BAB 20: LAMARAN KEDUA - TEMPAT MENGADU

1669 Kata

Megi melangkah tegap meninggalkan kamar itu. Begitu pintu di belakang punggungnya tertutup, Megi mempercepat langkah, berlari dengan air mata yang mulai turun deras di pipinya. Megi memilih tangga darurat, karena akan merasa sesak dan terhimpit jika mengandalkan lift. Derap sepatunya terdengar menggema. Isak tangisnya pun ikut menguar begitu saja. Sesekali ia nyaris terpeleset karena pijakannya tak tepat, terganggu dengan lututnya yang masih bergetar dan terasa lemah. Tiba di lantai satu, Megi terdiam di balik pintu. Sekuat tenaga berusaha mengusaikan tangis. Memukul-mukul dadanya agar tak lagi terasa sesak dan ngilu. Namun rasanya terlalu sulit, Megi justru menjatuhkan diri ke lantai. Ia bersandar ke dinding, menaikkan kedua lututnya yang ia rengkuh erat, menunduk, menangis menjadi-ja

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN