Megi membiarkan Gary menumpahkan emosinya, menunggu hingga isakan dan deru napas itu teratur kembali. Masalahnya, setelah tangis itu berlalu, justru rasa yang timbul adalah terlalu sunyi. Bahkan hembusan udara dari masing-masing saja terkesan riuh. Punggung Megi kini mulai nyeri, mungkin karena sedari tadi hanya duduk bergeming. Ia beringsut ke balik tubuh Gary, menyatukan punggung mereka, saling bersandar. Bahu lebar nan lunglai itupun menegak, mungkin tersadar jika gadis kecil yang ia bawa pasti kelelahan. Matahari yang kian meninggi semakin memaksa kelopak mata Gary memejam, menghalau silau. Namun semilir angin yang bertiup membawa wewangi dari tubuh Megi ke penciumannya. Wangi gadis itu memang begitu menenangkan. Entah kenapa sejak kali pertama bertemu, wangi Megi seolah menjadi ta