Tia melangkah ke arah meja yang kosong sambil membawa makanan dan minuman yang ia pesan tadi, ketiga sahabatnya masih mengantri karena mereka beda-beda pesanan. Suara nyaring dari pecahan kaca sontak membuat penghuni kantin menoleh ke arah sumber suara, yaps itu dari piring Tia dan gelas minuman yang dibawa gadis tersebut. "Ups, sorry enggak sengaja." Kata seorang gadis dengan raut wajah meledeknya, Tia yang masih terkejut terlebih seragam yang ia kenakan terkena minuman.
Tia mendongak menatap dengan sorot mata yang tajam. "Jalanan masih luas, tapi kenapa lu suka nyari gara-gara si?" tanya Tia dengan sedikit sarkas, gadis yang ada dihadapannya sontak menatap tidak suka. "Kok lu nyolot? Bukannya gue udah bilang sorry ya?" tanya Risa - yaps itu gadis yang selalu tidak suka akan kehadiran Tia, atau lebih tepatnya ia iri.
Sorot mata Tia benar-benar tajam namun ia memutuskan untuk menyudahinya, karena ia sangat tahu bahwa perdebatan tersebut tidak akan berakhir baik. "Mau kemana lu?" tanya Risa dengan tengilnya.
"Mata lu buta? Lihat baju gue?" Tia sedikit ngegas, jujur ia benar-benar menahan amarahnya ingin sekali ia mencakar atau bahkan menjedotkan kepala Risa ke meja kantin namun sungguh ia tidak ingin mencari masalah jika memakai seragam sekolah.
Gadis tersebut melanjutkan langkah kakinya melewati Risa dkk begutu saja, hingga Tia berpapasan dengan sang abang yang menahannya melangkah dan bertanya, "Lu kenapa? Baju lu kok kotorr?" Sorot mata Revam sontak khawatir terlebih Alex yang kini menatap sendu.
Alex menatap nyalang ke penghuni kantin seolah mencari siapa yabg sudah berani-berani terhadap Tia. "WOI! SIAPA YANG BERANI USIK QUEENNYA THE BOYS!" teriak Bary dengan lantang, jelas ia juga tidak terima.
"Siapa Ti?" tanya Rega dengan serius.
Tia menyela, "Sudah gue mau ke koprasi dulu, berisik lu pada." Gadis tersebut menghempaskan tangan Revan yang masih menahannya. "Tia–"
"Biar gue aja yang nemenin," kata Alex ketika melihat Revan ingin beranjak menghampiri Tia, Revan terdiam sejenak lalu menatap lekat sebelum akhirnya mengangguk. Tanpa pikir panjang Alex melangkah menghampiri gadis tersebut yang sudah tak terlihat lagi dari pandangannya.
Riko berkata, "Siapa yang berani-beraninya kaya gitu ke Tia!" Revan sontak menatap penuh selidik ke arah para penghuni hingga ia menemukan sosok Risa, Rika, Girly yang terdiam dengan dibawah mereka pecahan piring serta gelas. "Van, lu mau kemana?" tanya Rega dengan sorot mana penasaran.
"Van!" teriak Bary memanggil namun laki-laki tersebut tidak menggubris.
Riko berkata, "Lah kok Revan nyamperin Risa."
"Kayanya gue tahu kenapa Revan kesana. Ayuk susul," ujar Rega yang kini melangkah menghampiri Revan yang membuat kedua laki-laki tersebut menoleh satu sama lain sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menyusulnya.
Bary mengerutkan keningnya terlebih ketika ada pecahan piring makanan serta minuman, ia menatap ke arah Risa dkk yang sedikit ketakutan akan tatapan Revan yang tajam. "Eh Van, ada apa? Mau duduk bareng?" tanya Risa dengan lembutnya.
"Risa maksut lu apa si nyari masalah mulu sama Tia! Teman gue punya salah apa sama lu?!" seru Siska yang kini meletakakn makanannya di atas meja, ia menatap sengit ke arah Risa dkk.
Risa menyela, "Enggak, siapa yang nyari masalah sama teman lu. Lagi juga enggak selevel sama dia."
Bary menyela, "Ada juga lu yang enggak selevel sama Tia." Dengan nada yang tajam menyindir, Risa yang mendengar sontak menatap sengit ke arah Bary yang malah menaikkan kedua alisnya seraya menantang.
"Kalau sudah enggak cantik seenggaknya lu tahu ngucapin maaf yang tulus," cetus Rayna dengan sarkasnya.
Rima menimbrung, "Ngaku saja deh! Enggak usah berbelit-belit, lu yang selalu ganggu Tia jadi ini juga ulah lu kan!" Dengan nada tidak terimanya.
"Enggak, enggak usah nuduh deh!" seru Risa seraya membantah.
Revan mencengkram pipi Risa dengan sangat kuat hingga membuat gadis tersebut meringis kesakitan, semua yang ada dissna sontak terkejut atas apa yang diperbuat oleh Revan. "Van, inget dia cewek!" seru Rega memperingati agar Revan tak bertidan terlalu jauh.
