Setelah selesai membersihkan tubuhnya dengan mandi, Kiray keluar dari kamar mandi, dan mendapati Zein sedang duduk di tepi ranjang besar milik, Zein dan sekarang Kiray juga akan tidur di sana.
Sebenarnya kemarin pihak wedding organizer sudah mempersiapkan kamar pengantin untuk Zein dan Serly di hotel yang sama di mana pesta itu berlangsung, tapi karena rencana tidak berjalan sebagaimana mana mestinya, dan mustahil Zein akan punya keberanian untuk membawa Kiray Agustin, untuk mengunakan pasilitas yang telah mereka bayar dengan sangat mahal. Jadi akhirnya Zein membawa Kiray Agustin pulang ke rumah orang tuanya, dan di sinilah sekarang mereka berada, di kamar besar milik Zein, dengan kecanggungan antara satu sama lain.
Kiray diam sebentar di depan pintu kamar mandi dan Zein langsung menghampiri nya dengan membawa satu sendal selop warna putih berbulu, juga satu setel pakaian tidur untuk Kiray Agustin yang jauh hari sudah dia persiapkan untuk Serly kekasihnya, lalu meletakkan sandal selop itu tepat di depan kaki Kiray Agustin, dan Kiray langsung memasang nya tanpa di minta, kemudian Zein juga menyerahkan baju tidur pada Kiray untuk dia gunakan.
"Maaf. Hanya ini yang ada. Ini adalah pakaian yang seharusnya menjadi miliki, Serly. Aku harap ukurannya tidak akan kekecilan. Aku tidak sempat menyiapkan sesuatu untuk anda, tapi besok akan ku usahakan semua kebutuhan anda sudah ada di sini." Ucap Zein masih sambil berdiri di depan Kiray istrinya. Kiray sendiri bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang. Bukankah dia sendiri yang menawarkan pemuda itu untuk menikahi dirinya, tapi kenapa sekarang malah dia yang jadi gugup seperti ini.
Kiray Agustin hanya mengangguk dengan menyematkan senyum tipisnya yang nyaris tidak terlihat, sebelum berbalik ke kamar mandi untuk mengganti pakaian nya dengan baju tidur yang menurutnya cukup terbuka, tapi Kiray juga sedang tidak punya pilihan lain karena seperti yang Zein katakan tadi, hanya itu yang Zein punya. Zein memang memiliki dua adik perempuan, tapi rasanya tidak mungkin jika Zein akan meminjam pakaian dari salah satu adik perempuannya untuk dia berikan pada, Kiray Agustin. Bukankah di lemari nya sudah banyak pakaian tidur yang dia persiapkan untuk Serly, dan pastinya semua pakaian itu masih baru dan layak untuk Kiray pakai. Meskipun bahannya agak terbuka, namanya juga baju tidur untuk pengantin, ya sudah pasti modelnya seperti baju kekurangan bahan.
Kiray keluar dari kamar mandi, sudah dengan pakaian yang tadi Zein berikan, dan Zein sudah kembali duduk di tepi ranjang di posisi seperti saat Kiray keluar sebelum nya. Zein langsung berdiri saat Kiray berjalan ke arahnya dan mempersilahkan Kiray untuk istirahat di sisi sebelah nya, sementara Kiray hanya diam dan belum berani berpikir macem-macem. Lalu Kiray naik begitu saja ke ranjang kemudian menarik selimut yang ada di bibir ranjang bagian bawah untuk menutup tubuhnya yang agak terbuka, dan Zein kembali duduk juga menarik naik kedua kakinya ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya di samping tubuh istrinya dengan pandangan lurus ke depan, kearah langit-langit kamar itu.
"Kita akan tetap tidur di ranjang yang sama, karena kita memang harus melakukan ini," ucap Zein terdengar ambigu di telinga Kiray dan jujur Kiray semakin terlihat gugup. "Tapi percayalah aku tidak akan meminta hak ku sebagai seorang suami dan menuntut kewajiban mu sebagai seorang istri, sampai kau siap dan benar-benar menerimaku." Sambung Zein dan Kiray bisa bernapas lega setelah itu, tapi tetap saja dia kesulitan untuk mendapatkan tidurnya meski malam semakin larut. Zein sudah terlihat memejamkan mata, tapi Kiray yakin jika Zein juga masih belum tidur, dan masih memikirkan semua yang hari ini terjadi, karena sejatinya dia juga sama.
Sepanjang malam itu hanya kebisuan dan rasa canggung yang tercipta antara Zein dan Kiray Agustin. Jika kebanyakan pengantin baru akan menghabiskan malam pertama dengan bermanja, b******u dan merayu, bahkan dengan adegan panas berkali-kali hingga pagi dan mereka merasa lelah, maka itu tidak terjadi antara, Zein Herlambang dan Kiray Agustin.
Paginya.
Zein terbangun lebih dulu dan tidak membangunkan Kiray karena pagi ini rencananya pakaian untuk Kiray Agustin sudah harus ada di rumah itu sebelum Kiray Agustin bangun dari tidurnya. Semalam saat Kiray mengganti pakaian nya dengan pakaian tidur, Zein sudah memesan beberapa setel dress untuk Kiray Agustin dengan ukuran yang sama dengan Serly, karena sepertinya tubuh Serly dan kiray tidak berbeda jauh, dan meminta pada pihak penjual untuk mengantar pesanan itu sebelum jam tujuh pagi, dan benar saja, saat Zein turun ke lantai bawah rumahnya, dua peper bag sudah nongkrong di meja nakas ruang utama rumah besar itu dan Zein yakin jika itu adalah pakaian pesanan nya.
Zein memeriksanya sebentar sebelum membawanya kembali naik ke kamarnya untuk nanti di pakai oleh Kiray, namun saat Zein kembali ke kamarnya, Kiray ternyata sudah bangun dan berada di kamar mandi, karena suara air shower juga terdengar cukup jelas meski pintu kamar mandi itu di tutup. Zein meletakkan dua peper bag itu di atas ranjang dan kembali keluar dari kamarnya untuk berolah raga sebentar. Hanya di ruang olahraga yang ada di rumahnya.
Hanya tiga puluh menit saja, Zein sudah sangat basah dengan keringat karena Zein memang melakukan olahraga meninjau samsak dengan segala kekesalannya, dan saat Zein merasa cukup, Zein keluar dan berjalan menuju dapur, untuk mengambil air putih untuk dia minum.
Saat Zein sampai di dapur, ibu dan kedua adik perempuan nya sudah duduk di kursi meja makan tapi di sana masih belum ada, Kiray Agustin istrinya. "Apa dia belum turun?" Tanya Zein pada ibunya atau kedua adik perempuan nya, dan Yuyun hanya menggeleng sambil mengedikkan bahunya. Zein hanya mengangguk dan buru-buru meminum air yang tadi dia ambil di lemari pendingin untuk dia minum setelah itu bergegas untuk naik ke kamarnya guna untuk mengajak Kiray istrinya turun sarapan.
Saat Zein sampai di kamarnya dan membuka pintu kamar itu, Zein langsung terpaku di tempatnya berdiri dengan apa yang sedang dia lihat saat ini. Kiray sudah berpakaian rapi dengan pakaian yang Zein tinggalkan di atas ranjangnya. Dress putih selutut dengan bahu terbuka dan dress itu sangat pas di tubuh ramping Kiray Agustin, bahkan itu terlalu pas menurut Zein, karena pinggang dan b****g kiray juga ikut tercetak indah dengan gaun itu. Sendal dengan hak rendah itu juga ternyata sangat pas di ukuran kaki kiray Agustin dan kali ini Zein bahkan tidak berkedip saat melihat istri tiga puluh lima tahunnya yang justru terlihat seperti remaja seumuran dengan adik perempuannya.
Buru-buru Zein menggeleng untuk mendapatkan kesadarannya, sebelum air liurnya bisa saja bocor di antara kedua sudut bibirnya, sementara Kiray hanya diam namun juga ikut memperhatikan Zein dengan keringat yang membasahi baju olahraga nya juga ujung kepalanya yang ikut lembab karena keringat. "Ayo. Mama sudah menunggu kita untuk sarapan!" Ucap Zein saat meminta tangan kanan Kiray untuk dia tuntun keluar dari kamar dan turun dari anak tangga rumah itu dan Kiray juga langsung mencoba untuk menyesuaikan diri dengan, Zein.
