Pedro POV Entah kenapa setelah menolak si setan dengan tegas, aku malah merasa bersalah. Seolah-olah ada benda tajam yang menusuk hati nuraniku. Apalagi semalam ia sama sekali tidak menunjukkan sosoknya di depanku. Diam-diam aku mengendap-endap di lorong lantai tiga tempat di mana deretan ruang para pengajar berada. Aku lirik setiap sudut yang ada, mencoba menemukan sosok Agusta. Bukan karena aku masih peduli padanya ya!! Aku hanya sedikit khawatir dia menjadi tidak waras dan mulai mengekori siswa lain. Aku kasihan pada calon korbannya, hanya itu! Tapi sialnya Agusta tidak ada, dan hal itu sukses membuat aku semakin bersalah. Kusandarkan punggungku di dinding samping pintu ruangan Agusta, berusaha membuang berbagai pemikiran buruk yang mulai bermunculan di benakku. Sampai-sampai aku t
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari