Sekolah sedang dihebohkan dengan foto Tia bersama The Boy's di cafe' terkenal tersebut, fotonya menjadi trending topik perbincangan bahkan di sosial media, tak jarang banyak yang iri melihat keberadaan gadis tersebut di tengah-tengah para laki-laki tampan.
Tia menysuri lorong sekolah untuk menuju kelasnya, dengan airpods yang bertengger di telinganya, gaids tersebut tidak mendengar perkataan mereka hanya saja ia melihat dari gerak bibir mereka. "Kerjaannya gosip mulu," gumam Tia.
Ia kini meletakkan tasnya di bangku, duduk dengan nyaman dan menjadikan kedua tangannya bantalan untuk tidur. Ketiga siswi berlari dari arah pintu kelas jelas ia mencari sahabatnya untuk menkonfirmasi trending topik yang terjadi. "Tia, tia," ucap Rima.
"Ti!"
Rayna kini menggoyahkan sedikit tubuh gadis tersebut yang membuat Tia lantas mendongak ke arah ketiga sahabatnya dengan malas. "Kenapa si kalian?" tanya Tia dengan malas, baru saja ingi kembali merebahkan kepalanya Siska dengan sigap menahannya yang membuat Tia hanya menatap jengah.
"Gue ngantuk, ijinin gue tidur sebelum bel masuk," ujar Tia, Rayna kini melepas airpods yang berada di telinga sahabatnya tersebut.
Rayna berkata, "Lu harus lihat, lu trending di sekolah bahkan sosial media." Sambil menunjukkan layar handphonenya, gadis tersebut yang awalnya cuek kini membuka matanya selebar-lebarnya lalu mengambil handphone milik Rayna.
"Siapa yang nyebarin foto ini!" seru Tia, ketiga sahabatnya hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu menghendikkan bahunya.
Tia mencetus, "Viral mulu ngalahin artis gue lama-lama."
"Ini kejadiannya kapan?" tanya Rima.
"Kemarin," balas Tia.
Siska menyela, "Astoge! Baru kemarin beritanya udah nyebar sana-sini, gue rasa lu harus jadi seleb sosmed deh Ti." Gadis tersebut yang melihat jelas mengerutkan keningnya lalu menatap bingung.
"Bisa-bisanya lu berpikir kaya gitu," cetus Tia lalu memutar bola matanya dengan jengah.
"Gimana kalau lu jadian sama Alex, pasti heboh banget duani perfans 'an Alex," kata Siska.
Rayna menimbrung, "Bisa jadi itu."
"Apa perlu kita bantu viralin," ujar Rima sambio menaikkan kedua alisnya, Tia lantas menatap ketiga sahabatnya yang kini menaikkan kedua alisnya.
Tia membalas, "Sudah gila lu bertiga! Gue sekolah tuh mau tenang, bukan mau jadi orang viral."
"Ya habisnya lu selalu terviralkan sendirinya, entah itu kelakuan lu, sikap lu, bahkan sekarang lu ngopi bareng aja jadi trending topik," cetus Rima.
Siska menyela, "Sebenarnya lu viral karena lu tuh di kelilingi oleh laki-laki tampan apalagi ayang beb Revan." Tia yang mendengar hanya memutar bola matanya dengan jengah.
"Yeuh lu mah bucin terkutuk emang," ujar Rayna sambil menoyor kepala sahabatnya.
Bell masuk kini berbunyi, semua siswa-siswi berhamburan masuk kedalam kelas untuk mengikuti pelajaran dengan fokus. Kelima laki-laki mostwanted sekolah tersebut baru saja tiba dan memarkirkan motornya dengan mulus seperti biasa, mereka berlima kini melangkah melewati lorong-lorong kelas yang jelas semua melihatnya, guru yang mengajar di masing-masing kelas jelas mengerti.
"Hei hei sudah, sudah iklannya sudah berlalu," ujar sang Guru.
Siswa-siswi kini kembali memfokuskan matanya ke papan tulis, mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru yang mengajar. "Maaf Bu, kami telat," ujar kelima laki-laki tersebut dengan kompak.
Wanita paruh baya tersebut jelas menoleh ketika sedang menulis di papan tulis. "Kali ini apa alasan kalian telat?" tanya Guru wanita tersebut sambil melanjutkan tulisannya di papan tulis.
"Enggak ada alasan apa-apa Bu, kalau kita bilang kesiangan pasti ibu enggak percaya," kata Bary.
Guru wanita tersebut menurunkan kaca matanya lalu menatap lekat ke arah mereka yang berdiri. "Gimana mau percaya, kalian emang tinggal serumah sampai bisa kesiangan bareng," balas sang Guru.
"Maka dari itu kita enggak ada alasan Bu," ucap Bary.
Beti - nama guru tersebut, yang terpampang jelas di namteag sebelah kiri dadanya. "Yasudah kalian duduk sana," kata Bu Beti.
Mereka saling menatap satu sama lain terkecuali Alex yang terdiam saja dengan wajah datarnya, para siswi yang sekelas dengannya jelas memperhatikannya dengan seksama hingga senyam-senyum. "Kita enggak dihukum Bu?" tanya Riko.
"Loh kamu kok malah mau dihukum," ujar Bu Beti.
Bary menyela, "Loh kita kan telat Bu."
"Duduk, saya tahu kalian niatnya ke kantin bukan ngejalanin hukuman," jelas Bu Beti, mereka yang mendengar lantas menggaruk tengkuk lehernya karena sudah kebaca oleh sang guru, sedangkan Alex melangkah kakinya menuju bangkunya.
Bary berkata, "Ah ibu mah suka tahu gitu." Mereka berempat lalu menyusul Alex yang sudah lebih dulu duduk.
Rega menyela, "Besok nyari alasan apa kek kalau telat."
"Auh tuh si Bary malah enteng banget kaga ngasih alasan," timpal Revan.
"Ya lagi gue mulu, lu pada kali-kali mikir," cetus Bary.
"Bary! Diam!"
Bary yang mendengar lantas menoleh lalu menjawab, "Baik Bu." Ketiga sahabatanya hanya menahan tawa, Alex hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Waktu pelajaran berjalan begitu saja, kini bell istirahat sudah berbunyi membuat semua para siswa-siswi berhamburan keluar untuk memanjakan perut yang sejak tadi keroncongan. "Ti, cepat! Gue mau makan bakso nih," teriak Siska.
"Astaga, lu bakso mulu," balas Rayna.
Siska menyela, "Yeuh, daripada enggak makan."
"Suka-suka Siskae deh," ujar Rima.
"Heh! Nama gue Siska enggak pake E dibelakangnya," cetus Siska yang membuat ketiga sahabatnya hanya tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya, terlebih melihat raut wajah kesal ketika namanya disebut 'Siskae'.
Tia berkata, "Udah, ayuk kekantin nanti kebur ramai banget. Gue mager." Ketiga sahabatnya kini manggut-manggut, mereka lalu melangkah keluar kelar menyusul Tia yang sudah lebih dulu berjalan.
Mereka berbincang hingga tertawa bersama melangkah ke arah kantin, langkahnya terhenti ketika satu wanita sengaja menubruk bahu Tia hingga membuat seragam gadis tersebut tertumpah juss. "Aw sorry," ucapnya.
Tia lantas mendongak ke arah orang yang ada dihadapannya sambil menyela seragam yang sudah kotor, semua lantas menoleh menjadikan mereka tontonan. "Ti, lu enggak papa?" tanya Rima, Tia hanya mengangguk dengan pelan.
"Gue tahu lu sengaja nubruk gue, ada alasan yang masuk akal biar gue maafin?" tanya Tia dengan santai, ia juga melirik ke arah nametag orang yang berada di depannya, lalu melihat bat yang menandakan ia kakak kelasnya.
Wanita yang berada dihadapannya jelas menatap kesal, Tia meladeni tatapan orang yang ada dihadapannya. Ia melangkah, namun langkahnya ditahan oleh lwan bicaranya. "Mau kemana lu?!" seru Vera sambil mendorong Tia kebelakang dengan kasar.
"Gue lagi males berdebat tentang hal sepel, biar gue jelasin sebelum lu nyerocos. Pertama, lu nabrak gue dengan sengaja sampai juss lu tumpah di seragam gue, kedua, lu tarik gue dengan kasar, jadi kalau nanti gue bales lu jangan playing victim," jelas Tia, semua jelas mendengarnya kata-kata yang keluar dari mulu gadis tersebut.
Vera jelas mengepalkaan tangannya tidak ada yang pernag berani melawannya sebelumnya. Segerombolan laki-laki menghampiri keberadaan kedua wanita tersebut. "Ada apa ini?!" seru satu laki-laki dengan suara ngbass-nya, ia lalu merangkul posesif Vera, dengan bangganya wanita tersebut tersenyum lalu mengadu, "Dia enggak sopan sama aku beb."
Tia yang mendengar lantas merasa mual atas suara menye-menye dari kakak kelasnya tersebut. "Dia siapa? Anak baru?" tanya laki-laki tersebut.
"Dia yang udah nyerang Rika juga bebs," ujar Vera.
Tia tertawa hambar yang membuat kedua pasangan tersbeut lantas mengerutkan keningnya. "Kenapa lu ketawa?!" seru Vera dengan nada kesal.
"Lu bisanya cuman ngadu dan berlindung di ketek nih cowok ya?" tanya Tia dengan santai, Vera yang mendengar lantas kesal hingga menghentakkan kakinya.
Semua yang melihat jelas terkejut, bagaimanapun cowoknya Vera yang biasa di kenal Aidil adalah salah satu mostwantes sekolah itu juga, ia terkenal garang bahkan mempunya geng motor di luaran sana.
"Lu kayanya enggak tahu gue siapa ya?" tanya Aidil dengan tatapan tajam, namun Tia tidak takut sama sekali ia bahkan menatapnya kembali.
Aidil jelas mengumpat dan mengepalkan tangannya ketika ia hampir goyah mendapat tatapan tajam tersebut dari gadis tersebut. "Ti, udah Ti, kita minta maaf saja," bisik Rima.
"Minta maaf? Dia yang salah kok," balas Tia.
Siska berkata, "Ngalah bulan berarti kalah Ti, lu sendiri yang bilangkan enggak mau jadi trending tentang apapun itu. Dengerin kita kali ini." Gadis tersebut lantas meneduhkan tatapannya, ia mencerna atas perkataan sahabatnya.
Tia membalikkan badan berniat untuk melangkah dan tidak mau mencari keributan namun langkahnya kembali terhenti ketika teriakan lantang ia dengar, "BERHENTI LU CEWMUR!"
Tia lantas tersenyum miring, ia membalikkan badannya dan menatap lekat ke laki-laki yang berteriak lantang tersebut. "Kayanya orang tua lu enggak pernah ngedidik gimana caranya gunain mulut busuk lu itu ya," cetus Tia, ketiga sahabatnya jelas terkejut mendengarnya, keberanian sahabatnya bisa saja menjadi boomerang untuk sahabatnya.
"Ti, udah Ti," bisik Rayna.
Baru saja ingin menampar gadis yang ada dihadapannya, tangannya tercekal dengan sempurna oleh Alex, semua jelas terkejut atas kejadian tersebut. "Berani lu sentuh dia, bakal gue buat tangan lu patah seumur hidup!" seru Alex dengan sorot mata yang menajam, ia sedikit memelintor tangan Aidil hingga laki-laki tersebut meringis.
"Gue peringatin, siapapun yang berani nyentuh dia bakal berhadapan sama the boy's, terutama gue!" Alex berkata dengan lantang, semua benar-benae di buat terkejut atas perkataan laki-laki tersebut, kata-kata yang panjang, sorot mata yang tajam jelas menjadi perbincangan untuk mereka yang menyaksikan secara langsung.
Tia berkata, "LEX!"
"Diam, atau gue bakal akuin soal perjodohan kita," bisik Alex yang menbuat Tia menatap kesal lalu pergi dari hadapan laki-laki tersebut.
"TIA! LU MAU KEMANA? KITA BELUM MAKAN?!" seru Siska ketika melihat sahabatnya pergi tanpa pamit dari mereka.
Alex menatap kepergian gadis tersebut lalu menatap kembali Aidil dkk. "Jangan kira ucapan gue main-main, gue udah ingetin kalian terutama lu!" seru Alex sambil menunjuk Aidil yang masih memegang tangannya. "Gue enggak akan biarin wanita gue terluka sedikit pun, gue bakal awasin kalian semua," lanjut Alex laku berlalu dari mereka semua, jelas mereka kembali dibuat terkejut ketika laki-laki tersebut menyebut Tia adalah wanitnya.
"Itu serius Alex bukan si."
"Gila, baru kali ini gue lihat dia semarah ini."
"Katanya biasanya pelit, sekarang panjang banget."
"Wanita gue? Maksudnya Tia pacaran gitu sama Alex?"
"Eh seriusan? Berita heboh ini."
Jangannya mereka siswa-siswi yang berada di kantin, ketiga sahabat gadis tersebut juga dibuat terkejut atas oerkataan Alex, mereka saling menatap satu sama lain. "Eh gue enggak b***k kan?" tanya Siska.
"Lah b***k kenapa?"
Siska berkata, "Takut salah dengar tadi yang di ucapin sama Alex."
"Kalau lu b***k, berarti kita juga b***k, masalahnya gue juga dengar perkataan Alex," cetus Rima.
"Kita enggak salah dengar," ujar Rayna.
Sedangkan di sisi lain, Tia kini berada di atas gedung sekolahannya, ia duduk sambil menikmati pemdangan yang terlihat dari atas gedung. "Aish siyal!" seru Tia ketika melihat seragamnya yang kotor karena juss.
"Ternayat disini," gumam Alex ketika melihat gadis tersebut berada di atap, tempat pencarian terakhirnya. Ia lalu melangkah mendekat ke arah gadis tersebut.
Alex berkata, "Lu kayanya jadi suka atap ini." Tia yang mendengar lantas menoleh ke arah sumber suara, helaan nafas kasar saja yang terdengar dari gadis tersebut, Tia kembali menatap lurus.
Tia berkata, "Ngapain lu ikutin gue."
Laki-laki tersebut kini mengacak-ngacak pelan rambut Tia, hingga membuat gadis tersebut kini menatap kesal lalu kembali merapihkan rambutnya. "Emang enggak boleh khawatir sama jodoh sendiri," kata Alex sambil tersenyum manis ke arah gadis yang kini melihat ke arahnya.
"Dih, kenapa jadi alay si lu," cetus Tia, namun tak di pungkiri hatinya berdebar ketika Alex berkata seperti itu.
Alex menyela, "Alay? Tapi kenapa pipinya merah kaya gitu." Sambil tertawa pelan, Tia jelas terdiam sejwnak lalu memeriksa pipinya.
"Ini karena panas," balas Tia megelak.
Alex berkata, "Oh karena panas toh." Sambil manggut-manggut dengan menahan ketawanya.
"Lu tadi ngapain nahan dia?" tanya Tia penasaran.
Laki-laki tersebut kini bersandar di kursi menatap lurus ke langit yang terlihat dipandangannya. "Terus menurut lu gue harus diamin aja ngelihat cewek yang gue sayang mau di pukul," kata Alex, tanpansadar perkataan tersebut membuat Tia terdiam selama beberapa detik.
"Ralat, cewek yang dijodohin lu kali," cetus Tia.
Alex menyela, "Cewek yang gue sayang, bukan karena perjodohan." Sambil menoleh ke arah Tia yang kini menelan salivanya, mereka kini saling memandang satu sama lain.
"Udah mau bell kayanya nih," ucap Tia mengalihkan, gadis tersebut lantas beranjak berdiri lalu melangkah keluar dari atas tersebut.
Alex tersenyum tipis melihat sikap salah tingkah dari gadia tersebut, ia lalu beranjak berdiri dan melangkah mengikuti Tia yang sudah duluan. Mereka berdua kini menuruni anak tangga, semua menatap terkejut ketika mereka bersama, Tia yang hanya mengerti laki-laki disampingnya membelanya jelas merasa bodo amad. "Kayanya kita jadi trending topik," bisik Alex.
"Iya gara-gara lu nih," balas Tia dengan rut wajah kesal.
Laki-laki tersebut yang mendengar lantas hanya tersenyum tipis, namun mereka yang memperhatikan sangat tahu bahkan dibuat kagum atas senyum yang timbul di bibir laki-laki yang terkenal dingin dan irit bicara tersebut. "Gue masih enggak terima tadi lu ngancem gue," cetus Tia.
"Bukan ngancem, itu kenyataannya," balas Alex, Tia yang mendengar lantas memutar bola matanya dengan malas.