh.. Apa-apan ini?" Layla dan Aisya sama-sama terkejut saat siswa itu menggendong tubuh Layla tanpa izin. "Sudah kamu diem aja, kita ke UKS dulu sebelum jam istirahat habis," jawab siswa itu sambil berjalan dengan langkah lebar sedang Aisya berlari berusaha mengikuti langkah siswa itu. Seperti slow emotion Layla mengamati se bulir keringat membelah dahi hingga melewati hidung mancung siswa yang menggendongnya.Ganteng. Flasback off "Wow.. Jangan melamun aja, bikinin aku kopi! "tegur Arfan yang tiba-tiba sudah duduk di sebelah Layla di atas ranjang kamar Layla. "Males, bikin sendiri sana!" Balas Layla, ia tetap dalam posisinya memeluk bantal. Arfan menarik bantal itu lalu menggendongnya menuju dapur, Arfan menurunkan tubuh Layla tepat di depan meja pantry. Lalu Arfan bersiap duduk di bar mini menatap Layla dengan tersenyum yang tengah sibuk meracik kopi dengan rambut sebahu yang berantakan ditambah bibir maju 5 cm membuat Arfan semakin senang menjaili gadis di hadapannya. Tiba-tiba netra Layla berbinar saat melihat dua toples bening berisi benda padat berwarna putih. "Kubalas Kau Arfan sayang," desis Layla dengan tersenyum puas sebelum mengembalikan dark mode seperti semula. __________________&&&_________________ Judul Buku : Intuition of Love Author : Farasha
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN