Gary langsung menekan pedal gas setelah menurunkan rem tangan, melaju dengan sedikit cepat menjauhi Dewangga yang masih terdiam di tempat. Ia pun belum berani berkata-kata, khawatir jika Megi tau apa yang dikatakannya pada Dewangga, Megi justru murka. “Ger?” “Ya, babe?” “Baju gue basah. Mana atasan gue putih lagi.” “Oh. Kita cari butik ya? Atau lo maunya gimana?” “Ke mall aja, biar sekalian belanja. Jadi kan kita makan bareng?” “Iya, jadi.” Gary menepikan mobilnya ke tepi jalan, meraih ranselnya dan mengambil sweater yang selalu ia bawa kemanapun... memakaikan pada Megi. “Dingin ya babe?” “Ngga.” “Agak macet soalnya, takutnya lo keburu kedinginan.” Begitu sweater itu terpasang di tubuh mungil Megi, Gary menyalakan lampu sein ke kanan, meminta jalan seraya melajukan mo