Kiray berjalan menuruni anak tangga dengan tangan kanannya yang di pegang Zein hingga ke meja makan, Zein masih tidak melepas pegangan di tangan Kiray hingga Zein menarik satu kursi untuk Kiray duduk dan mempersilahkan Kiray duduk lebih dulu dan baru setalah itu Zein melepas pegangan di tangan Kiray, kemudian menarik lagi satu kursi untuk nya duduk.
Kiray menatap wajah pucat Yuyun , yang kini berstatus ibu mertuanya. Yuyun sedikit menyunggingkan senyum padanya dan Kiray membalas senyum Yuyun tadi dengan senyum yang lebih ramah, begitu juga dengan kedua adik perempuan Zein sendiri.
Meski sempat syok dengan kejadian kemarin, Yuyun juga tetap berusaha untuk menerima dengan baik wanita yang kemarin dia temui yang seharusnya menjadi besannya namun justru kini wanita itu yang menjadi menantunya. Dan sarapan itu berjalan dengan sangat tenang. Kedua adik perempuan Zein, lebih dulu menyelesaikan sarapan mereka karena harus buru-buru ke sekolah juga ke kampusnya, karena hari ini adalah hari Senin. Sementara Zein memang sudah mengambil cuti selama dua Minggu, untuk fokus pada bulan madunya. Itu tentu hanya rencana awal saja, karena pada akhirnya tidak ada bulan madu yang terjadi antara dia dan pengantinnya, dan kini mereka hanya bertiga di meja makan itu.
Hening. Sesaat suasana jadi hening. Bahkan tidak ada suara sendok yang menggores piring saat ini, dan Zein hanya menatap mata ibunya yang hanya diam sambil menggenggam sendok tapi masih belum mau makan dari tadi. "Kenapa mama, tidak sarapan?" Tanya Zein dan Yuyun hanya menggeleng. Pikirannya sedang sangat kacau dan Zein bisa memahami itu karena dia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dia rasakan ibunya.
Kiray juga jadi ikut memperhatikan Yuyun, dengan perasan menyesal. Tentu Kiray tau apa yang kini Yuyun pikirkan. Sudah pasti Adam Herlambang, suaminya yang ternyata menikah secara diam-diam dan belum kembali sampai saat ini.
"Mama masih tidak percaya jika, papa mu bisa melakukan ini pada mama, dan mengkhianati mama dengan cara seperti ini," sesal Yuyun yang benar-benar masih tidak terima jika ternyata Adam telah mengkhianati pernikahan mereka. Sudah lebih dari dua puluh depan tahun dia hidup bersama dengan Adam Herlambang, suaminya, tak pernah sekalipun mereka terlibat cekcok atau berselisih paham. Selama ini Yuyun dan Adam termasuk pasangan suami istri yang harmonis dan saling mendukung dengan segala keputusan baik itu pilihan Yuyun ataupun pilihan Adam sendiri. Adam bahkan tidak pernah berkata kasar atau keras terhadap nya, bahkan Adam cenderung lebih banyak mengalah jika di rasa keputusan Yuyun tidak bisa di cegah.
Yuyun jadi mengingat tingkah laku suaminya beberapa bulan ini. Adam lebih sering lembur di kantor, bahkan kadang Adam tidak pulang semalaman jika sudah mengatakan akan lembur, dan mengingat pula dengan penolakan Adam terkait rencana pernikahan yang mereka rencanakan untuk putranya dengan Serly, kekasihnya, dan baru Yuyun sadar jika Adam menolak atau bersikeras menentang pernikahan Zein, karena ternyata dia ada hubungan terlarang dengan, Serly, wanita yang seharusnya menjadi menantunya, dan saat Yuyun memikirkan itu, d**a Yuyun akan semakin berdenyut nyeri hingga rasa sesak juga akan ikut dia rasakan.