"Sekali lagi gue tahu lu ganggu Tia! Habis sama gue lu!" seru Revan yang kini melepas cengkraman tersebut, Risa memegang pipinya yang memerag karena cengkraman Revan. "Lu kasarr banget si sama cewek!" seru Girly ketika Revan sudah membalikkan badannya.
Laki-laki tersebut menghentikan langkahnya membuat ketiga sshabatnya seolah ingin menoyor kepada Girly yang berkata seperti itu. "Lu pikir sesama cewek pantes kasar? Ini peringatan gue yang terakhir, jangan sampai lu berulah lagi, bukan hanya lu bertiga! Siapapun yang ganggu Tia bakal berhadapan sama gue!" seru Revan yang membaut penghuni kantin sontak berbisik-bisik akan hal tersebut, bagaimana tidak mereka masih ingat jelas akan bagaimana Alex juga bicara lantang seperti itu.
"Emang apa si hebatnya Tia! Lu juga mau saja sama cewek gamoangann kaya dia, kemarin sama lu tadi berangkat sama Alex, dikantin sama Rega! Dia itu sana sini mao!" seru Risa dengan lantangnya, Revan mengepalkan tangannya namun Siska memegangnya tangannya perlahan membuat laki-laki tersebut sontak menoleh ke gadis yang kini berdiri di sampingnya.
Siska mendongak lalu menggelengkan kepalanya pelan seolah memberi kode agar tidak dilanjut. "Lu enggak tahu apa-apa soal Tia, jadi mending diam lu tutup mulut. Sana sini mao? Lu ngatain diri sendiri ya, lu pikir gue enggak tahu kalau lu jalan sama siapa saja, mau gue sebutin?" tanya Siska dengan sorot mata yang tajam, nada yang dilontarkan juga serius membuat Risa terdiam sejenak bagaimana kalau itu terjadi.
"Mending lu pergi, atau mau kita share ke sosial media sekolah?" tanya Rima dengan sarkas, Risa jelas mengepalkan tangannya lalu menghentakkan kakinya membuat Siska tersenyum miring terlebih ketika Risa berhasil pergi dari hadapannya. "Eh emang Risa jalan sama siapa aja?" tanya Bary kepada Rayna yang ikut menyeringai.
Rayna menoleh lalu menjawab, "Kepoo." Riko yang mendengar sontak tertawa terlebih raut wajah masam dari Bary yang tidak dapat jawaban.
"Ehem ehem itu tangan di pegang teruss kayanya," sindir Rega sambil tertawa pelan, matanya menyorot mana saja ketika kedua insan tersebut menoleh ke arahnya dan menatap tangan yang bergandengan.
Siska berkata, "Eh sorry, keterusan jadinya." Lalu melepas genggaman tangannya yang tadi niatnya hanya menenangkan laki-laki tersebut.
Sedangkan di sisi lain Tia kini berada di toilet untuk membersihkan noda minuman yang ada di bajunya. "Ish! Enggak bisa hilang lagi! Kalau gue pulang baju kotor gitu terus Bang Rey lihat bisa kacau ini!" seru Tia dengan dirinya sendiri, ia menatap ke arah kaca wastafel dengan helaan nafas yang gusar.
"Ti." Gadis tersebut terdiam sambil mengerutkan keningnya ketika mendengar namanya di panggil, suara bass yang ia kenal. Gadis tersebut tanpa pikir panjang langsung menghampiri setelah selesai dengan urusannya. "Gak hilang?" tanya Alex ketika gadis tersebut keluar dari toilet dengan raut wajah cemberutnya menatao seragam kotornya, gadis tersebut mendongak menatap lalu menggelengkan kepalanya pelan.
Alex lalu memberikan hoodie miliknya yang membuat Tia mengerutkan keningnya. "Pakai," kata Alex.
"Inikan punya lu," cetus Tia, laki-laki tersebut tanpa pikir panjang langsung memakaikan hoodienya yang membuat gadis tersebut sedikit terkejut. "Gue bisa sendiri," kata Tia yang membuat Alex melangkah mundur dan meliat gadis tersebut memakai hoodienya yang terlihat kebesaran.
Alex tersenyum tipis lalu mengacak-ngacak pelan rambut Tia dengan gemas. "Lucu," kata Alex dengan senyum tipisnya.
"Ini kegedean Alex! Gue kaya badut!" seru Tia yang ingin melepas hoodienya kembali namun ditahan oleh laki-laki tersebut. "Pakai seenggaknya sampai pulang sekolah, lu mau belajar pakai seragam kotorr?" tanya Alex dengan nada serius yang membuat Tia menghela nafasnay gusar.
Tia berkata, "Yaudah makasih." Laki-laki tersebut terdiam saja menatap gadis tersebut yang sangat amat lucu dimatanya, ia mengepakkan kedua tangannya dengan gemasnya.
"Yasudah mau kekantin lagi apa gimana?" tanya Alex, Tia hanya menggelengkan kepalanya pelan namun beberapa detik kemudian suara perutnya mulai berbicara yang membuat Alex terkekeh pelan lalu menarik gadis tersebut melangkah menyusuri koridor ke arah kantin.