Beberapa menit berlalu, Herman pun sampai di halaman rumahnya. Pria itu melihat Cici tengah mengangkat jemuran. Seketika, pandangan Herman tertuju pada wanita cantik yang tidak lain adalah adik iparnya sendiri. Adik ipar yang sama sekali tidak akan mungkin mengkhianati suaminya—Sandi. “Bang ....” Cici pun menyapa tatkala pandangan mereka beradu. Herman tersenyum. Ia kembali memarkirkan motornya dan menyusul Cici yang tengah mengangkat jemuran. “Sandi sudah pulang?” tanya Herman, tiba-tiba. “Belum, Bang. Mungkin sebentar lagi. Memangnya ada apa, Bang?” Cici menghentikan aktifitasnya sejenak. Padahal masih ada beberapa pakaian lagi yang belum diangkat oleh wanita itu. “Ci, kamu harus waspada dengan Sandi.” Cici mengernyit, “Apa maksud abang?” “Begini, abang perhatikan belakangan ini S