Air mata Yuyun sudah merembes begitu saja, hanya karena mengingat kemalangan yang kini menimpa dirinya dan Zein sudah bangkit dari duduknya untuk berjalan ke arah ibunya dan langsung memberikan ibunya pelukan. Yuyun juga langsung memeluk pinggang putranya dan menyembunyikan wajahnya di perut Zein yang sedikit basah karena keringat dan Kiray hanya memperhatikan Zein dan Yuyun dengan perasaan bersalah. Bagaimana pun ini terjadi juga karena ulah putrinya yang telah dengan sengaja mempermainkan perasaan Zein dengan meninggal pernikahan mereka, juga mempermainkan Yuyun yang sejatinya sangat menyayangi nya, dengan merebut suami dari Yuyun, laki-laki yang seharusnya menjadi ayah mertuanya.
Kiray juga ikut bangkit dari duduknya dan pindah ke sebelah Yuyun untuk menggenggam tangan Yuyun dan meminta maaf atas apa yang telah di lakukan putrinya. "Aku minta maaf dengan apa yang sudah terjadi, sungguh aku minta maaf." Ucap Kiray namun Yuyun hanya menggeleng lemah di perut putranya.
"Aku tidak pernah menyangka jika, Serly akan bertindak seperti ini." Sesal Kiray namun Yuyun hanya kembali menggeleng. Benar jika Kiray tidak pernah menyangka jika Serly memang akan memilih menikah dengan Adam Herlambang dari pada Zein Herlambang yang sejatinya jauh lebih cocok dengan Serly putrinya, Kiray juga mengingat bagaimana Serly yang terus meyakinkan nya untuk menerima lamaran Zein untuk nya karena Serly merasa Zein adalah jodoh terbaik untuknya , dan Kiray bisa melihat itu semua dari sorot teduh putrinya saat membicarakan sosok Zein Herlambang, meskipun Kiray tidak menampik jika Serly juga sering membicarakan Adam Herlambang. Tentu Kiray pikir, itu mungkin karena sebentar lagi mereka akan menjadi keluarga, dan sangat wajar jika Serly juga akan membicarakan kebaikan keluarga calon suaminya, entah itu ibu dari Zein, atau bahkan ayah dari Zein sendiri.
"Tidak. Ini bukanlah salah anda. Tidak sama sekali. Justru kami sangat berterima kasih karena anda sudah bersedia menyelamatkan kehormatan juga nama baik keluarga kami dengan bersedia di nikahi putraku. Dan sungguh ini semua bukan salah anda." Tolak Yuyun saat mengurai pelukan di pinggang putranya. Yuyun tau, jika posisi nya dengan Kiray Agustin sama-sama serba salah, dan mustahil Yuyun juga tidak menyadari rasa kecewa Kiray Agustin, pada putrinya hingga Kiray Agustin sampai menawari dirinya untuk mengganti posisi putrinya untuk menikah dengan laki-laki yang belum pernah dia kenal sebelumnya, dan tiba-tiba sudah harus menjadi istri dari laki-laki itu. Tidak ada yang jauh lebih berat dari resiko yang di ambil Kiray Agustin , meskipun Yuyun juga tidak menganggap posisi dirinya lebih baik dari Kiray saat ini.
Kiray mendongak untuk melihat Zein yang masih berdiri di samping ibunya dan netra keduanya langsung bertemu sesaat di udara. Buru-buru Kiray mengalihkan pandangannya karena lagi-lagi Kiray justru semakin grogi saat bertemu pandang dengan Zein. Laki-laki yang kini sudah sah menjadi suaminya.
Siang itu Kiray mengatakan akan pulang untuk mengecek sisa pekerjaan yang dia tinggalkan kemarin namun Zein mengatakan untuk jangan pulang dulu, karena itu tidak baik jika pengantin baru untuk pulang di hari pertama dia berada di rumah suaminya. Kiray tidak banyak mendebat ucapan Zein, karena sejauh ini pemuda itu juga tetap bersikap sopan layaknya laki-laki yang berwibawa dan menjunjung tinggi kehormatan keluarga nya. Hingga akhirnya, Kiray meminta Shopia dan Roy membawa beberapa kebutuhan pribadinya, seperti laptop dan make up yang biasa dia pakai, karena ternyata Zein tidak berani sembarangan membeli make up untuk istrinya karena Zein tau setiap wanita kadang memilih make up yang sesuai dengan kebutuhan kulit wajahnya, dan Zein tidak ingin salah memilih itu untuk Kiray karena tidak menutup kemungkinan make up sembarangan akan berakibat tidak baik untuk kulit wajah seseorang. Zein sudah lebih dulu meminta maaf karena tidak ikut menyediakan make up untuk Kiray, dan Kiray bisa memakluminya karena alasan yang Zein berikan juga masuk akal, dan semua itu memang benar adanya.
Kiray tidak tau bagaimana Zein bisa tau semua itu dengan sangat baik, dan rasanya, keputusan Zein itu sudah sangat tepat.
Siang itu juga Roy, datang membawa beberapa barang yang nyonya Kiray minta, hanya laptop dan make up yang biasa Kiray gunakan. Karena Kiray mengatakan jika Zein sudah menyiapkan pakaian untuk dirinya. Shopia tidak ikut karena anaknya sedang sakit dan sedang tidak bisa dia tinggalkan.
"Di mana mereka sekarang?" Tanya Kiray saat memeriksa dua peper bang yang baru saja Roy antar untuknya.
"Semalam mereka masih berada di Jakarta, tapi pagi tadi mereka sempat terlihat di bandara, dan saat aku cek, mereka akan melakukan perjalanan menuju Turkey, sepertinya mereka akan melewati bulan madu di negara itu, karena dari penerbangan yang aku cek mereka hanya akan berada di sana selama dua puluh satu hari." Jelas Roy dengan sangat apik dan rinci sambil menunjukkan layar di tablet yang selalu Roy bawa kemana-mana. "Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Roy setelahnya karena untuk saat ini Roy tidak berani bertindak lebih sebelum dia mendapat perintah dari, Kiray Agustin.
"Biarkan saja. Biarkan mereka menikmati bulan madu mereka seperti yang mereka inginkan, tapi aku minta kau terus mengawasi mereka. Jangan sampai kau kehilangan jejak mereka." Ucap Kiray dengan sangat tenang dan Roy hanya mengangguk mengerti.
Dengan sangat ragu Roy juga kembali bertanya "bagaimana dengan nyonya sendiri? Apa nyonya akan berada di sini sampai mereka ( Adam Herlambang dan Serly Agustin) kembali ?" Tanya Roy dan Kiray menghela napasnya dengan sangat lelah.
"Semua tidak berjalan seperti yang telah kita sepakati bersama." Ucap Kiray dengan sangat menyesal. "Zein menolak untuk menceraikan ku dan mengatakan ingin mempertahankan ku sebagai istrinya," sesal Kiray namun jujur Roy malah tersenyum dalam hati. Bodoh. Bodoh. Bodoh namanya jika sampai ada laki-laki yang akan menolak seorang Kiray Agustin yang sejatinya sangat cantik meski usianya cukup matang. Tidak hanya cantik, tapi Kiray Agustin sosok yang lembut dan penyayang, dan nilai plusnya, Kiray Agustin adalah billionaire wanita yang sangat pandai dan disegani para pebisnis lain.
Entah harus di artikan bagaimana nasib Zein Herlambang, saat ini. Apakan Zein sedang merasa mendapat musibah karena menikahi wanita yang usianya terpaut jauh darinya, tau Zein malah merasa mendapat durian runtuh karena pada akhinya di tengah kemelut penghianat yang di lakukan ayahnya juga wanita yang dia cintai, justru mengantarkan Zein pada sosok wanita idaman semua laki-laki. Dan yang lebih membagongkan adalah wanita itu lah yang menawarkan diri.
Saat kebanyakan laki-laki berlomba-lomba mendapatkan sedikit perhatian Kiray Agustin, Zein malah tidak perlu bersusah payah untuk itu, bahkan Zein dengan sangat sangat mudah langsung menikahi wanita itu.
Kiray, masih bicara dengan Roy di teras depan, saat Zein menghampiri Kiray yang berdiri di ambang pintu, dan langsung merangkul pinggang, Kiray. Kiray langsung terkejut dengan sikap Zein tadi tapi juga tidak menolak saat Zein merangkul pinggang nya. "Kenapa hanya berdiri di sini? Kenapa tidak masuk?" Tanya Zein ramah sambil melempar senyum pada laki-laki yang kemarin ikut menemui nya ketika Kiray mengatakan jika Serly sudah menikah dengan laki-laki lain yang tidak lain adalah Adam Herlambang, ayahnya sendiri.
Laki-laki itu hanya diam tanpa merespon ucapan Zein, namun Zein sempat melihat jika laki-laki itu tersenyum ke arahnya. Dan detik berikutnya Roy pamit untuk kembali ke mansion nyonya Kiray dan tetap melakukan tugasnya seperti yang nyonya Kiray tugaskan padanya.
Beberapa hari berlalu, Zein dan Kiray masih berada di rumah Zein, dan masih sama-sama canggung baik ketika berbicara bersama, Yuyun ibu nya Zein, ataupun ketika mereka berada di kamar.
Setiap malam mereka memang tidur di ranjang yang sama, tapi Zein benar-benar mempertahankan keyakinannya jika dia tidak akan meminta haknya, juga menuntut Kiray dengan kewajiban sebagai seorang suami istri. Dan sudah lima hari ini Kiray terlihat cukup akrab dengan Yuyun dan kedua adik perempuan Zein, bahkan Naumi tidak lagi malu atau sungkan untuk minta di dandani oleh Kiray Agustin, kakak iparnya agar terlihat cantik seperti, Kiray Agustin.
Tidak hanya Naumi yang mulai terlihat akrab dengan Kiray Agustin tapi, Nana adik bungsu Zein juga terlihat tidak canggung ketika menanyakan beberapa aktivitas di kantoran karena gadis itu ingin mengambil jurusan menejemen perbankan usai lulus SMA nanti, dan semua itu membuat Yuyun lega, jika ternyata Kiray juga bisa menjadi kakak yang baik untuk kedua putrinya, meskipun sikap dingin Kiray Agustin pada putranya, Zein Herlambang, juga masih terlihat sangat jelas. Tapi Yuyun yakin cepat atau lambat Kiray dan Zein juga pasti bisa saling menerima.
Sudah hampir dua Minggu Zein dan Kiray, menjadi suami istri tapi sampai detik itu Zein dan Kiray benar-benar tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan suami istri. Meski begitu Zein tetap bersikap baik dan berusaha mendapat pengakuan dari Kiray, pengakuan jika Kiray sudah benar-benar menerimanya sebagai suaminya. Zein bersikap manis dengan mencium kening atau pipi Kiray saat Zein akan berangkat ke kantor, atau pulang kantor, namun Kiray tatap bersikap dingin , meski Kiray juga tidak menolak untuk di cium keningnya atau sekedar di cium punggung tangannya.
Kiray hanya belum terbiasa mendapat perlakuan manis dari seorang laki-laki, karena itu Kiray tidak tau harus bersikap bagaimana.
Saat mereka akan tidur, Zein juga selalu mencium keningnya lebih dulu, juga menarik selimut untuk Kiray dan Zein sendiri, tapi itu juga tidak membuat Kiray Agustin merasa tersanjung, atau merasa di puja. Jangan tanya bagaimana Zein yang selalu menahan hasrat nya. Hasrat seorang laki-laki yang selalu di hadapkan dengan sesuatu yang indah dan menggoda tapi tidak bisa di sentuh, meskipun dengan menyentuhnya bukanlah sebuah dosa.
Kadang di tengah malam, saat Zein merasa, Kiray sudah terlelap dalam tidurnya, diam-diam Zein memperhatikan wajah cantik Kiray Agustin yang benar-benar bersih dari make up ataupun jerawat, juga memperhatikan belah bibir Kiray yang agak tebal dan terlihat sangat sexy, tapi tentu Zein hanya bisa menatapnya seperti itu, menatapnya dengan sangat leluasa saat Kiray istrinya sedang tertidur. Bahkan kadang kadang kejantanan nya akan berdiri dengan sendirinya jika sudah benar seperti itu. Oooh itu adalah siksaan, siksaan yang sangat berat untuk Zein, tapi karena Zein pernah berjanji untuk tidak meminta haknya sebelum Kiray siap, Zein akhirnya hanya bisa menuntaskannya sendiri, dan inilah cobaan terberat Zein saat menikahi wanita seperti, Kiray Agustin.