JULANAR JATUH CINTA PADA LALA

1019 Kata
Dwi juga ingat selalu setiap mereka habis melakukan peperangan Hasto akan mencekoknya dengan pil anti hamil, tak pernah Hasto membolehkan dia minumnya nanti. Harus langsung dia saksikan. Kalau tidak akan ditendang perutnya. Itulah penderitaan Dwi kalau soal bersetubbuh. Walau nanti apa pun yang diminta Dwi pasti akan diberikan oleh Hasto. Entah uang, entah apa pun akan dibayari. Tapi cinta Hasto tak akan pernah dapat pindah dari hati Pelangi. Hanya ada satu nama di sana. “Puas memaki-maki Dwi, Hasto pun kembali ke rumahnya. Dia tak pernah pergi ke club untuk minum-minum. Dia tak ingin disorot oleh media sedang mabuk atau melakukan hal buruk di tempat seperti itu. Kalau dia mau perempuan selain Dwi dia sering ambil melalui anak buahnya, lalu dibawa ke rumah. Itu pun harus di tes dulu apakah bersih dari penyakit kotor. Jadi Hasto benar-benar bermain bersih untuk hal tersebut. Karena kalau sudah kena penyakit kotor tak akan terobati. Lebih-lebih kalau kena penyakit AIDS yang menular itu. Hasto benar-benar harus antisipasi hal tersebut. Dia tidak pernah main ke lokalisasi, karena nanti namanya akan cemar. Dia hanya bermain di rumahnya itu pun seperti biasa semua yang jadi korbannya tahu yang digauli hanya badan orang tersebut. Tapi jiwanya adalah jiwa Pelangi. Yang Hasto bayangkan hanya Pelangi. Sensasinya hanya pada Pelangi. Itu sebabnya bila dia bermain dengan Pelangi, walau Pelangi hanya seperti batang pisang atau seperti guling atau seperti apa pun, Hasto tetap senang karena dia bisa puas mencium harum tubuh Pelangi. Walaupun Pelangi hanya pasif. Kalau untuk mencari Pelangi yang aktif, Hasto akan cari di pel4cur dengan membayangkan bahwa itu adalah Pelangi, itu kepuasannya. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Eyang, Kakek, kenalkan ini Mommy aku,” Senja yang menggandeng Pelangi mengajak Pelangi ke meja makan. Tentu saja Pelangi jadi tidak enak. Tapi memang tadi Biru sudah mengatakan bahwa dia ditunggu di meja makan. “Selamat malam Nyonya, selamat malam Tuan. Saya Pelangi gurunya Senja di sekolah. Mohon maaf kalau kehadiran saya mengganggu,” Pelangi memberi salam pada tuan dan nyonya rumah dengan sopan. “No. Bukan! Bukan, ini bukan guru aku. Ini Mommy aku,” kata Senja. Tara memandang Pelangi dengan dalam. Dia melihat semua yang ada dalam diri Pelangi dan dia coba baca. Sama seperti Senja, tak bisa di abaca dengan jelas, seperti ada pagar yang menutup Tara untuk membaca Pelangi. yang Tara liat adalah anak kecil lebih tua dari Senja menutup semua apa yang ingin cara baca. “Saya putranya.” jawab Gerhana ketika Tara bertanya siapa dia. “Mengapa kamu menutupiku?” kata Tara lagi. “Tak perlu Anda ketahui siapa dia. Saya yakin Anda sudah tahu kan kalau dia adalah ….” “Ya,” jawab Tara pasti. “Itu saja intinya. Karena baik Senja atau Anda memang tak akan pernah bisa baca Mommy saya secara lengkap. Karena saya tutup. Saya tidak mau Anda mengetahui apa pun tentang dia di luar pengetahuan secara manusia normal. Kalau Anda mau cari tahu ya cari tahu secara manusia wajar saja. Tidak melalui hal lain,” kata Gerhana yang sangat tua untuk kata-katanya dibanding anak umur enam tahun. Ternyata Tara mau pun Senja memang tidak bisa membaca karena ditutup oleh Gerhana. Mereka bisa membaca bila membuang Gerhana dan itu tidak mungkin. Julanar Halwa, Nenek Senja kaget melihat seorang perempuan yang dikatakan oleh Senja cucunya bahwa itu adalah Mommynya. Sedang pada ibu kandungnya saja Senja tak mau menyebut kata Mama. Tapi menyebutkan kata perempuan itu. Julanar Halwa, Nenek Senja merasa pasti Pelangi perempuan istimewa sehingga bisa menarik hati Senja. Sedang semua pembantu saja selain bik Aiwa tidak bisa. ‘Ada apa dengan perempuan ini? Dan rasanya dia tidak ingin mendekati Biru. Dia tadi mengatakan bahwa dia adalah gurunya Senja, bukan mengatakan bahwa dia teman dekat Biru.’ “Wow, Senja sudah punya Mommy ya?” goda Julanar. “Iya dia Mommy aku. Cuma kalau di sekolah aku nggak boleh panggil Mommy. Harus panggil Miss Lala. “Oh dari nama Pelangi kamu dipanggil Lala?” tanya Julanar ingin mengetahui. “Benar Nyonya, nama saya Pelangi dan di sekolah untuk memudahkan anak-anak saya diberi panggilan Miss Lala oleh anak-anak.” “Please jangan panggil saya nyonya. Karena kamu adalah Mommynya Senja, kamu panggil saya MAMA, sama seperti daddynya Senja memanggil saya.” “Tapi tak bisa seperti itu Nyonya, biar Bagaimana pun saya kan hanya guru Senja saja. Jadi tetap saya akan memanggil Anda Nyonya.” “Oh jadi kalau kamu bukan hanya gurunya Senja, maka kamu boleh memanggil Mama?” tanya Julanar. Pelangi tentu mengerti apa kata-kata bukan hanya yang Julanar sebutan barusan. Tara dan Senja tersenyum melihat interaksi dua wanita dewasa di meja makan. “Bukan, bukan begitu Tante eh Nyonya. Saya nggak bisa menerima kehormatan seperti itu. Biarlah saya tetap memanggil nyonya seperti saat ini.” kata Pelangi dengan gugup. “Sudah, ayo kita mulai makan. Mama nggak usah macam-macamin dia Ma,” tegur Biru pada Julanar. “Biarin saja Daddy, orang eyang lagi kenalan sama Mommy aku,” kata Senja. Dia suka interaksi mommy dan eyangnya. “Ya sudah salam kenalnya sambil makan, kapan makannya? Kalau nggak cepat makan kamu nanti nggak ada istirahat sebelum tidur,” ancam Biru. “Aku hari ini tidur sama Mommy kan?” kata Senja. “Tidak. Kamu tidur di kamarmu sendiri. Nanti Miss Lala akan temani kamu membaca buku cerita sampai kamu tertidur. Tapi kamu tidak boleh tidur dengan Miss Lala. Kamu tidur di kamarmu sendiri,” kata Lala atau Pelangi. “Jangan bilang Miss Lala Mommy,” protes Senja. “Maaf, saya belum biasa,” ucap Pelangi. “Jangan gunakan kata SAYA lah sama anaknya,” goda Julanar. Dia merasa sangat tertarik pada pribadi perempuan di depannya. Julanar merasa akan sangat senang bila Lala jadi mommy benerannya Senja. Dia sangat ingin Lala jadi menantu benerannya, padahal ini baru pertemuan pertama dam dia belum tahu sifat perempuan itu, tapi Julanar merasa nyaman saja. “Baik Nyonya, jujur saya belum biasa. Jadi memang harus penyesuaian pelan-pelan,” ucap Pelangi. “Kamu mengajar di sekolah milik ….” “Ma! Sudah jangan banyak bicara,” kata Biru menyetop perkataan Julanar. Dia tak mau Pelangi tahu bahwa sekolah tersebut adalah miliknya. Bukan milik keluarga Syahab, tapi milik Biru pribadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN