TUAN AROGAN

1044 Kata
Bab 12 TUAN AROGAN “Itu nomor saya nomor pribadi saya, karena nomor orang bisnis beda lagi. Kalau di nomor pribadi Anda akan cepat saya jawab. Kalau yang di kartu nama agak lambat karena itu nomor umum,” kata Biru. “Baik Tuan eh Pak,” kata Pelangi. Dia langsung menyimpan nomor yang baru melakukan panggilan pada nomornya. Dia simpan sebagai TUAN AROGAN “Maaf pak, saya langsung saja agar tidak terlambat. Hari ini jadwal saya kuliah,” kata Pelangi dengan sopan. Dia berjabat tangan pada Biru.” Biru tak mengikuti Pelangi, dia memanggil pelayan untuk memesan makanan. tadi memang dia menunggu Pelangi untuk makan siang bersama. Ternyata Pelangi bilang dia sudah makan dan terburu-buru jadi langsung to the point saja apa yang ingin dibicarakan, karena Pelangi saat itu akan berangkat ke kampus. Dari sudut matanya Biru memperhatikan kepergian Pelangi yang diikuti oleh seseorang. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kok aku ngerasa ada motor yang ikutin aku ya dari sejak di café tadi? Apa pak Biru langsung ikutin aku? Tapi nggak mungkin sih. Apa urusannya dia ngikutin? Tapi aku merasa motor besar itu ngikutin terus loh. Aku sadar sejak keluar dari cafe dia ikutin. siapa ya?” kata Pelangi saat sampai ke kampusnya. Sehabis keluar kuliah hari sudah mau magrib, Pelangi kembali merasa pengekornya tetap ada. Pelangi hati-hati dan pelan melarikan motornya ke arah rumah seperti biasa. Dia santai dia juga mampir beli sesuatu di supermarket biasa Pelangi masak itu seminggu sekali jadi tiap pagi dia tinggal bikin sarapan dan menghangatkan untuk dia bawa ke sekolah lalu makan malam biasanya suka mampir di supermarket beli sesuatu untuk tambahan lauk entah nugget atau telur atau kornet. Tapi tambahan saja sayur dan lauk sudah ada di kulkas. ‘Motor itu masih terus mengikuti aku. Siapa ya? Tapi kok kalau badannya aku kenal banget. Apa ini yang tadi Pak Biru bilang aku pasti membutuhkan dia karena dia sudah tahu b4jingan tersebut mengikutiku?’ ‘Rupanya dia sudah kesal tidak bisa mengikutiku pulang dengan mobil. Jadi sekarang dia ganti motor?’ batin Pelangi saat melihat motor tersebut terus mengikutinya. ‘Aku tidak mungkin tidak pulang. Aku harus muter ke mana? Kalau di rumah sendirian tentu dia akan menggedor pintu dan minta masuk. Aku harus ke mana? Minta tolong Ani atau Anin?’ kata Pelangi bingung. Dia takut menyusahkan kawannya bila pengekor menggedor rumah kawannya. Pelangi pun menghentikan motornya di pom bensin dia pura-pura isi bensin lalu dia istirahat di mushola. Pelangai menjalankan shalat magrib lebih dulu, dan mengambil ponselnya. “Tolong share loc. Saya akan ke sana sekarang juga. Tolong cepetan share loc,” kata Pelangi saat teleponnya diangkat. Tak lagi dia mengucap salam atau apa pun. “Jangan mengarah ke mana pun. Kamu yang share loc. Kamu diam di situ nanti saya akan jemput. Tidak akan ada yang tahu kamu keluar dari tempat itu. Kamu ada di mananya?” “Saya di musholanya,” kata Pelangi agak tenang setelah mendapat respon positif. “Satu jam lagi semua beres. Tidak ada yang tahu kamu keluar dari situ. Tenang saja,” kata Biru yang rupanya dihubungi oleh Pelangi saat mengetahui yang mengikutinya sejak tadi adalah Hasto. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kamu butuh mengambil sesuatu di rumah atau mau langsung ke rumahku? Kalau tadi kamu langsung menuju ke rumahku dia akan ngikutin dan nanti malah bahaya ( buatnya! ), jadi lebih baik seperti ini dia nggak akan tahu kamu ke mana,” Biru bertanya pada Pelangi yang sudah dia bawa dalam mobilnya. Tentu akan bahaya bila Hasto berani mengusik Pelangi di rumah Biru. Akan biru babat habis keluarga Kadri bila itu terjadi. Sesuai dengan yang tadi dikatakan oleh Biru, Pelangi bisa keluar dari situ dengan tanpa diketahui oleh Hasto. Dia hanya diminta memberikan kunci motornya pada Biru, yang Biru berikan pada seseorang ajudannya bahkan jaket Pelangi pun dikenakan oleh ajudan Biru. “Iya boleh Pak, saya ambil pakaian dulu ke rumah,” kata Pelangi. Dia sungguh tak percaya Hasto masih saja mengikutinya. Padahal mereka sudah cerai talak 3. Lalu mau apa lagi? Pelangi bisa membayangkan dia pasti disuruh menikah di atas kertas dengan orang suruhan Hasto, sesudah itu nanti dia akan diceraikan suami barunya, baru Hasto menikahinya lagi, setelah selesai masa idah. Pasti seperti itu tujuan Hasto. Pelangi tahu itu. Dengan kekuatan uangnya pasti Hasto akan melakukan hal tersebut. “Sebentar Pak, saya ambil pakaian saya dan buku-buku kuliah serta buku mengajar saya,” kata Pelangi saat mereka berhenti di depan rumah kontrakannya. “Tak usah terburu-buru. Santai saja. Dia tidak tahu. Dia masih menunggu motormu bergerak. Dan motormu bergerak nanti satu jam setelah kita pergi tadi. Jadi dia masih menunggu dengan setia di dekat motormu,” jawab Biru dengan tersenyum penuh kemenangan. Pelangi menyiapkan semua buku dan semua keperluan pribadinya termasuk alat mandi dan macam-macam di satu koper kecil. Dia sungguh tak percaya harus mengungsi gara-gara ambisi Hasto. Kalau dia mengungsi ke rumah teman-teman pengajarnya dan temannya akan terdampak kekacauan yang Hasto buat juga. Pelangi yakin kalau Pak Biru punya power untuk melindungi dia. Bukan melindungi dalam hal apa pun tapi agar tidak ketahuan seperti sekarang. ‘Tapi bagaimana kalau besok Hasto ke sekolah atau bahkan masuk ke Yayasan? Pasti itu akan dilakukan Hasto. Aku harus bagaimana?’ ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Mommy!” teriak Senja ketika Pelangi turun dari mobil Biru. Senja sudah diberitahu bik Siwa daddynya akan datang bersama miss Lala. “Kamu bawa koper ke kamar yang telah disiapkan bibikk. Tadi sebelum jemput kan sudah telepon ke bibik tanya kamarnya yang mana. Tadi saya minta kamarnya di sebelah kamar Senja. Bawa saja kopernya ke sana kata Biru pada sopirnya. “Baik Tuan,” jawab sang sopir. Memang tadi dia sudah mendengar tuannya minta disiapkan satu kamar di sebelah kamar Senja dan juga diminta untuk menyiapkan makan malam tambah satu piring. “Hai apa kabar?” kata Pelangi pada Senja. “Aku senang Mommy ada di sini,” jawab Senja dengan rona bahagia. “Kamu silakan kalau mau mandi atau bersih-bersih badan. Kamarnya sudah disiapkan. Habis itu kita akan makan bersama dengan kedua orang tua saya,” jelas Biru. Dia juga tentu akan mandi dulu sepulang bekerja. “Anda tinggal dengan kedua orang tua Anda? Lalu boleh saya berkenalan dengan mamanya Senja?” “Kan kamu kemarin sudah tahu. Mamanya Senja yang datang ke sekolah dan Senja tidak mau ikut dengan dia,” jawab Biru dengan Bahasa inggris.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN