22

515 Kata

Nizam memilih kursi yang tidak terlalu transparan dari pandangan orang lain, karna bagaimana pun juga, image seorang ustadz masih melekat di kehidupannya, jangan sampai dia mencoreng nama baiknya, keluarga dan juga agama. “Bang, pesan minum,” Nizam memanggil seorang pelayan lelaki untuk menghampiri mereka. “Bang, saya pesan cappucino sama kentang goreng ya, kalian mau pesan apa? Pesan saja apa maunya,” tanya Nizam pada Qisti dan Yenni. Yenni dengan cepat mengambil buku menu pesanan, “Saya pesan jus mangga sama ya, lu Qis mau pesan apa?” tanya Yenni, tapi Qisti hanya menggeleng, “Untuk teman saya, jus advokad satu mas ya,” pesan Yenni yang sudah bisa menghafal minuman kesukaan Qisti. “Oh, jadi suka sama advokad Qisti,” tanya Nizam untuk membenarkan. “Iya, Qisti itu suka advokad, suka n

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN