TAO – 33

1735 Kata

Yeni masih termenung seraya menumpu keningnya di kedua telapak tangannya yang ia kepal. “Mama ....” Sicilia mendekat, membelai pundak sang ibu dengan lembut. Ia baru saja membuatkan jus tomat untuk suaminya. “Mama tidak habis pikir dengan Santi, Ci.” Yeni tidak mampu lagi mencegah lahar dingin itu keluar dan membanjiri ke dua pipinya, “Bukan’kah mendiang papa kamu sudah mewanti-wanti agar dua kavling tanah ini tidak dijual.” Sicilia tertunduk. Perlahan, ia duduk di kursi yang ada di samping kanan Yeni. “Mama ... mama harus sabar ya. Mungkin memang sudah takdirnya seperti ini.” “Iya, tapi mengapa harus dijual? Kenapa Santi tidak mengontrakkannya saja pada orang.” “Ya ... mungkin karena kak Santi sedang terdesak uang. Hhmm ... lagi pula, mungkin ini yang terbaik menurut Tuhan, Ma. Ini

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN