TAWARAN KERJA DARI BIRU

1037 Kata
“Miss Lala, nanti pulang bareng ya?” ajak Utkarsh Iswar, seorang guru SD di yayasan yang sama dengan Pelangi. “Anda kan tahu Pak, saya tidak bisa,” jawab Pelangi. Sejak Pelangi masuk mengajar di yayasan ini memang banyak guru lelaki yang mencari perhatian pada Pelangi. Tapi Pelangi tak menggubrisnya. Dia masih antipasti terhadap lelaki akibat perbuatan Hasto. “Kamu kenapa sih selalu menghindar?” kata lelaki tersebut. “Anda tahu sehabis mengajar saya langsung berangkat ke kampus. Mau pulang bareng ke mana? Saya naik motor sendiri langsung ke kampus. Anda naik motor sendiri. Lalu mau ngapain? Apa seperti itu dianggap saya menghindar?” “Paling tidak sebelum ke kampus kita makan siang lah atau makan siang di kantin kampus,” bujuk Utkarsh Iswar yang biasa dipanggil UTKAS, bukan Utkar. “Maaf Pak, sebelum saya ke kampus, saya sudah makan siang dulu kok. Saya bawa bekal. Jadi saya makan di sekolah. Tidak perlu Bapak repot mengajak saya makan siang,” tolak Pelangi. Tentu saja Utkas selalu habis akal, bagaimana caranya mendekati Pelangi yang sangat dia sukai sejak Pelangi diterima di yayasan ini. Dan Utkas tahu dia punya banyak competitor. Yayasan ini memang lengkap dari tingkat PAUD, TK, SD, sampai SMP dan SMA, cuma SMA-nya beda lokasi. Di sini dari PAUD sampai SMP saja. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Senja mengamati lelaki yang barusan bicara dengan Pelangi, dia melihat lelaki tersebut tidak baik. Tujuannya tidak baik, jadi Senja ingin menjauhkan lelaki itu, tapi dia tidak tahu caranya. Senja tidak suka lelaki tersebut. Apa pun caranya akan dia cegah Pelangi dekat dengan lelaki itu. Andai dia bisa mengatakan pada Pelangi jangan pernah pergi dengan lelaki itu mungkin lebih baik, seperti yang dia katakan kemarin pada eyangnya. Untungnya daddy dan eyangnya setuju . Tapi kalau pada Pelangi bagaimana dia harus mengatakannya? “Kamu saja tidak bisa. Lebih-lebih aku,” begitu jawaban Gerhana ketika Senja melapor bahwa lelaki yang barusan bicara pada mommy mereka adalah bukan lelaki baik-baik. “Aku benar-benar panik kalau terjadi sesuatu hal yang buruk pada mommy kita Kak,” kata Senja pada Gerhana. “Andai aku bisa masuk pada mimpinya tentu aku akan berkata agar dia hati-hati. Tapi kan aku tidak bisa.” jawab Gerhana lagi. “Sudah kamu sekarang mulai belajar. Itu kelasmu akan dimulai,” kata Gerhana menasehati adiknya. Dia pun lalu pergi meninggalkan Senja. Kalau ada dia di sisinya Senja maunya ngobrol terus. Senja mulai memperhatikan Miss Ani dan Pelangi dia memperhatikan pelajaran dan mengikuti dengan baik ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Maaf saya tidak bisa Tuan. Kalau memang mau les ya les, tapi kayaknya anak TK tidak perlu les lah. Lebih-lebih kemampuan Senja di atas rata-rata. Dia lebih pintar dari yang lain. Hanya mungkin ada beberapa hal yang membuat dia tidak suka pada orang, sehingga saat dia berada di kelas miss Anin, dia tidak mau mengikutinya. Bukan tidak bisa. Saya katakan sekali lagi Senja itu di atas rata-rata. Jadi tidak perlu les,” ucap Pelangi siang ini ditempat yang telah Biru tetapkan buat petemuan mereka selepas Pelangi selesai mengajar. “Saya kan tidak bilang Anda menjadi guru les, tapi Anda menjadi pendamping. Saya juga tidak mengatakan Anda menjadi pengasuhnya atau baby sitter-nya karena dia sudah ada pengasuh. Tidak seperti itu.” “Anda pendamping. Pendamping baik sebagai tutor atau apa pun. Pokoknya itu,” Biru memperjelas apa tujuannya minta bicara siang ini dengan Pelangi. “Saya bisa menggaji Anda tiga kali lipat dari gaji Anda sekarang. Tapi Anda tinggal di rumah kami. Itu untuk menjaga keselamatan Anda juga sih,” ucap Biru. “Saya rasa saya tidak apa-apa kok, saya aman, memangnya ada apa dengan keamanan saya?” “Saya sudah tahu sejarah Anda. Kemarin rame viral di media sosial, di berita online lagi. Bahwa mantan suami Anda sudah kembali dan sudah lebih dari satu minggu ini dia selalu mengamati Anda di depan sekolah.” “Saya yakin Anda tahu itu. Dan saya yakin dia tidak akan pernah melepaskan Anda. Apa itu bukan membuat Anda tidak aman?” desak Biru. Pelangi tak bisa berkelit lagi. Kalau masalah Hasto dia memang sudah tahu mantan suaminya sudah memperhatikan bahkan menguntitnya setiap dia pulang mengajar. Lelaki kaya yang tak perlu bekerja, hanya menunggunya di depan sekolah saja. Persis saat dia SMA dan kuliah dulu. Sepanjang hari ditunggu dari balik mobil oleh Hasto. “Masalahnya setiap hari Senin sampai Kamis saya itu kuliah Tuan, jadi begitu pulang mengajar saya kuliah sampai magrib baru tiba di rumah. Kalau begitu buat apa saya menemani Senja?” “Hari Sabtu dan Minggu saya sama sekali tidak ingin diganggu. Hari Sabtu dan Minggu adalah itu waktu saya mencuci, masak dan semua kegiatan rumah lainnya. Saya hanya punya waktu hari Jumat siang sampai Jumat sore saja.” “Tidak masalah akan waktu yang kamu miliki, yang penting dari habis magrib sampai waktu tidur Senja dia bisa ngobrol dengan kamu.” “Dan maaf jangan panggil saya Tuan. Kamu bukan pegawai saya dan kalau pun kamu menerima tawaran ini kamu juga bukan pegawai saya dalam artian sebagai pembantu. Panggil MAS lebih tepat,” kata Biru. “Tidak bisa Tuan. Paling saya bisa ubah menjadi Bapak. Saya tidak mungkin memanggil Mas untuk orang yang tidak dekat secara pribadi dengan saya. Tapi saya bisa memanggilmas padaorang yang tidak saya kenal sebagai penghormatan kalau saya bicara dengan dia. Missal padatukang sayur langganan di rumah. Tapi Tuan kan tak seperti itu,” Pelangi menolak permintaan Biru. “Anda tidak perlu jawab sekarang tentang pekerjaan yang saya tawarkan. Anda tetap bisa mengajar di Yayasan, bukan harus berhenti, jadi yang saya tawarkan adalah side job. Mungkin habis ini Anda bisa menjawabnya. Ini kartu nama saya. Tolong save sekarang juga sebelum kartu ini hilang nomor telepon saya,” Biru menyodorkan kartu Namanya. “Atau berapa nomor Anda? Biar saya miscall ke ponsel Anda. Saya takut terjadi hal yang tidak Anda inginkan sebentar lagi,” Biru memilih segera minta nomor telepon saja daripada lama menunggu Pelangi menyimpan nomornya. Takutnya kartu namanya malah keselip dan gadis itu belum menyimpan nomor ponselnya. “Apa maksud Anda Pak?” tanya Pelangi tak percaya. “Sudah sebutkan nomor Anda sekarang juga cepat,” pinta Biru dengan mendesak. Pelangi menyebutkan nomor ponsel miliknya entah mengapa diintimidasi oleh Biru Pelangi tidak bisa melawan. Padahal dengan hasto yang keras dan kejam dia bisa melawan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN