Part 9

1171 Kata
Pagi yang cerah, tanpa disadari ternyata Aina tertidur semalam saat Afnan mengobati kaki nya. Tapi syukurlah dia hanya mengobati kaki Aina dan tidak melakukan apapun. Alhasil, kaki Aina sudah mulai terasa membaik. Perlahan Aina melangkahkan kakinya menuju pintu kamar untuk keluar melihat kondisi diluar. Karna Aina pikir tidak ada orang, Aina perlahan menyelinap keluar dari kamarnya dan,,, "Aakkhhhh!!!" "Apa aku menyuruhmu keluar dari kamarmu? Masuklah, aku akan membawakan sarapan kekamarmu, jangan terlalu banyak bergerak supaya kakimu lebih cepat membaik."Ucap Afnan sambil mendorong perlahan kedua bahu Aina untuk masuk kedalam kamar. "Wahh apa yang terjadi? Apa kamu mulai baik padaku? Waah ternyata hanya butuh waktu sebentar untuk meluluhkan hatimu. Yaahh tidak bisa dipungkiri, kalau daya tarikku memang sangat luar biasa sehingga membuat sem.. " Afnan tiba-tiba menutup mulut Aina, membuat ucapan Aina terhenti sebelum Aina menyelesaikan kalimatnya. Aneh memang melihat Afnan seperti ini, dia seharian tidak jauh jauh dari Aina, dia hanya duduk dikamar Aina, menyediakan makanan untuk Aina, bahkan dia membawa laptopnya untuk menulis dikamar Aina. Ini bukan berarti dia benar-benar jatuh cinta pada Aina bukan? wahh Aina pikir itu tidak akan pernah terjadi, orang seperti dia jatuh cinta? Bahkan Aina masih bertanya-tanya apa dia benar-benar memiliki hati? *** Syukurlah tidak membutuhkan waktu lama untuk menyembuhkan kaki Aina. Akhirnya sekarang Aina bisa kembali berjalan sesuka hatinya. "Aina, pakai jaketmu kita akan keluar." "Keluar? kemana? Bukannya kamu akan menulis cerita?" "Cepatlah, kalau tidak mau aku akan pergi sendiri. "Jawab Afnan sambil meninggalkan Aina. Aina hanya mengikuti kemana Afnan akan pergi. Hingga detik ini pun saat Aina bertanya kemana arah tujuan Mereka, dia tidak juga menjawab Aina, membuat Aina semakin takut namun penasaran dan akhirnya tetap diam untuk mengikuti Afnan. "Kita sudah sampai." "Hmm? Sampai? wahhhhhhhh." Jawab Aina terkejut dengan keindahan yang luar biasa yang terletak tepat dihadapannya. Bagaimana tidak terkejut, Aina sekarang berada diantara dua batu besar yang membuat nya terlihat tampak seperti goa, dan dihadapannya tidak lain adalah pemandangan sunset yang menghangatkan suasana. Air laut yang luas membuat matahari yang ingin terbenam tampak lebih besar dari biasanya, bahkan suara burung burung yang beterbangan pulang sudah seperti irama musik jazz bagi Aina. Aina bahkan tidak bisa mengedipkan matanya untuk melewatkan keindahan yang luar biasa itu. Aina benar-benar tenggelam didalam suasana itu, sungguh. "Kamu suka?" Tanya Afnan yang berada disamping Aina. "Iya aku sangat suka, Afnan bagaimana kamu tau kalau aku suka suasana seperti ini?" "Apa kamu merasa kepedean? Bukan hanya kamu, siapapun akan suka dengan suasana ini, aku bukan menunjukkan ini untukmu." "Walaupun begitu, terima kasih, boleh kah aku meminjam ponselmu? aku lupa membawa ponselku saat kesini tadi, aku ingin mengambil foto untuk kenang-kenangan, nanti setelah kukirimkan terserah kamu kalau mau hapus. " Afnan memberikan ponselnya kemudia berjalan disekitar batu untuk mencari tempat yang bisa didudukinya, sedangkan Aina sibuk dengan ponsel Afnan berfoto untuk mengambil gambar yang pas dan Bagus. Tentu sunset berlalu begitu cepat, sekarang dunia sudah benar-benar gelap. Aina mulai khawatir karena tempat ini jauh dari permukiman masyarakat, dan letaknya yang terpencil membuatnya mulai merasa semakin gelisah. "Nan, kapan kita akan pulang?" Tanya Aina kepada Afnan. "Apa yang kamu pikirkan? Bagaimana kita bisa pulang sekarang, kita akan menginap malam ini disini, aku tidak sanggup lagi melangkah untuk berjalan pulang." "Kalau begitu telepon siapa pun yang bisa menjemput kita disini, aku tidak yakin bisa bermalam disini." "Siapa yang akan aku telepon? Apa aku punya kenalan disini? Aku bahkan tidak menyimpan nomor pemilik villa kita." Rasa khawatir Aina sudah mengalir keseluruh tubuhnya, Aina membuka telepon Afnan dan mencari kontak yang barangkali bisa dihubungi. "Percuma, tidak ada kontak yang kamu cari disana, sudahlah kita akan bermalam disini, kamu takut padaku? Aku tidak akan melakukan apapun, bukankah aku sudah pernah bilang aku tidak akan menyentuh mu sebelum kamu bena-benar mencintaiku." Afnan pergi mencari dedaunan yang bisa dijadikan alas untuk ditiduri, sedangkan Aina masih sibuk dengan ponsel Afnan berusaha mencari orang yang bisa dihubungi. Afnan melempar sebuah tas kearah Aina tanpa Aina tau apa isinya. "Ada makanan disana, makanlah, aku tau kamu mudah lapar. Dan nanti tidurlah diatas daun ini, aku akan mencari daun yang lain untuk bisa kutiduri." Jelas Afnan kepada Aina. Saat asik memainkan ponsel tiba-tiba hp Afnan mati, yahh tentu saja, Ainna sudah memainkannya dari tadi, sedangkan baterai yang tersisa hanya 30%. Aina mulai ketakutan, apalagi Aina tidak lagi melihat sosok Afnan. Merasa semakin takut Aina mencoba menyusul Afnan kedalam semak-semak yang tadi dia lewati untuk mencari dedaunan. "Afnan...!!! Afnan...!!! Kamu dimana?" Teriak Aina sambal melangkah untuk mencari dimana keberadaan Afnan. Namun tidak ada sedikit suara pun terdengar ditelinga Aina. Aina Semakin khawatir, Aina mencoba memanggil lagi dan lagi tapi tidak juga ada jawaban, sampai Aina memutuskan untuk masuk kedalam hutan mencari Afnan. Gelap tentunya, apalagi tidak ada satu sumber cahaya pun kecuali cahaya bintang-bintang di langit. Aina kembali memanggil Afnan namun tidak ada pertanda kalau Afnan ada disekitar itu. Sampai akhirnya Aina menginjak sebuah kayu yang sudah lapuk dan entah bagaimana kakinya sudah terjepit diantara dua kayu besar yang ada dihadapannya. Merasa histeris, Aina akhirnya menjerit kesakitan, sebenarnya sakitnya tidak seberapa, hanya saja rasa takut ini membuatnya lebih menggila. "Aaaaaahhhhhkkk, Afnan.... Apa kamu akan membiarkan ku mati dihutan ini sendirian." Ucap Aina dalam isak tangis nya. "Aina?! Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Afnan yang tidak lagi peduli dengan dedaunan yang dipeganginya sehingga dia melemparkannya kemanapun itu. "Aku khawatir dan takut, jadi aku mencoba mencarimu, aku sudah memanggilmu tapi tidak ada jawaban. Aku rasa kakiku terkilir, aku tidak bisa menggerakkannya." Jawab Aina sambil mengelus kaki kanan nya yang terimpit kayu. "Sini bertahanlah, aku akan membantumu." Afnan mengangkat kayu yang menjebak kaki Aina dan membantunya berdiri. Tapi saat Aina akan mencoba berjalan, Afnan malah menarik kedua tangan Aina kearah belakang tubuhnya dan bersiap akan menggendong Aina. "Tidak, aku bisa berjalan, ini tidak terlalu sakit." Ucap Aina sambil menjauh dari gapaian Afnan. "Cepatlah kita tidak punya waktu." Jawab Afnan dan langsung menggendong Aina tanpa persetujuan Aina. Ini kali pertamanya mereka berada sedekat itu. Aina bahkan bisa merasakan detak jantung Afnan dari balik baju kaos putih yang dikenakannya. Bahkan Aina bisa melihat telinga kecil Afnan yang merah karna putihnya kulitnya, warna rambut khasnya yang baru bisa Aina cium wanginya setelah sekian lama Mereka menikah. Entah apalah artinya, tapi Aina merasa senang untuk saat itu. "Kita sudah sampai, luruskan kakimu." Ucap Afnan sambil menurunkan Aina. Aina hanya menurut dan meluruskan kakinya, Afnan mulai memijat kaki Aina dengan kemampuannya sebisanya. "Sudahlah aku tidak apa-apa, kamu istirahatlah, aku tau kamu lelah, aku baik-baik saja, ini bukan pertama kalinya aku terluka." Ucap Aina merasa tidak enak. "Maaf, sepertinya aku hanya memberikan luka padamu." Jawab Afnan dengan wajah yang ditundukkannya menatap ke kaki Aina. "Hmm? eiii apa yang kamu bicarakan? Ini salahku karna aku yang ceroboh dan tidak hati-hati." Ucap Aina mencoba menenangkan Afnan. "Maaf, tapi untuk kedepannya, aku tidak akan menyakitimu, bukan hanya itu aku bahkan tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu." Jawab Afnan dengan kedua bola matanya tepat menatap kearah kedua bola mata Aina. Seakan membuat Aina seperti sedang dibius akan sesuatu yang membuatnya lupa akan apa yang sedang terjadi dan bahkan melupakan rasa sakit di kakinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN