Hera sedang memasak di dapur, bibirnya kerap kali tersenyum menatap layar ponselnya yang berada di sebelah tangan kirinya. Sementara tangan lainnya sibuk mengaduk sup yang sedang dibuatnya.
Adrian sedang duduk di kursi meja makan seraya menatap Hera dari sana, wanita itu terlihat begitu mencurigakan. Sejak tadi terus saja menatap ponselnya. Ini sudah jam makan siang, Adrian cukup lapar, dan melihat Hera malah sibuk dengan ponselnya membuatnya kesal bukan main.
"Ekhem"dehem Adrian, berusaha membuat wanita itu menghentikan aktifitasnya, tapi semua itu sia-sia, Hera tidak terganggu, matanya bahkan masih melotot pada layar ponselnya.
"Aishh benarkah"gumam Hera seraya menatap layar ponselnya. Kedua matanya melebar seolah terkejut. Hal itu membuat Adrian kesal, Hera tidak peduli padanya. Dan malah sibuk sendiri. Seolah wanita itu tidak mendengar kode keras darinya.
"Hera, apa soupnya masih lama?"tanya Adrian dari meja makan dengan tidak sabaran, sekaligus merasa kesal.
"Tunggu sebentar”jawab Hera masih dengan menatap layar ponselnya. Tak lama Hera menaruh ponselnya disaku celana lalu kemudian mematikan kompor sebelum menuangkan soup ke dalam mangkok dan membawanya ke meja makan.
Hera kembali mengambil sebuah kain tatakan sebelum menaruh mangkuk soup panas tersebut di atas meja. Hera mengambil tempat duduk dihadapan Adrian, tepat di samping Allea, gadis kecilnya itu terlihat sibuk dengan buku cerita timbul berbentuk persegi miliknya.
Hera memberikan soup ke hadapan Allea. Yang langsung di lahap oleh putrinya itu.
"Putri mommy makan yang lahap ya"Hera menyingkirkan cipratan soup dipi Allea, gadis kecil itu terlihat menggemaskan dengan noda makanan yang berada di sekitar wajahnya.
Adrian memperhatikan hal itu hingga akhirnya bibirnya tersenyum dengan ide yang muncul dikepalanya. Adrian mengambil potongan roti kecil dan menempelkannya di pipinya.
"Mommy, bersihkan yang ini juga"ucap Adrian seraya memajukan pipinya ke arah Hera.
"Aishh...yang benar saja"Hera hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan sikap Adrian yang suka aneh-aneh.
"Hahaha.. Daddy makannya belantakan"tuduh Allea dengan tawa yang menghiasi wajahnya yang ceria.
Hera mengambil roti itu di pipi Adrian, lalu mendorong kecil pipi pria itu pelan. Adrian tersenyum, dengan cengiran di wajahnya,.
"Ahhhh.... enaknya"gumamnya.
"Ini.. Bekalmu "Hera menyodorkan tas sedang yang berisi bekal yang ia buatkan untuk suaminya itu ke hadapannya.
"Berbagilah dengan Evan dan Deren, aku membuatnya cukup banyak"Adrian memberenggut ketika mendengarnya. Terkadang Adrian merasa Hera seperti ibu bagi 2 sahabatnya itu. Saking perhatiannya. Adrian tak habis pikir dengan Hera.
"Ohh.. Perhatian sekali pada mereka berdua"sindir Adrian sarkatis.
"Mereka sudah seperti saudara laki-laki bagiku"ucap Hera. Entah kenapa Adrian setuju untuk itu, sejak mengenal mereka hingga sekarang, Adrian sudah menganggap Evan dan Deren seperti keluarga baginya. Tahu bagaimana Hera menganggap sahabatnya itu sama sepertinya, hal itu membuat Adrian merasa senang.
"baiklah. Jika kau memaksa"sahut Adrian yang membuat Hera hanya bisa memutar kedua bola matanya malas menanggaoi ucapan Adrian.
Setelah selesai makan Adrian berdiri, tangannya mengambil jas dan bekal nya. "Aku pergi"Adrian mencium pucuk kepala Hera lalu Putri kecilnya.
"sampai jumpa Daddy"ucap Allea yang masih sibuk dengan soupnya namun terhenti ketika melihat ayahnya akan berangkat bekerja.
"Hati-hati di jalan”Allea melambaikan tangannya pada Adrian.
“sampai jumpa putri kecil”sahut Adrian.
***
Hera menaruh tauge di atas meja dapur, tangannya mulai membersihkan setiap ujung tauge.mematahkan akarnya agar bersih. Allea yang sedang menggambar di ruang tengah dan melihat sang ibu berada di dapur terlihat sibuk mematahkan sesuatu membuatnya penasaran.
Ia bangkit berdiri, dan berjalan perlahan menuju dapur untuk melihat apa yang Hera lakukan. "Mommy sedang buat apa?"tanya Allea yang berjalan mendekati Hera dengan boneka kelinci di tangannya.
"Kemari duduk di samping mommy"seru Hera seraya menepuk kursi kosong di sampingnya. Allea mengangguk, kedua tangan Hera lantas mengangkat tubuh Allea, mendudukan Putri kecilnya tepat di sampingnya.
"Cha... Mommy sedang membersihkan tauge, untuk membuat soup"
“Allea mau ikutan, boleh?”Tanya Allea, merasa penasaran untuk mengikuti apa yang Hera lakukan sejak tadi.
"Boleh, begini caranya, ujung tauge dicabut, akarnya yang kotor ini sedikit saja"
"Eoh.. mudah"
"Benarkah?"
"iya. Begini? "Ucapnya bersemangat.
Hera tersenyum, lalu memberikan lagi taugenya pada Allea, Putri kecilnya itu melakukan nya seraya memperhatikan sang mommy.
"Bagus... Putri mommy pintar"puji Hera yang membuat Allea tersenyum senang.
***
20.55 pm.
"Sapi"
"Cow"
"Kucing"
"Cat"
"Singa"
"Lion"
"Kelinci"
"Labbit"
"Anjing"
"Dog"
"Katak"
"Flog"
"Gajah"
"Elephant.. Hoammmm"
Hera menutup mulut putrinya dengan telapak tangannya.
Saat putri kecilnya itu menguap dengan mulut terbuka lebar.
"Pertanyaan inggrisnya selesai, putri mommy pintar"Hera mencium pipi chubby sang anak dengan gemas yang kini sedang berada di pangkuannya.
"Putri mommy sudah mengantuk, kita tidur ya"Allea menggeleng, menolak ajakan Hera walaupun matanya sudah terlihat sayu.
"Daddy ko belum pulang?"tanyanya. yang seketika membuat Hera melirik jam dinding di rumahnya.
"Daddy lembur, karena kemarin tidak masuk"
"Ckkcck... "Tawa Allea meledak. Saat merasakan tangan Hera menggelitik pinggangnya.
"Mommy.. Mommy... jangan... Mommyaa.... Hahahaahaa..... Hhahhhahaaa.... "
"kumohon mommy... Hahhaaha"tawa Allea yang meledak membuat Hera terkekeh, menggoda putri kecilnya hingga tertawa terbahak, seolah hal itu menjadi kesenangan tersendiri untuknya.
KLIK!
"Daddy pulang.... Eoh.. Bahagia sekali putri daddy"Adrian berjalan masuk menghampiri Hera dan Allea yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
"DADDY"teriak Allea senang ketika melihat Adrian datang.
"Hoaammm"
Adrian mengambil tempat duduk di samping Hera, lalu mencubit pipi "Ngantuk? Putri daddy harus tidur"Allea menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Adrian.
"sama daddy"ucapnya lalu berdiri dari pangkuan Hera dan menghampiri Adrian, Allea mengulurkan kedua tangannya pada Adrian hingga membuat Adrian menggendong sang putrinya. "Aku akan menidurkan Allea dulu"
"baiklah"jawab Hera lalu ia mengambil remote tv dan mematikan tv. Adrian berdiri untuk membawa Allea ke dalam kamarnya, Hera mengikutinya dan menjahili putrinya, membuat Allea tertawa.
"Ah... Mommy... Hahahaha"tawa Allea lagi saat Hera kembali menggelitiknya.
"Uwee... "Ledek Allea, menjulurkan lidahnya meledek Hera ketika Hera tak bisa menyentuhnya karena Adrian memutar tubuhnya menghalangi Hera.
"Uwee.. "Balas Hera seperti yang Allea lakukan.
***
Setelah Adrian menidurkan Allea di kamarnya, Adrian kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri, setelah selesai Adrian mendudukan dirinya di atas kasur di samping Hera yang kini juga terduduk di atas kasur, seraya menatap layar ponselnya.
Adrian melirik Hera, menatap penasaran wanita itu yang terlihat begitu sibuk dengan ponselnya sejak tadi pagi. Hal itu membuat Adrian tidak suka. Adrian tidak suka jika Hera mengabaikannya. Apalagi terlihat sibuk dengan ponselnya seperti ini.
"Apa yang kau lakukan? Sejak tadi hanya ponsel saja yang kau perhatikan"
"Ada suami tampanmu di sini, tolong perhatikan juga dia"gerutu Adrian.
"tunggu sebentar"ucap Hera yang masih terlihat sibuk menatap layar ponselnya.
"Kau sedang apa sih? Chatting dengan seorang pria?”ucapan Adrian membuat Hera menoleh padanya dengan kedua mata menyipit.
"Apa yang kau katakan, kenapa kau mengatakan hal semacam itu, kejam sekali. Apa aku terlihat seperti wanita suka berselingkuh"protes Hera yang merasa tersinggung dengan ucapan asal Adrian.
Adrian terkekeh ketika mendengarnya, Adrian tahu Hera tidak akan melakukannya. Bukan karena Hera tidak bisa melakukannya, tapi Adrian percaya Hera tidak akan pernah melakukan hal itu padanya. Tuduhan itu membuat Hera kesal, wajahnya memberenggut cemberut pada Adrian, dan Adrian suka itu.
Wajah Hera ketika sedang cemberut sangat menggemaskan, kekesalannya hanya membuat Adrian semakin ingin menggodanya.
"Setelah menuduhku berselingkuh kau malah tertawa, lihat ini"Hera menyodorkan ponselnya pada Adrian. Membuat suaminya itu melihat apa yang sedang dilakukannya.
"Aku sedang chat dengan Renna, lalu bermain Candy crush.. siapa yang berselingkuh" gerutu Hera yang membuat Adrian mencium pipinya gemas.
“Habis kau terlihat mencurigakan, tertawa dan senyum-senyum seperti orang aneh"ucapan Adrian membuat Hera memutar kedua bola matanya malas.
"Hemm.. kau cemburu ya"tuduh Hera dengan senyum meledek ke arah Adrian.
"Tidak.. Apa aku harus cembru hanya karena hal itu"ucap Adrian yang kemudian mengalihkan wajahnya kea rah lain.
"Uh... Kalau begitu kemarikan ponselku"Hera ingin mengambil ponselnya namun dengan cepat Adrian menjauhkan tangannya yang menggenggam ponsel Hera menjauh.
"Tidak"Adrian menjauhkan handphonenya, tangannya menjauh agar Hera tidak dapat meraihnya.
"Kemarikan”Hera mencoba untuk mengambilnya, namun Adrian tak mengijinkan Hera untuk mengambil ponselnya.
"Kau mau apa... Ini sudah malam, Renna tidak mungkin chat kan!"ucapan Adrian tidak membuat Hera berubah pikiran untuk meraih ponselnya. Hera terus berusaha mengambil ponselnya dari tangan Adrian.
"Aku mau main game, nyawaku tinggal satu, kumohon"
"Tidak. Tidak ada game lagi untuk mala mini nyonya Refano"
"Adrian"Hera terus mencoba meraih ponselnya bahkan dirinya sampai naik ke atas tubuh Adrian hingga akhirnya meraih tangan pria itu dan berhasil mengambil ponselnya.
"Dapat"ucapnya yang kemudian kembali berbaring.
"Kemarikan.. Kasih padaku"perintah Adrian.
"tidak mau...Akhh"Hera memegang erat handphonenya, sementara Adrian pria itu terlihat berusaha begitu keras untuk mengambil handphone sang istri.
Adrian menindih Hera, lalu merebut ponsel Hera.
"Hei "protes Hera ketika Adrian berhasil mengambil ponselnya dan menaruhnya jauh di atas meja nakas.
"Dari pada bermain game dengan ponselmu, lebih baik bermain dengan ku malam ini"Seketika pupil mata Hera melebar terkejut dengan kata-kata Adrian barusan.
Hera menyilangkan kedua tangannya di depan d**a, ia baru sadar posisinya sangat menguntungkan bagi Adrian untuk melakukan hal ini. sementara Hera terjebak di sana tanpa bisa menjauh dengan cepat dari Adrian.
"Aishh... m***m. Kau bilang tidak ada game lagi untuk mala mini. Menyingkirlah. Aku mau tidur”
“kau bilang kau masih mau bermain game? Giliran aku ingin berikan kau tidak mau”
“tidak. Menjauh dariku Adrian”seru Hera memerintah. Bukannya menjauh Adrian hanya memindahkan sedikit tubuhnya dan memeluk Hera dengan erat.
“uhukk.. uhukk.. kau mau membunuhku. Badanmu itu berat, aku akan mati sebentar lagi jika kau terus melakukan hal ini padaku”
“alasanmu saja. Aku tidak akan mendengarnya. Aku sudah sering melakukan hal ini, dan baru mala mini kau akan mati jika aku melakukannya. Yang benar saja”gerutu Adrian, ucapannya membuat wajah Hera bersemu merah karena malu.
"Oke. aku kita memainkan game ini"ucapan Adrian seketika membuat Hera panik bukan main.
"Adrian..yak"