Kesedihan yang Arsy rasakan seketika membuncah ketika akhirnya, tatapannya menemukan sosok yang tengah ia cari. Yama, pria itu berdiri mematung di pinggir gapura pintu masuk utama rumah sakit tak ubahnya orang hilang. Yama yang cenderung diam dan sesekali menunduk, menenteng satu kantong merah berukuran sedang di masing-masing tangan. Tanpa menyapa bahkan sekadar menatap, Arsy yang menjadi menunduk dalam berhenti tepat di hadapan Yama. Jarak mereka tak kurang dari tiga puluh senti meter. Mendapati kedatangan seseorang lengkap dengan sepasang sandal dan kedua kakinya memakai sarung kaki warna peach, hati Yama bersorak-sorai karena girang. Senyum lepas dari kebahagiaannya terpancar nyata menghiasi wajah. “Umi, ... akhirnya Umi datang juga.” Yama menatap Arsy di antara kebahagiaan yang suli