14. Ceritanya Balas Budi (Dinda's POV)

1160 Kata
2 Hari.  Yapss, dua hari gue demam. Asem.  Kalo aja, gue nurut sama Risyad, buat ga ujan ujanan. Pasti gue ga akan demam kek gini. Kenapa sih, penyesalan itu selalu datang di akhir? Kenapa ga di awal aja, menggantikan posisi pendaftaran?  Arrggghhh! s**t!  Gue ngerasa utang budi, tau gegara gue demam, terus Risyad harus ngerawat gue? Ihhh...  Mana dia bilang waktu itu kalo gue cerewet banget lagi. Emang iya, sih. Gue kalo lagi sakit manja banget, ga ketulungan. Bahkan, gue lupa apa apa aja yang gue manjain waktu gue sakit. " Lo tuh manja banget, sumpah! Tobat gue jadi perawat ganteng dadakan buat lo! " kata Risyad kemarin.  Aseemmm!  Tapi, wait! Dia bilang apa? Perawat ganteng dadakan? Dihh! Pede amat.  Alhamdulillah nya, sekarang gue udah mendingan. Dan, entah kenapa si Risyad udah maen kemas kemas aja.  " Loh, kok di kemasin? " tanya gue.  " lo, demam sampe amnesia mendadak gitu, ya? " Lah? Maksudnya apa?  " Paan, sih? " " kita kan mau pulang, sore ini gimana sih? " kata dia. What? Gue lupa, ini kan hari ketiga, ya.. Eh.. Keempat. Gue lupa. Kan 2 hari kemarin gue demam. Ga mungkin pulang pas gue demam.  " Sorry, lupa! Hehehe!" " Bikinin gue sarapan! Laper! " kata dia. Sedikit memerintah sih nadanya.  Tunggu. Apa kata dia tadi? Sarapan?  Gue liat jam tangan gue yang melingkar di pergelangan tangan gue. " Lo belom sarapan? " " Belom lah! Buruan! " Astuti... Dia belom sarapan, udah jam sepuluh pagi gini? Sarapan apaan,.  Gue berjalan keluar, menuju dapur. Disana ada bik Siti.  " Hai, Bik. " sapa gue.  " Eh, neng Dinda. Ada yang bisa saya bantu, Neng? " tanya Bik Siti.  " emhh.. Disini, ada pasar atau warung gitu ga Bik? " tanya gue.  " Oh, adanya mah, itu Neng. Pasar pagi. Tapi teh, jam segini pasti udah tutup. Sayurannya udah pada laris. " kata Bik Siti.  " Oh, gitu. Terus emangnya disini ada apaan, Bik? " " Adanya juga warung, Neng. " jawab bik Siti. " Neng Dinda, ada yang mau dibeli? Biar saya beiin, Neng? " " emmhh, Kita pergi kesananya. Bareng aja, ya bik? " ❤❤❤ Gue sama Bik Siti pergi ke sebuah warung terdekat, warungnya kecil, dan ga terlalu banyak yang dijual disana.  " Beli apa, neng cantik? " tanya yang punya warung.  Pemuda tanggung, yang gayanya centil banget. Iihhh.  " Hush! Jangan godain! " kata Bik Siti. "Udah ada yang punya! " Untung aja gue ajak bik Siti. Kalo enggak, ihh gatau gue.  " Ahh.. Bibik bohong, nih! Masih muda gini. Masa udah ada yang punya. Kalo masih, pacar mah gapapa atuh. Sebelum janur kuning melengkung. " katanya lagi.  Ihhh.. Apaan, sih?  " Putusin aja, pacarnya neng. Mendingan sama saya, atuh. Pemuda paling ganteng di kampung sini! " katanya dengan bangga.  Astutii... Sumpah! Ganteng kata dia? Tobat gue!  " Eh! Somat! Kamu teh, sudah bibik bilang, sudah ada yang punya! Ini teh Neng yang nginep di Villa, dari kota sama suaminya! " kata bik Siti dengan meninggikan volume suaranya. Gue?  Diem aja.  " Eh, Maap neng! Maap. Ay em sorih! " Kata orang itu.  Hihh.. Bahasanya..  " Habisnya, si Eneng. Masa masih muda gini udah nikah, sih neng? Pasti baru lulus SMA ya? Masih muda banget, neng? " kata nya lagi.  What? Gue dibilang baru lulus SMA? Gila. " Maaf, saya__" " Haduh, neng. Palingan juga, Si Neng teh cuma beda 1 tahun sama saya. Saya baru 18 neng. Pasti si eneng, 17, kan? " Gila nih bocah!  " Saya, disini mau belanja. Bukannya ngobrol sama anda. Maaf. " kata gue. "udah deh, Bik. Kita kembali ke Villa aja. " " Eh, neng. Maap atuh neng! " Si penjaga warung itu manggil manggil.  Bodo amat! Peduli apa gue.  Gue kesel sebel. Aahhh! Absurd dasar tuh anak!  Bik Siti ikutin gue. Tapi sebelum pergi, gue kembali menegaskan kepada penjaga warung tadi. " Dan, oh iya. Anda bahkan lebih muda dari saya. Jadi, tolong bersikap lebih baik kepada pembeli. " ❤❤❤ Sebel banget gue sama tuh bocah! Masih kecil juga, tapi omongan alaynya, najis banget!  " Neng Dinda, ini ada sayuran dari kebun bibik. " kata Bik Siti, sambil membawa seikat bayam.  " Loh, bibik punya kebun? " tanya gue antusias.  " Iya, neng. Kebetulan, lagi panen. " jawab Bik Siti.  " Waw.. Enak dong, Bik. " " Haha, alhamdulillah neng. Oh iya, Neng Dinda, mau masak ya? Buat Mas Risyad? " " Iya, nih Bik. Laper katanya. Hehehe" " Iyalah neng, laper. Kan dari semalem, Mas Risyad teh ga makan. " Hah? Risyad? Gamakan?  " Maksud bibik? " " Ya iya, neng. Selama neng Dinda sakit, Mas Risyad ga ada makan, Neng. Dia bilang, ga laper cenah! " (cenah : katanya, bhs sunda) Kenapa? Kenapa dia ga makan?  Tanpa berfikir panjang lagi, gue langsung menyiapkan makanan untuk Risyad.  ❤❤❤ Tumis Bayam, tempe tahu goreng, nasi putih hangat, sambal dan kerupuk tersaji di atas meja. Sederhana memang, tapi jujur. Ini pertama kalinya gue masak makanan buat orang lain, dan orang itu adalah Risyad. Yupps.. Gue emang manja, tapi bukan berarti gue ga bisa masak. Maaf maaf aja, ya, Bukanya gue sok tapi gue emang sering masak, kok. Ya walaupun buat di makan sendiri sih. Tapi, kan yang penting gue bisa masak! Hehehe..  Mami juga selalu mewanti wanti gue, ceramahin gue, kalo gue gamau bantu dia memasak.  " Dinda kamu itu perempuan, loh ya. Harus bisa masak! " " Dinda, perempuan itu harus bisa masak! Biar nanti bisa memenangkan hati suami!" " Dinda bantu Mami masak! " " Dinda, itu di kasih garem, supnya sayang! " " Itu ga gitu, caranya. Tumis dulu bumbunya, baru dimasukin bahan lainnya. " " Nah, kalo masak ini, harus sering di aduk, nanti santennya pecah. " Dan bla.. Bla.. Bla...  Alhasil, gue bisa masak sekarang. " Waw! Lo masak apa? " Tiba tiba, Risyad dateng dengan muka semringah nya.  " Tuh, tumis bayam, tahu tempe goreng, sama sambel. " jawab gue.  Gue langsung menyiapkan piring buat Risyad, dan mengisinya dengan nasi dan lauk. " Segini cukup? " tanya gue sambil memperlihatkan piring yang gue isi 2 sendok nasi. " Kebanyakan! " kata dia.  Hah? Porsi segini kebanyakan?  " Ini udah pas, Syad. " " Hem! Terserah. " " Mau apa aja? " " Semuanya. Asal bukan abu gosok! " Heh! Ga jelas.  Dia makan, ga banyak cingcong lagi.  Dan, nampak lahap banget. 'Laper, apa doyan?' batin gue. Ya jelas dia laper lah! Hampir 3 hari ga makan, gila aja tuh anak.  " Enak? " tanya gue saat dia minta nambah. Padahal, tadi dia bilang nasinya kebanyakan. Gapapa, deh.  " Iya! " jawab dia. " Enak, Lo ya bikin semua? " " heemm, gitu deh! Dibantu bik Siti sedikit. " jawab gue.  " Lo ga makan? " tanya dia.  " Hemm, ini baru mau. " Gue langsung ambil piring, dan menyendoki nasi ke piring gue sendiri.  Seneng banget, rasanya liat masakan kita ada yang ngehargain.. Uuhhh ❤❤❤
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN