“Apa Ger?” tanya Megi, hendak meyakinkan diri jika ia tak sedang berhalusinasi. Gary menghempaskan napasnya, lalu menyandarkan kepala ke pagar, hanya menatap Megi, tak lagi berkata-kata. “Minum ya?” tanya Megi lagi. ‘Bener sih tadi sawan gue rasa cowok gue. Cowok gue? Iyalah! Megi gitu loh!’ “Nih, sayangnya aku,” ujar Megi lagi seraya menyodorkan kotak jus dengan sedotan yang sudah tertancap. Gary masih diam saja, meski pandangannya lekat tertuju pada Megi. Setelah mendengus karena tak ada respon yang signifikan dari Gary, akhirnya Megi melekatkan ujung sedotan ke mulut Gary, membiarkan Gary menyesap minuman dingin itu hingga tandas. “Pindah yuk, Ger. Ga enak diliatin orang dari tadi.” “Hmm.” Gary berdiri lebih dulu, niat bersikap selayaknya gentle man yang membantu gadis